Musik berdentum memekakan telinga namun orang-orang yang berada di sini sama sekali tak ada yang merasa terganggu, malah mereka saling mengangkat satu tangan mereka ke udara kemudian mereka hentakkan seirama dengan hentakkan musik. Glek, lagi, entah sudah gelas keberapa yang mereka sodorkan padaku. Namun yang kutahu, kepalaku sudah mulai berputar dan berdenyut sakit.
"Lagi, lagi, lagi!" mereka berteriak seraya menyodorkan gelas berikutnya.
God, andai aku tinggal bersama kedua orang tuaku, mungkin saat pulang nanti aku akan diceramahi habis-habisan. Atau bisa jadi kepalaku akan putus dari tempat seharusnya berada. "Enough, perutku- hoeeek ..."
"Helleeen!!"
.
.
.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com