webnovel

The Lost Love

Autor: Michella91
Historia
En Curso · 99.2K Visitas
  • 317 Caps
    Contenido
  • valoraciones
  • NO.200+
    APOYOS
Resumen

Banyak orang bilang, hubungan yang berada dalam status long distance (jarak jauh) yang konon selalu menjadi suatu ancaman hubungan akan mudah berakhir, namun nyatanya tidak semua benar demikian. Lalu bagaimana hubungan itu akan berjalan dengan akhir yang indah, setelah bertaburan dengan kata-kata manis, kepercayaan, kejujuran dalam waktu yang begitu sangat panjang? Jika nyatanya dua sejoli yang kini sedang menjalani hubungan itu tengah memiliki perbedaan keyakinan yang begitu kuat sebagai makhluk yang beragama. Mencoba untuk melawan dengan mengatasnamakan cinta yang begitu dalam di hati mereka, yang tumbuh tak terduga sejak pada pandangan pertama. Karena sejatinya cinta yang sesungguhnya, tak pernah mengenal status, suku, adat, atau ras sekalipun. Ini adalah tentang hati yang tidak bisa kita kendalikan kepada siapa akan berlabuh, mencoba untuk tetap bertahan dan menjalani skenario Tuhan yang mereka percayai telah di takdirkan untuk mereka yang akan memulainya. Lantas bagaimana akhir dari kisah mereka? Siapa yang harus mereka pilih? Cinta yang begitu dalam, atau keyakinan yang begitu sakral tehadap sang pencipta (Tuhan).

Etiquetas
2 etiquetas
Chapter 1Prolog

Pagi itu, di kota B sedang turun hujan yang sangat lebat. Tampak di sebuah sekolah SMA Negeri semua murid berhamburan mencari tempat untuk berteduh menghindari dirinya agar seragam yang d kenakannya tidak sampai basah kuyup. Beruntung jam pelajaran di kelas belum dimulai, sehingga semua murid bebas berteduh dimanapun yang mereka inginkan

Suasan pagi di sekolah pagi itu memang terlihat jauh lebih menggelikan, itu bagi mereka yang tidak memiliki sepasang kekasih di sekolah itu. Lain hal bagi mereka yang sudah menikmati indahnya percintaan di masa sekolah, tentu bisa lebih indah merasakannya bisa saling bergandeng tangan di bawah derasnya hujan kala itu.

"Ken!" panggil seorang murid yang tak lain adalah temannya. Lalu seseorang yang di panggilnya itu menoleh melambaikan tangan dan menghampirinya berlaian sembari menutupi kepalanya dengan tas rangsel miliknya.

Ya, namanya Kenzo Rafael. Panggilan akrabnya Ken, saat ini dia sedang duduk di bangku kelas 12. Tinggi badan 170cm, memilki rambut ikal, kulitnya yang sawo matang dan memiliki netra cokelat pekat, membuatnya menjadi sosok yang banyak di gandrungi para gadis di sekolahnya. Dia pun dikenal memiliki suara emas dan jago bermain gitar, hingga dia mementuk satu kelompok dengan nama genk Jamet, sebab dia terbiasa bernyanyi sebuah kedai kopi milik ayahnya untuk menghibur para pengunjung. Meski begitu, dia memiliki watak yang sangat keras, tegas, rajin, dan pekerja keras. Namun di balik itu semua dia adalah seseorang yang sebenarnya mudah mengalah dan sangat kocak serta jiwa sosialnya sangat tinggi. Itu sifat turunan dari sang ayah.

"Ah, jadi basah. Sial!" kata Ken mengumpat sembari mengibas seragamnya yang sedikit basah oleh hujan.

"Hahaha, makanya. Kelamaan jomblo, sih!" ledek salah satu temannya, Riyo namanya. Keetulan dia adalah teman yang paling dekat diatara ketiga temannya yang lain dalam satu genk.

"Hem, sepertinya iya. Mungkin jika seorang Ken memiliki pacar lagi, hujan ini tidak akan tega memassahi tubuhku yang penuh dengan aura cinta menggelora," balas Ken dengan membuka kedua tangannya lebar-lebar, seperti sedang menunggu sesuatu untuk di tangkapnya dalam pelukan.

"Wuuuh, hujanpun akan berdamai dengan pangeran cinta yang berapi-api." Kembali dia mendapat ledekan dari salah seorang temannya lagi di susul tawa yang lepas. Dia acuh kali ini, hanya tersenyum tipis dengan mengepalkan tangannya, kemudian dengan lagak sombong dia pukulkan ke bagian dadanya. Menandakan jika dia adalah pria yang cool.

Ketiga teman Ken sontak tertawa lepas, mereka sudah tahu betul sikap kocak ken selama ini. oleh sebab itu, mereka selalu mengiyakan begitu saja meski itu bertolak belakang dengan kebenaran asumsi mereka. Karena Ken pun demikian, dia selalu saja mengutamakan dan mengalah pada hal yang berhubungan dnegan teman-teman dekatnya itu. Selama ini mereka tidak pernah sekalipun terjadi suatu percekcokan atau selisih paham. Pertemanan mereka berjalan begitu aja dengan mulus dan murni.

Sesaat kemudian, bel berbunyi. Tanda jam pelajaran pertama di kelas akan di mulai, sementara hujan belum juga reda. Membuat para murid terlihat melangkah dengan malas untuk masuk kelas. Namun tidk dengan Kenzon dan teman-temannya.

"Ken, nanti malam mau manggung lagi gak? Kedai ayah mu pasti ramai bukan, satnite bro!" ujar Rio mengingatkan jika nanti adalah malam minggu.

"Oh, tentu dong. Seperti biasa, malam minggu kalian bebas bayar untuk meminum kopi yang kalian inginkan. Tapi ingat, tetap harus yang murni. Stay healty, ok!" kata Kenzo mengingatkan, jiwa sosialnya mulai muncul.

~

Seperti biasa, setiap malam minggu di kedai kopi milik ayah Ken selalu ramai pengunjung. Dari yang muda hingga yang tua, dari yang berpasangan hingga sekumpulan para teman atau pekerja kantoran sekalipun. Karena letaknya yang kebetulan berada di pinggir jalan, meski begitu suasana di dalam nya bak kafe-kafe terkenal di luar sana. Sengaja di desain semanis dan secantik mungkin untuk membuat para pengunjung betah berada di dalamnya.

Hingga malam pun tiba, Kenzo sudah memula aktifitasnya dengan menjadi pelayan sementara membantu ayah dan ibunya sebelum ketiga temannya datang.

"Nak, kau istrahat lah dulu. Nanti kau kelelahan saat sudah menggung. Banyak-banyak minum teh jahe hangat yang ibu buatkan tadi, agar suaramu semakin bagus nanti saat sudah bernyanyi," ucap ibu Kenzo pada puteranya itu. Karena sejak pulang sekolah, Kenzo sudah menyusul ayah dan ibunya ke kedai untuk membantu sebagai pelayan.

"Tenang saja, Bu. Aku masih kuat, suaraku masih… ehhem, uhuk-uhuk. Test 123, hmm… masih seksi." Sahutnya seraya mencoba mengeluarkan suara merdunya yang sedikit serak namun enak di dengarkan ketika dia sedang bernyanyi. Itu juga salah satu alasan kenapa banyak para gadis di sekolahnya mengejar-ngejar dia. Ibu nya tersenyum melihat tingkahnya yang selalu percaya diri dan tidak pemalas, sebetulnya Kenzo memiliki seorang kakak laki-laki yang tak berbeda jauh dengan sikpa dan wataknya. Namun saat ini dia sedang bekerja di luar kota.

Selang beberapa menit kemudian, ketiga teman Kenzo datang bersamaan dnegan para pengunjung yang kian mulai ramai. Mereka datang lalu menyapa kedua oang tua Kenzo dahulu dengan santun. Karena melihat pengunjung kian memadati kedai tersebut, Kenzo segera menaiki sebuah panggung kecil yang tak begitu tinggi namun sudah lengkap dengan segala alat musik seadanya disitu. Kenzo meraih sebuah gitar kemudian, di susuloleh ketiga temannya yang juga merai alat musik sesuai kemampuan mereka masing-masing.

Malam ini Kenzo sengaja memilih lagu yang begitu ringan untuk di nyanyikan namun alunan musknya begitu menenangkan menghipnotis seluruh pengunjung yang berada di kedai tersebut. Seakan mereka ikut terhanyut dalam syair-syair indah yang di sebutkan dalam lirik lagu tersebut. Ayah dan ibu nya pun turut merasa senang dan bangga pada putera keduanya itu. Meski dia masih duduk di bangku sekolah, dan sebentar lagi akan menuju ujian nasional di sekolah. Tentu itu akan menyita bayak waktu beajar untuk Kenzo, namun dia tetap meluangkan waktunya untuk membantu di kedai.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malm. Mereka lalu beristirahat sejenak untuk melepas dahaga setelah kurang lebih dua jam mereka menghibur para pengunjung yang datang. Beberapa pengunjung ada yang meminta mereka untuk terus menyanyikan sebuah lagu-lagu indah dan mereka siap memberikan saweran mahal untuk mreka, khususnya Kenzo. Mereka sungguh terpana dengan suara emas Kenzo. Dia hanya tersenyum lembut dan menolaknya dengan halus, namun tetap berjanji akan kembali bernyanyi untuk menghibur mereka nanti.

Kenzo dan ketiga temannya sedang duduk melingkar di sebuah meja sembari meneguk air mineral dahulu untuk melepas dahaga. Mereka melepas lelah dengan duduk bersandar tak beraturan di kursi yang mereka duduki.

"Ken, mau gak kenalan sama cewek. Dia teman dari cewek yang saat ini aku dekati, dia dari sekolah Negeri tetangga kita. Hehe." Tiba-tiba saja Rio menawarkan hal itu pada Kenzo, karena di ketahuinya saat ini Kenzo baru saja putus dari pacarnya, yang tak lain adik kelas nya di sekolah. Kenzo hanya tertawa menanggapinya, dia pikir itu hanya ledekan saja.

También te puede interesar
Tabla de contenidos
Volumen 1