webnovel

Inggrid Shit List

Warning!!! Rate M untuk adegan dewasa dan kata-kata kasar. Volume 1-2 Jika membuat Inggrid jatuh cinta sama artinya dengan kemenangan terbesar dalam hidupnya. It's okay, Mika akan membuat wanita tidak peka itu jatuh cinta padanya dan setelah itu CAMPAKKAN! Volume 3-4 Pengalaman ditolak oleh cinta pertama membuat Hellen trauma untuk jatuh cinta dan pekerjaannya sebagai editor membuatnya semakin sibuk untuk sekedar keluar minum kopi dengan lawa jenisnya. Tapi siapa sangka jika keputusannya untuk pergi ke pesta ulang tahun teman kantor membuatnya bertemu dengan seorang dokter mesum bernama Arka Bagaskara! "Kau mau minum apa?" "Susu kalau boleh?" "Baiklah," "Dari sumbernya langsung?" Ya, ketidak beruntungan Hellen karena dia harus terperangkap dengan sosok dokter mesum tapi tampan.

Yuni_Saussay · Urbano
Classificações insuficientes
206 Chs

Bab 14 : Satu huruf

Penerbitan sedang sibuk selama dua hari terakhir. Untuk menutupi kerugian atas perkara beberapa waktu lalu, para editor dan juga divisi lain yang menjadi tumbal. Mereka bekerja dalam tekanan, lembur hingga tengah malam untuk mengejar deadline.

Semburat jingga sudah berganti dengan warna kelabu. Dingin menyeruak masuk dari jendela yang sedikit terbuka. Di luar hujan deras. Inggrid mendesah sebal, walaupun hari ini dia membawa jas hujan, tetap saja tubuhnya nanti akan basah.

"Hellen,"

Hellen menoleh, "Ya?"

Inggrid tidak tahu harus bagaimana mengucapkannya. Ia harus pulang untuk ganti jaga dengan kakaknya, menunggui sang Ibu yang saat ini dirawat di rumah sakit. Tapi ia juga tidak enak jika harus meninggalkan Hellen sendiri di kantor, belum lagi si manja Anggi dan beberapa orang sudah pulang lebih dulu.

"Maafkan aku, ibuku sedang sakit dan aku harus cepat pulang untuk ganti jaga dengan kakak-ku."

Hellen memutar bola matanya sebelum memutuskan untuk bicara. "What are you waiting for, then?"

Inggrid menarik kedua bibirnya membentuk sebuah senyum, "Thanks." ucapnya kemudian sibuk membereskan barang-barang miliknya ke dalam tas. Sebelum pergi, ia menyempatkan diri untuk mencium pipi Hellen. "Aku pulang, dan ... maafkan aku. Besok akan kutraktir makan siang. Aku janji."

....

Inggrid masih terkikik, Hellen pasti mengira dirinya memiliki orientasi seksual yang menyimpang. Saat melintasi lobi, ia melihat sosok dokter tampan. Segera saja Inggrid menelpon Hellen untuk lekas turun ke lobi karena ada seseorang yang menjemputnya tanpa mengatakan siapa orang tersebut.

"Haaah ... apa yang terjadi dengan kedua ban motorku?" pekik Inggrid saat ia sampai di parkiran. "Demi Tuhan, tadi pagi aku sudah memompa ban motorku dan tadi siang keadaan mereka berdua masih baik-baik saja." Inggrid mengerang frustasi, rambutnya yang sudah kusut semakin kusut karena ia remas sedemikian rupa.

"Ada apa dengan motor bututmu?"

Inggrid berjengit saat seseorang tiba-tiba berbicara, menoleh ke belakang, Inggrid mendapati Mika berdiri di sana. "God, kenapa wajah menyebalkan itu harus muncul di waktu seperti ini? Membuat mood semakin rusak saja!" benak Inggrid mengumpat kesal. Ia baru saja akan pergi saat tiba-tiba saja rambut kuncir kudanya ditarik dari belakang. "Apa yang kau lakukan, sialan!"

"Ikut denganku,"

Hah? Apa telinganya sedang bermasalah? Atau sebenarnya otak Mika lah yang sedang bermasalah di sini?

"Kau? Mau mengantarku?" tanya Inggrid dengan pandangan menyipit.

Tidak biasanya Mika berbuat baik pada pegawainya, apalagi berbuat baik padanya. Itu sangat mustahil kecuali dia memiliki rencana licik.

"Hey, ada apa dengan tatapan jahat itu? Aku hanya ingin berbuat baik pada tetangga dan teman kecilku. Itu saja." ucap Mika seraya mengangkat bahu.

Teman kecil?

Fix, Mika terkena gangguan mental. Ayolah, sejak kecil Mika membencinya walaupun Inggrid tidak tahu kesalahan apa yang pernah ia lakukan selain perihal surat taruhan saat SMA dulu.

"Kau tidak berniat menurunkanku di tengah jalan kan?"

Mika terkekeh, "Aku tidak sejahat itu. Lagipula Mama akan menggantungku kalau tahu anaknya yang tampan ini menurunkan seorang gadis di tengah jalan saat hujan deras."

Oh ya?

Inggrid menghela napas sejenak sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam mobil yang pintu penumpangnya sudah dibukakan oleh Mika. Setelah menutup pintu, pria itu segera berjalan memutar untuk duduk di bangku kemudi. Mesin sudah dinyalakan, namun entah kenapa Mika belum mengemudikan mobilnya ke luar area kantor.

"Apa?" tanya Inggrid waspada saat orang suci itu tengah menatapnya sekarang.

"Kau belum memakai sabuk pengaman." ucap Mika seraya menyeringai. 'Dia pasti gugup karena berada sedekat ini denganku dalam waktu yang cukup lama.'

Inggrid memutar bola matanya sebal kemudian mulai memasang sabuk pengaman di tubuhnya.

"Aku lihat rumahmu selalu gelap. Kau belum membayar tagihan listrik?" sindir Mika. Mereka sudah meluncur di jalanan yang padat merayap.

"Ibuku sedang dirawat di rumah sakit dan aku harus menungguinya."

Mika mengangguk mengerti. "Dengan kata kain, selama ini kau selalu tidur di rumah sakit?"

"Begitulah."

"Malam ini juga?"

Inggrid mendengkus. "Ya, Mika. Jadi bisakah kau mengantarku ke sana?"

Bibir Mika lantas membuat sebuah kurva, "Sure."

Tolong dicatat, dia bertanya bukan karena peduli ataupun khawatir.

Perjalanan menuju rumah sakit berubah menjadi dingin, sedingin udara di luar sana. Inggrid bingung harus bicara apa karena dia tidak tahu kualitas humor seorang Mika seperti apa, yang pasti dia tidak segila dirinya dan juga Ando. Jadi Inggrid lebih memilih diam daripada membuat orang itu tersinggung nantinya.

....

"Kenapa kau baru pulang?"

Rupanya Agatha belum tidur. Wanita itu sedang menonton drama di ruang tengah. Mika berjalan mendekat kemudian menjatuhkan dirinya di atas sofa. Ia memeluk bantalan sofa dan mengerang nyaman.

"Aku baru saja mengantar teman." jawabnya santai.

Tatapan Atha yang semula terfokus pada layar TV kini sudah beralih menatap Mika. "Kau punya teman? Wow. It just wow." serunya tak percaya.

Demi Tuhan, dia Mika. Adiknya yang pendiam dan jarang bicara. Sejak masa SD sampai SMA dulu, Atha sama sekali tidak pernah mendapati Mika pulang bersama temannya atau dia mengajak temannya main ke rumah. Belum sekali pun. Jadi cukup mengejutkan saat Mika mengatakan dia baru saja mengantar temannya pulang.

-Wanita cenderung lebih ingin di perhatikan. Maka berilah mereka perhatian jika ingin membuatnya terkesan dan jatuh cinta pada kalian, kaum adam.-

Mika tersenyum setelah membaca quote seseorang yang mampir di timeline sosial medianya. Inggrid sedang mengalami kesulitan saat ini, jadi inilah waktu yang tepat untuk membuat wanita itu terkesan padanya.

"Kau punya nomor Inggrid?"

Agatha berkedip beberapa kali. "Punya. Kenapa memang?"

"Kirim padaku, aku ada perlu dengannya."

Tunggu dulu. Jangan bilang kalau teman yang Mika maksud tadi adalah Inggrid?

"Astaga, Mika. Kau benar-benar merangkak dari bawah hah? Kalau kau menyukai Inggrid maka katakan langsung dengan jelas padanya!"

"Aku tidak menyukainya. Berapa kali aku harus mengatakan itu padamu?"

Agatha memutar bola matanya jengah. "Semoga saat kau sadar dengan perasaanmu, Inggrid belum menikah atau bahkan mempunyai anak."

"Kau melantur, Atha. Tidurlah, mungkin kau sudah lelah." Mika mengecup kening kakaknya lalu dia pergi melenggang ke kamar setelah mendapatkan apa yang dia mau, nomor Inggrid.

Mika merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Ia mengeluarkan ponsel dari saku jins-nya dan mulai membuka message icon.

Ini nomorku. Hubungi aku kalau kau perlu bantuan. —Mika

Mika baru saja akan meletakkan ponselnya ketika lampu LED kembali menyala. Ada balasan dari Inggrid. Secepat itukah? Mika tersenyum, ia segera membuka pesan balasan itu.

Y —Inggrid

What the heeeellll ... apa-apaan balasannya itu! Hanya satu huruf. Inggrid hanya menulis huruf Y. Mika masih menatap ponselnya tidak percaya. "Ya Tuhan ... dia benar-benar menyebalkan."