Hari senin adalah hari yang paling menyebalkan bagi semua murid. Seperti biasa, kegiatan sekolah kembali berjalan setelah weekend usai terlewatkan. Tampak beberapa siswa terlihat begitu semangat datang ke sekolah karena selain tujuannya untuk kembali bertemu sang kekasih. Sudah wajar bukan, kisah kasih di sekolah kerap sekali menjadi penyemangat. Berbeda dengan Ken, dan juga beberapa teman yang lain. Selalu santai dan tidak pernah mengeluh dengan keadaan apapun di sekolah, tak pedui meski di sekolah itu Ken sudah memiliki banyak mantan pacar.
"Wey, Bro! gimana? Sudah kenalan dengan Alona?" Rio menyapanya pagi ini dengan sambutan nama Alona.
"Hem, di merespon baik." Jawab Ken singkat sembari berjalan memasuki kelas di susul oleh Rio yang mengekor di belakangnya.
"Lalu?" tanya Rio kembali dengan ekspresi penuh rasa penasaran di wajahnya. Ken mengernyit heran akan mimik wajah temannya itu.
"Apa, hah?"
"Akh, payah. Jangan bilang jka kau hanya berkenalan macam anak TK menyebutkan namanya di depan kelas." Ujar Rio dengan meyipitkan kedua matanya menatap Ken.
"Nah, kamu tau itu. Kenapa masih bertanya?" jawabnya dengan santai sembari tersneyum nyengir. Seketika Rio menepuk keras keningnya.
"Yo, percuma. Kau tau siapa Ken kita ini. udah, gak usah di paksa. Dia punya caranya sendiri untuk mendapatkan tambatan hatinya." Ujar teman Ken yang lain menyela. Ken hanya menyumbingkan ujung bibirnya.
Setelah jam pelajaran pertama di kelas selesai, bel berbunyi untuk waktu jam istrahat. Lalu para murid berhamburan keluar dari kelas. Bersamaan dengan hal itu, ponsel Ken berbunyi. Rio yang sejak tadi sudah beranjak dan bersiap keluar kelas, sementara dua teman Ken yang lainnya sudah berlalu pergi lebih dulu untuk menyiapkan tongkrongan mereka di kantin.
"Ehhem, ciye. Pasti Alona"
Ken tersenyum kecut, karena tebakan Rio benar kali ini. Alona mengirim pesan singkat pada Ken untuk mengucapkan selamat makan siang. Dengan cepat Ken membalas singkat hal yang sama pada Alona. Rio mulai menjailinya dengan terus mendongakkan kepalanya untuk melihat isi pesan tersebut. Namun nihil, Ken begitu gesit menyembunyikan ponselnya kembali di saku celananya.
"Ken, alasan ku mengenalkanmu dengan Alona, itu karena ku rasa kalian cocok. Dia cewek yang rajin dan gigih, dia juga pintar dan menguasai bahasa inggris dengan baik sejak SMP."
"Ya ya ya. Apa pun itu terimakasih sudah mau memperkenalkan cewek itu padaku, ayo ke kantin." Jawabnya seolah mengabaikan semua yang pujian dan gambaran tentang Alona dari cerita teman dekatnya itu. Sembari melangkah menuju kantin Rio terus saja bberceloteh menggambarkan dan memuja muji sosok Alona.
~
Hari berganti hari terus berjalan seperti biasanya. Bagi Ken, tak pernah ada sesuatu yang berbeda. Selain beberapa aktifitasnya sebagai seorang Kenzo. Di sekoah, dia sebagai seorang murid yang gigih dalam mencerna semua mata pelajaran dengan baik. Dan ketika dirumah, dia berperan sebagai anak dair seorang ayah yang memiliki kedai kopi kecil di pinggir jalan. Sebagai anak laki-laki yang masih tinggal dalam satu rumah dengan orang tuanya, dia memiliki kewajiban untuk membantu usaha kedua orang tuanya itu, sementara sang kakak masih bekerja di luar kota.
Perkenalan Ken dan Alona semakin hari kian semakin akrab dan terkadang saling menggombal satu sama lain. Mereka masih belum sempat bersua untuk melihat satu sama lain secara langsung. Kesibukan mereka yang masing-masing memiliki kegiatan full diluar sekolah. Kebetulan hari ini kembali tiba hari menuju weekend. Sejak sore tadi, kedai kopi ayah Ken sudah di serbu ramai para pengunjung, seperti biasanya ketika satnite tiba.
Tiba-tiba terbersit pikiran di hati Ken untuk mengajak Alona bertemu di suatu taman kota. Karena hari masih sore, senja pun seakan masih enggan untuk segera berlalu menuju malam. Seakan Tuhan sudah memberikan jalan untuknya bertemu dengan cewek yang beberapa hari ini menemani harinya sesekali. Setelah akhirnya Alona menerima ajakannya sore ini, Ken begitu semangat. Dia pilih baju kaos berwarna hitam dengan corak cream sebuah lukisan abstrak menempel di bagian dadanya, dia padukan dengan celana kain selutut berwarna biru. Dia kenakan sepatu kets putih bersih membuatnya tampak macho dan cool dengan tatanan rambut yang sudah dia rapikan berjam-jam di depan cermin.
"Halo, kamu dimana?" tanya Ken melalui percakapan teleponnya setelah sampai di taman kota.
"Aku baru sampai, Ken. Kamu dimana? Pakai baju apa?" jawab Alona dengan langkah tergea-gesa sembari mendongakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri untuk mencari sosok Ken. Begitupula dengan Ken yang meihat sekeliling taman dan pintu arah masuk taman sebelumnya.
Tanpa sengaja mereka akhirnya saling melihat dari jarak sekitar 10 langkah kaki setelah salng memberikan bayangan tentang apa yang mereka kenakan sore ini untuk saling megenali satu sama lain. Setelah Ken yakin bahwa seorang gadis yang di nantinya kini ada di depan matanya, Ken langsung melambaikan tangan tanpa rasa ragu atau canggung sedikitpun. Dengan respon yang ramah gadis itu membalas dengan lambaian tangan lalu melangkah ke arah Ken yang berdiri menunggunya.
"Hai, Ken?" sapanya pada Ken, terlihat dia masih tak percaya jika seorang pria remaja di depannya saat ini benar adalah Ken.
"A-lona?" balas Ken dengan terperangah. Dia merasa terkesima dengan gadis yag saat ini berdiri di depannya, kulitnya yang putih terlihat jelas dari baju sabrina yang dia kenakan berwarna merah maroon, dengan celana levis panjang begitu ketat menutupi kaki jenjangnya.
Ya, Alona memang gadis yang sangat cantik dan juga manis. Dengan postur tubuh sedang, tinggi badan sekitar 160 cm. Memiliki mata yang lebar, dengan dua manik mata berwarna hitam pekat, dan satu ciri khasnya yang membuat Ken tidak berhenti menatapnya. Alona memiliki bintik macan kecil yang sangat terang di bagian atas bibir tipisnya. Dia tersenyum hangat membalas tatapan Ken, sangat manis.
"Hem, aku Alona." Jawabnya dengan mengulurkan tangannya pada Ken lebih dulu.
"Eh, ya. Aku Ken," balas Kenzo menyambutnya dengan berjabat tangan kemudian di lepaskan dengan salah tingkah mereka.
"Ehm, kita… kita mau berdiri aja nih?" tanya Alona sekaligus berniat menggodanya, sebab mendadak saja Ke berubah pendiam. Tidak seperti ketika mereka salng berbincang meski hanya melaui pesan singkat saja.
"Mau merayap juga boleh." Jawab Ken spontan.
"Apa? Me-rayap?" Alona tampak keheranan akan ucapan Ken barusan yang sengaja dia ujar untuk membalas godaan Alona tadi. Lalu mereka saling menatap sejenak, saling memperhatikan wajah mereka satu sama lain, kemudian tertawa lepas bersama setelah saling memahami apa yang sejak tadi mereka maksud. Awal pertemuan yang sangat manis mengawali senja yang mulai bergaris mega di ufuk barat, mereka saling bercerita banyak hal untuk mengenal satu sama lainnya untuk lebih akrab lagi nantinya.