webnovel

Kenalan semu

Malam kian larut, sudah waktunya kedai akan tutup. Meski para pegunjung masih ingin bersenang-senang dan bersantai di tempat. Begitupula dengan teman-teman Kenzo, berhubung besok hari minggu dan tentu sekolah sedang libur, mereka berniat untuk berbincang sejenak untuk menghabiskan malam dengan alunan lagu yang ingin mereka nyanyikan untuk menemani mereka malam ini, hingga rasa kantuk datang menyerang.

Mereka duduk santai diatas hamparan yang mereka gelar di bawah, tepat di depan kedai milik ayah Kenzo. Suasana malam ini memang sangat berbeda, langit tampak cerah di hiasi cahaya bintang. Membuat mereka enggan beranjak untuk melelapkan mata mereka.

"Ken, bagaimana dengan tawaranku tadi? Kau belum menjawabnya." Kembali Rio menanyakan hal yang sama di sela Kenzo menyanyikan sebuah lirik lagu. Sejenak, Ken menghentikan petikan jemarinya di gitar yang dia geluti sejak tadi.

"Mau aja deh lu, Ken. Itung-itung kan nambah koleksi cewek bro, hihihi." Salah satu teman Kenzo yang lain menggodanya, lalu kemudian di susul tawa lepas oleh ketiga temannya yang lain.

"Hah, baiklah. Simpan saja nomor ponsel cewek itu di ponselku, tapi aku tidak menjadikannya koleksi ku, bro. wanita haruslah di sanjunng dan pelihara dengan sebaik mungkin," jawabnya dengan nada serius sembari memberikan poselnya pada Rio.

"Ingat, pelihara dengan baik sampai dia mampu mengeluarkan suara mengaung nantinya. Hahaha." Kembali Ken mendapat ledekan dari teman-temannya, bagi Ken ini sudah menajdi hal dewasa ketika para temannya selalu menjadikan bahan candaan dengan apa yang dia tuturkan, sebab selama ini dia memang terkenal paling konyol dalam berbicara. Tapi entah kali ini, sepertinya dia masih dalam suasana terpuruk setelah putus dari pacarnya baru-baru ini.

Selama ini, di sekolah Ken juga terkenal selalu bergonta-ganti pacar. Itu karena banyak diantara para cewek di sekolanya hanya mengejarnya untuk mendapat popularitas. Meski begitu, masih belum ada yang mampu mengetuk hatinya dalam keseriusan berpacaran hingga saat ini.

Malam mulai larut hendak bersua dengan pagi. Ketiga teman Ken sudah mulai di serang rasa kantuk, akhirnya mereka berpamitan untuk pulang. Begitupun dengan Ken yang kembali pulang kerumahnya yang tak jauh dari kedai milik ayahnya itu.

Baru saja dia memejamkan matanya, pagi pun telah tiba. Ia bergegas bangun dari tidurnya untuk menghirup udara pagi dengan melakukan aktifitas olahraga ringan. Itu adalah salah satu sifat Ken yang membuat ayah dan ibunya selalu memanjakannya, walau dia terbilang anak muda yang selalu menghabiskan waktu nongkrong di malam hari selain belajar, dia tidak pernah malas untuk bangun pagi. Setelah selesai melakukan aktivitas paginya dia segera pergi menuju kedai ayah nya, sementara sang ibu masih beberes di rumah.

"Ken, kau tidak ada acara lain, Nak?" tanya sang ayah setelah Ken datang lalu membantunya membersihkan meja-meja untuk para pengunjung.

"Hmm. Seperti biasa, ayah. Mungkin hanya nongkrong biasa dengan anak-anak jamet nanti." Dia menjawab dan menyebutkan nama genk nya, sesaat sang ayah menghentikan aktifitasnya dengan menatap ke arah Ken yang terus menyibukkan diri dengan begitu gigih.

"Hari ini bukan kah weekend? Biasanya hari yang sangat dinantikan para kaula muda bukan?" sindir sang ayah pada Ken. Dia ingin tahu, apakah puteranya itu sudah memiliki pacar seperti anak muda lainnya. Sebab terakhir kali, beberapa kali datang seorang wanita ke kedai untuk mencarinya. Dan itupun bukan hanya satu wanita yang sama, melainkan berbeda-beda.

"Hem, mungkin ayah. Tapi bagi ku saja. tidak ada yang berbeda dari hari biasanya," jawabnya acuh, sembari menggosok-gosok sebuah meja di depannya. Ia mengerti maksud arah pembicaraan ayahnya itu. Lalu kemudian mendadak dia di ingatkan oleh ucapan Rio, temannya. Saat semalam memaksanya untuk berkenalan dengan seorang cewek, lalu dia meraih ponselnya hendak menelpon Rio untuk menanyakan nama cewek itu yang sudah Rio simpan di ponselnya, tapi semalam dia belum sempat melihatnya.

"Halo, hmm." Jawab Rio di ujung ponselnya itu, dia terdengar masih serak karena masih tertidur meski ini sudah hampir jam 8 pagi.

"Yo, kamu kasih nama siapa cewek itu?" tanya Ken setelahnya.

"Aduh, semalam kamu tidak menyimak ucapanku ya? Aku sudah memberitahumu beberapa kali. A-L-O-N-A, namanya Alona." Jawab Rio dengan suara yang kian jelas setelah menjabarkan nama cewek itu.

Hmm… nama yang cantik! Ujar Ken dalam hatinya.

"Halo, Ken. Kau mendengarku?"

"Ah, ya! Aku mendengarnya, baiklah aku akan mencoba menghubunginya." Kenzo tersadar dari lamunannya yang sesaat tadi, entah kenapa nama itu begitu membuatnya damai. Padahal mereka baru akan berkenalan.

"Hahaha, baiklah. Sukses ya, bro! jangan lupa traktirnya nanti kalau kalian sudah jadian." Ledek Rio dengan mematikan panggilan Ken kemudain, sebab dia tidan ingin mendapat balasan yang lebih menggila dari teman dekatnya itu.

"Akh, dasar. Belum juga kenalan, belum tentu dia akan mau menjadikanku pacar. Belum tentu juga dia akan masuk kriteria ku." Ujar Ken sembari mengomel lalu dia melanjutkan niatnya untuk mencari nama cewek itu di kontak ponselnya. Sebelum mengirim pesan singkat untuk cewek itu, Ken menatap layar ponselnya sedikit lama. Berulang kali dia mengetik kata untuk dikirim melalui pesan singkat, namun berulang kali dia hapus hingga tanpa dia sadari sudah terkirim sebuah kata 'hai' untuk cewek itu.

"Akh, sial! Malah terkirim begitu doang," umpatnya setelah muncul sebuah notif pesan di terima.

Tanpa terduga, cewek yang di kenal di kenalnya dengan nama Alona itu merespon cepat akan pesan singkat yang tanpa sengaja terkirim.

Hai juga! Dengan siapa ini?

Perasaan Ken campur aduk membaca balasan pesan tersebut. Wajahnya merona merah jambu, baru kali ini dia merasakan hal itu meski berulang kali dia berpacaran danmenyatakan perasaan pada beberapa cewek di sekolahnya. Walaupun dia lebih sering mendapat pernyataan cinta lebih dulu, itu tak membuat hatinya bergetar.

Aku teman Rio, dari sekolah SMA negeri Xxx. Namaku Kenzo, biasa di panggil Ken.

Balas Kenzo, dia tidak menyadari jika balasan yang dia kirim itu sangat kaku. Di tempat yang berbeda, seorang gadis remaja seusianya tertawa geli membacanya. Karena terlihat seperti anak sekolah TK yang memperkenalkan diri di depan kelas.

Lucu banget sih, kamu. Hihi, aku Alona. Ya, aku tau Rio kok. Senang kenal dengan mu, Ken!

Kembali Kenzo tersenyum nyengir membaca balasan chat dari gadis yang kini di kenalnya dengan nama Alona. Kemudian dia meletakkan ponselnya embali ke dalam saku celananya, lalu kembali membersihkan meja-meja yang lain. Bagi nya perkenalan itu sudah cukup, dia tidak suka berbelat belit dengan perkenalan yang hanya di laluinya melalui obrolan udara. Cukup baginya mengetahui respon Alona yang mau menerima nya dengan ramah meski itu hanya perkenalan semu.

Siguiente capítulo