"Kapan kau akan mengerti, Alona? Kau dan aku kini sudah menjadi satu keyakinan yang sama. Seharusnya kau tidak lagi kembali ke ruangan itu."
"Ken!" hardik Alona menyebut nama Kenzo.
Kenzo kembali terkesiap.
"Bapakku sedang terbaring sakit di dalam sana, apa kau tidak peduli hal itu?" tandas Alona kembali dengan pertanyaan yang membuat Kenzo justru kian semakin kesal.
"Oh Tuhan, kau sungguh berpikir begitu, Alona?" tanya Kenzo dengan bibir gemetaran menahan amarahnya yang memuncak.
Alona tercengang menatap pilu wajah Kenzo.
"Katakan! Apa yang salah dariku, kenapa kau begitu marah hanya karena aku mendoakan bapakku di ruangan itu, aku tidak pernah membedakan semuanya, Ken. Aku menganggap Tuhan selalu ada dimana-mana. Maka itu aku berdoa di ruangan itu, meski aku... Aku bukan lagi penganut keyakinanku yang dulu."
Kenzo menggelengkan kepalanya dengan helaan napas panjang, hingga dadanya begitu kembang kempis di tahannya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com