Liu Li Guoguo seorang anak berumur lima tahun berlutut di depan halaman rumahnya sambil menjinjing ember berisi air panas. Dia melakukan itu untuk menyelamatkan ibunya yang ditangkap oleh pengambil jiwa, ayah Guoguo yaitu Liu Li Fu berjanji kalau Guoguo berhasil menjinjing ember berisi air panas selama habis terbakarnya tiga dupa maka ayahnya akan menyelamatkan ibunya dari pengambil jiwa. Sayangnya ucapan ayahnya itu hanyalah cara lain ayahnya untuk menghukum Liu Li Guoguo. Kedua kakaknya Guoguo, Liu Li Fangfang dan Liu Li Pingping dan ayahnya Liu Li Fu selalu memperlakukan Guoguo dan ibunya dengan tidak baik. Di dalam keluarga itu hanya kakak keduanya saja yaitu Liu Li Tian yang selalu ada di samping Guoguo dan ibunya. Ketika Guoguo berlutut di halaman, datanglah Kaisar timur Xuan Yuan Pofan yang terkenal dengan sebutan Raja Hua You dan adiknya pangeran kedelapan Xuan Yuan Poxi mengunjungi kediaman Cheng Zhu yaitu kediaman Tuan Liu Li Fu. Awalnya Xuan Yuan Pofan melihat Liu Li Guoguo yang dianiaya dia tidak merasakan apapun, sampai akhirnya Guoguo menabraknya dan memohon Xuan Yuan Pofan untuk menyelamatkan ibunya. Saat itulah Xuan Yuan Pofan melihat mata dan wajah Guoguo dengan jelas, barulah dia sadar dia telah menemukan orang yang dicarinya selama 10 tahun ini.
Kota Ye, di kediaman Cheng Zhu.
Di udara yang sangat terik, tampak seorang gadis yang kira-kira berumur 4-5 tahun terlihat berlutut di halaman. Wajah gadis itu tampak hitam dan kusam, selain itu, rambutnya terlihat berantakan, bahkan tampak seperti kandang ayam. Saat ini, dia sedang menggigil sambil mengangkat ember kayu besar yang berisi air panas. Dia terlihat seolah-olah ingin pingsan, namun disisi lain dia terlihat lucu dan kasihan.
Gadis itu terlihat menggeleng-gelengkan wajah hitamnya, bibirnya yang kering dan pecah-pecah digigit oleh gigi putihnya. Dalam batin gadis itu berkata, Tidak boleh menyerah! Tidak boleh menyerah! Bertahanlah sedikit lagi! Bertahanlah sedikit lagi agar bisa menyelamatkan ibu!
Di saat yang bersamaan di kediaman Cheng Zhu, tepatnya di halaman koridor lantai dua, terdapat dua Nona. Mereka berbaju merah dan biru, mereka adalah Liuli Pingping dan Liuli Fangfang. Mereka tampak sedang makan kuaci dan menikmati pemandangan yang ada di depan mereka.
Lalu, tatapan mereka beralih ke arah adiknya Liuli Guoguo yang saat ini sedang berlutut sambil mengangkat ember. Tatapannya seperti sedang melihat pertunjukan monyet yang sedang beratraksi. Pemandangan itu tampak sangat menyenangkan dan menghibur bagi mereka.
"Hahahaha, kakak kamu lihat itu si Guoguo, bodoh sekali ya! Ayah bilang, jika dia bisa mengangkat ember berisi air sampai tiga dupa habis terbakar, maka ayah akan pergi ke pengambil jiwa dan memberikan uang untuk menebus ibunya. Dan lihat dia, saat ini masih saja mau mengangkatnya, hahahahaha, itu kan hanya alasan ayah saja dengan mengubah cara menghukumnya! Ibunya yang sakit-sakitan itu, bukankah lebih baik jika dia bisa mati lebih cepat? Daripada sekarat dan menghabiskan uang saja!" kata Liuli Fangfang. Setelah berkata seperti itu, dia kembali memasukkan kuaci ke mulutnya, saat itu dia benar-benar terlihat sangat menganggur.
"Ya pastilah, ayah tidak mungkin mau menyelamatkan ibunya. Guoguo yang bertubuh kecil membuatku tidak percaya, kalau dia bisa bertahan sampai tiga dupa habis terbakar. Em... walaupun bisa bertahan sampai tiga dupa habis terbakar, lalu mau bagaimana? Hahaha. Ayah tidak akan mungkin pergi menyelamatkan ibunya, walaupun kakak laki-laki kedua adalah keturunan penangkap jiwa, lalu mau bagaimana? Ya ampun, sekarang ibunya sudah ditangkap oleh pengambil jiwa! Tapi lihat, kakaknya saja tidak kembali seharian ini, kan? Lucu sekali." kata Liuli Pingping sambil meneruskan ucapan kakaknya Liuli Fangfang, lalu mereka tertawa terbahak-bahak.
Sedangkan, Liuli Guoguo yang saat ini sudah hampir mati rasa, dia tetap bertahan menggigit bibirnya sampai berdarah, demi harapan yang tidak mungkin terkabulkan. Gadis hitam dan kusam itu, tetap saja masih berlutut di udara yang terik. Tepat di dalam pikirannya, penuh dengan wajah ibunya yang lembut itu.
"Raja Huayou dan pangeran kedelapan silahkan masuk! Raja Huayou dan pangeran kedelapan ini adalah kediaman hamba." tutur Liuli Fu. Dengan bangga dia memperkenalkan kediaman Cheng Zhu miliknya, di Kota Ye ini. Dengan sopan, dia menunjukkan jalan, tepat di belakang kedua pemuda itu dikawal oleh beberapa pengawal berbaju putih.
Ketika melihat Raja Huayou dan pangeran kedelapan masuk ke halaman, membuat Liuli Fangfang dan Liuli Pingping langsung membelalakkan matanya.
"Hua, Hua, Raja Huayou datang kesini!" tutur Liuli Pingping.
"Ya Tuhan!" kata Liuli Fangfang.
"Benar-benar Raja Huayou!" tutur Liuli Pingping lagi.
"Aku mau ganti rok yang baru saja aku beli beberapa hari lalu!" kata Liuli Fangfang sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Lalu, dengan bahagia dia berkata lagi, "Aku juga, aku juga! Aku juga akan memakai anting-anting zamrud yang berwarna biru itu!"
Di sisi lain, Liuli Pingping merasakan kebahagiaan yang sama, mereka melompat kegirangan. Saking bahagianya mereka sampai tidak bisa bernapas! Apalagi, Raja Huayou yang terkenal dan ceritanya sudah didengar di mana-mana, ternyata sekarang berkunjung ke rumah ini!
Apalagi, ketika perlombaan Tian Feng Yun Chang pada tahun kemarin, bahkan seluruh wanita dari kalangan pejabat menyaksikan perlombaan itu. Hanya dengan satu strategi, Raja Huayou mampu meraih pemenang pertama, postur dan sikap elegan. Dalam kompetisi Tian Lang, dia menjadi kaisar timur daratan Tiongkok yang terkenal. Akibatnya, seluruh wanita-wanita pejabat nomor satu mengantri untuk bisa menjadi pendampingnya. Sudah jelas, tidak ada yang tidak mau dengannya!
Liuli Pingping dan Liuli Fangfang tidak rela, apabila melepaskan pandangannya dari pemuda berjubah hitam tersebut. Tampak berkali-kali mereka melirik ke pemuda itu, baru kemudian mereka berbalik dan berlari ke kamarnya masing-masing.
Mereka ingin merias diri secantik mungkin, hanya untuk bertemu Raja Huayou. Di waktu yang sama, ayah mereka yang bernama Liuli Fu justru panik. Hal itu karena ketika Raja Huayou masuk halaman depan, pandangannya langsung tertuju kepada anaknya yaitu Liuli Guoguo. Sepertinya, dia baru teringat dengan anaknya Liuli Guoguo yang sedang dihukum berlutut olehnya.
Anaknya yang tidak berbakti, anak yang keras kepala justru mau menyelamatkan ibunya yang dalam keadaan setengah mau mati, tapi ternyata tidak mati-mati. Saat ini, anak kotor itu benar-benar mengotori pemandangan dengan berlutut di halaman. Tidak tahu apakah kedua pangeran akan senang atau sebaliknya.
"Loh?" tutur Liuli Fu.
Pangeran kedelapan Xuanyuan Poxi terlihat berjalan tidak lama, lalu dia melihat adik kecil berbaju biru. Dia pun merasa penasaran, karena tertarik, akhirnya dia pun menghampiri adik kecil itu untuk melihatnya.
Liuli Guoguo tampak berlutut sambil membelakangi pintu depan, sehingga pangeran kedelapan yang awalnya hanya melihat sosok kecil dan imut seperti gundukan batu. Sampai akhirnya, dia berjalan tepat di depan Liuli Guoguo. Dia melihat wajah kecil yang kotor dan kusam, ditambah dengan rambutnya yang seperti kandang ayam. Melihat hal itu, membuat pangeran kedelapan terkejut.
Pangeran kedelapan pun memilih untuk melangkah mundur, tampaknya dia merasa sedikit jijik melihatnya. Lalu, dia tertawa dan berkata kepada pemuda berjubah hitam, "Kakak keenam, cepat lihat ini, di sini ada arang kecil Hahaha." tutur Xuanyuan Poxi.
---
Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan.
Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya.
Terimakasih atas pengertian Anda.