"Ehhem… uhuk, uhuk… hem, hem…"
Jihan dan Riyo dengan sengaja berdehem dan terbatuk-batuk untuk memecah kecanggungan diantara keduanya. Karena Ken dan Alona sangat jelas terlihat mereka sedang menahan rasa nervous yang sangat besar sehingga mereka sama-sama terlihat kaku. Melihat sikap Ken yang demikian, Riyo sangat mudah menebaknya apa yang tengah terjadi.
"Hai, Alona. Woah, ini kejutan yang sangat perfect. Kau tiba-tiba mau datang ke sekolah kami, tapi sepertinya kejutan itu jauh lebih wow di hati Ken saat ini. Iya kan, Ken?" ucap Riyo kembali memecah kecanggungan.
"Ah, ehm… Hai, kenapa tidak memberitahuku jika kau akan datang?" tanya Ken kemudian menyapa Alona tanpa mempedulikan semua teman-temannya yang kini kebingungan melihatnya.
"Ehm, kau tahu aku tidak mungkin datang kemari jika bukan karena Jihan memaksaku. Apakah kau marah?" sahut Alona masih dengan perasaan canggung.
"Aku tidak marah, hanya sedikit ingin jatuh pingsan saja. Hehe," balas Ken lagi. Lalu mereka saling melempar senyuman manis dan saling bertatapan meski dengan wajah malu-malu.
"Oh my God, baby… Katakan padaku, apakah kau berpikir yang sama denganku?" ucap Riyo pada kekasihnya.
"Tentu kita selalu satu pemikiran, sayangku. Sepertinya diam-diam mereka mengkhianati kita sebagai sahabat dekat mereka," sahut Jihan menanggapi. Lantas mereka menatap tajam ke arah Alona dan Ken yang saling bertatapan dengan senyuman malu, begitu pula dengan para teman-teman Ken yang lainnya, mereka terdiam dan menyaksikan sikap mereka berdua yang sangat jelas terlihat hubungan mereka ialah lebih dari sekedar kenal saja.
Beberapa menit kemudian, Ken menyadari jika begitu banyak tatapan mata yang mengelilinginya dengan tajam. Sehingga dengan ragu dia melihat sekeliling teman-temannya, lalu dengan senyuman nyengir bak kuda Ken mencoba mengalihkan pandangan mereka padanya.
"Hahaha, ayolah… Jangan menatapku dengan tatapan yang menyeramkan begitu, apa aku berbuat suatu kesalahan?" ujar Ken dengan tingkah konyolnya itu.
Akan tetapi, tidak ada tanggapan dari semua teman-teman Ken, begitu pula dengan Jihan dan Riyo. Justru mereka kini melipat kedua tangannya di atas perut, menegakkan tubuh mereka, menajamkan lagi semua tatapan mereka pada Ken. Tentu saja Ken mengerti akan tanggapan mereka, para teman sekaligus sahabatnya. Dia terdiam sesaat dan melihat ke arah Alona yang mengatupkan kedua bibirnya sejak tadi, dia terlihat sedikit cemas.
Lalu kemudian, Ken menarik napasnya dalam-dalam seraya memberanikan diri menarik tangan Alona untuk berada dalam genggamannya. Alona tampak terkejut juga kebingungan, bertanya-tanya entah apa yang akan di lakukannya itu.
"Ken…" bisik Alona memanggilnya.
"Dia Alona, pacarku!" ujar Ken dengan lantang dan tegas.
Seketika semua teman-temannya yang menyaksikan dan mendengar pernyataan Ken, menghempaskan napas panjang seraya menepuk kening mereka masing-masing.
"Aku sudah menduganya, huh… Alona sayang, kau berhutang padaku. Kau harus menceritakan semua sejak kapan dimana dan kenapa bisa? Meskipun, aku sudah bisa menebaknya sih…" kata Jihan mulai menggodanya.
"Apaan sih, Jihan." Alona tampak tersipu malu mendengar ucapan Jihan yang menggodanya.
"Jadi, oh jadi… Ketua geng kita sudah tidak jomblo lagi? Sungguh terlalu, mengapa kita bisa kecolongan kali ini?" balas Riyo ikut menggoda Ken.
"Hahaha, apaan lu? Sudahlah! Jangan terus menggodaku," balas Ken dengan malu-malu.
"Eeeh… tunggu dulu, dia belum menyapa kami para pengikut setiamu, bos." Celetuk salah satu teman dekat Ken.
Alona mendelikkan kedau alisnya ke atas, setelah salah satu teman Ken memintanya untuk memperkenalkan dirinya.
"Akh, tidak perlu! Bukankah aku sudah memperkenalkannya tadi," sahut Ken membantah.
"Hem… mulai posesif, hahaha…" semua kembali tergelak tawa menggoda Ken dan Alona yang masih berpegangan tangan. Padahal, keringat dingin sejak tadi terus bercucuran di kening Ken. Selain dia merasa malu karena selalu di goda oleh teman-temannya, dai juga merasakan detak jantunya yang kian terus saja meningkat setelah dia menggenggam tangan Alona.
Tanpa di ketahuinya pula, Alona merasakan hal yang sama. Terlebihnya lagi, ini baru pertama kalinya dia bersentuhan tangan dengan Ken. Setelah mereka kini menjadi sepasang kekasih dalam waktu yang singkat, tapi terasa begitu sangat indah dan manis di rasa.
Yah, tidak ada definisi yang bisa menuturkan bagaimana indahnya akan perasaan yang baru saja timbul di hati seseorang yang baru saja merasakan jatuh cinta. Rasa manis di setiap senyuman yang di simpulkan, semua orang pun akan langsung mampu menebaknya, jika kini Alona dan Ken sedang berada di fase tersebut. Tidak ada yang bisa di jelaskan selain hanya terus menyimpulkan senyuman manis dari bibir keduanya.
Beberapa saat kemudian, perbincangan mulai mencair. Setelah kedatangan Alona untuk yang pertama kalinya di sekolah Ken, di sambut dengan keramahan dan kejahilan-kejahilan para sahabat Ken. Lantas Alona dan Jihan berpamitan untuk kembali pulang ke rumah mereka masing-masing. Karena kedatangan Jihan, kekasih Riyo hanya lah semata untuk menyapa Riyo dan melepas salam ungkapan cinta di hati mereka sebelum sampai di rumah, mereka memang selalu ingin terlihat romantis dalam menjalin suatu hubungan pacaran.