webnovel

Inggrid Shit List

Warning!!! Rate M untuk adegan dewasa dan kata-kata kasar. Volume 1-2 Jika membuat Inggrid jatuh cinta sama artinya dengan kemenangan terbesar dalam hidupnya. It's okay, Mika akan membuat wanita tidak peka itu jatuh cinta padanya dan setelah itu CAMPAKKAN! Volume 3-4 Pengalaman ditolak oleh cinta pertama membuat Hellen trauma untuk jatuh cinta dan pekerjaannya sebagai editor membuatnya semakin sibuk untuk sekedar keluar minum kopi dengan lawa jenisnya. Tapi siapa sangka jika keputusannya untuk pergi ke pesta ulang tahun teman kantor membuatnya bertemu dengan seorang dokter mesum bernama Arka Bagaskara! "Kau mau minum apa?" "Susu kalau boleh?" "Baiklah," "Dari sumbernya langsung?" Ya, ketidak beruntungan Hellen karena dia harus terperangkap dengan sosok dokter mesum tapi tampan.

Yuni_Saussay · Urbano
Classificações insuficientes
206 Chs

Bab 11 : ceklis

Inggrid sedang berada di kafetaria kantor saat beberapa staf dari departemennya datang padanya.

"Inggrid, terjadi sesuatu yang sangat darurat. Pak Mika terlibat baku hantam dengan Manager Venus Publishing."

Inggrid mengerutkan dahinya karena tidak mengerti dengan masalah yang saat ini terjadi.

"Lalu kenapa kalian datang padaku? Seharusnya kalian datang pada security untuk memisahkan mereka, benar?"

"Kami sudah memanggil Pak Nino untuk melerai mereka namun apa yang Pak Mika lakukan? Dia malah menonjok Pak Nino karena berani memisahkannya. Dan Anggi bilang hanya kau yang bisa menjinakkan Pak Mika."

Huh? Apa telinganya tidak salah dengar? Menjinakkan Mika? Yang benar saja! Memangnya mereka pikir Inggrid ini apa? Pawang Chihuahua? Lagipula ada apa dengan otak Anggi? Kenapa si manja itu malah mengatakan hal tidak masuk akal pada semua orang?

"Inggrid, kau pilih mana? Kau yang menjinakkan Pak Mika atau Polisi yang akan melakukannya. Dan itu artinya kantor kita akan mendapat masalah, menjadi sorotan publik disaat perkara yang sebelumnya belum selesai."

Polisi?

Kalau Polisi sampai datang kemari, maka itu artinya selesai. Bukan hanya baku hantamnya yang selesai tapi nama penerbitan ini juga akan selesai!

"Brengsek! Kalian memang benar-benar brengsek!" sungut Inggrid kemudian pergi manuju ruangan Mika.

Saat ia sampai di sana, semua orang sudah mengerumini pintu masuk ruangan bos mereka. Susah payah Inggrid menerobos masuk. Di sana, dua orang masih sibuk saling memiting satu sama lain. Inggrid menggulung lengan kemeja dan melepas sepatu kesayangannya lebih dulu sebelum memutuskan untuk masuk ke medan perang sebagai wasit.

"Akhhh ..." dua orang itu sama-sama menjerit kesakitan saat kaki mereka ditendang oleh Inggrid dengan keras.

"Apa kalian sudah kehilangan akal sehat? Lihat, di luar sana semua orang sedang menonton pertandingan bodoh kalian." omel Inggrid pada dua orang yang saat ini sedang meringis kesakitan karena ulahnya. "Putra, sebaiknya kau lekas pergi jika urusanmu sudah selesai."

Putra mendengus sebal, matanya kembali melirik Mika untuk terakhir kalinya sebelum ia memutuskan pergi dari sana walaupun sebenarnya enggan.

Ya, antar saja mantan keparatmu itu sana! benak Mika bersungut kesal saat melihat Inggrid ikut melenggang ke luar bersama Putra. Ia bangkit dari posisi memalukannya dan berjalan menuju sofa untuk menumbangkan diri di sana.

....

Inggrid kembali ke ruangan Mika seraya membawa kotak obat. Inggrid tidak tahu kenapa ia melakukan ini, hanya saja ia meyakini bahwa apa yang ia lakukan itu adalah sebuah rasa peduli terhadap sesama seperti yang diajarkan oleh gurunya saat sekolah dulu.

Mika yang semula terduduk di lantai kini sudah berpindah ke sofa, pria itu tengah berbaring dengan satu tangan yang menutupi matanya dan tangan lainnya menjuntai ke bawah. Inggrid menghela napas sebelum memutuskan untuk duduk di bawah dan mulai mengobati tangan Mika yang lecet karena baku hantam dengan Putra tadi. Setelah mengobati tangan, kini Inggrid beralih duduk di pinggiran sofa. Ia menggapai wajah bosnya. Ada beberapa luka lebam di pipi dan pelipis, sedangkan bibirnya berdarah.

"Apa otakmu bermasalah?" Inggrid mulai mengomel, "kenapa kau berkelahi dengan Putra? Setahuku kau bukan tipe orang yang mau terlibat dalam masalah. Tapi apa yang baru saja kau lakukan?"

Inggrid menuangkan alkohol di kapas dan mulai membersihkan darah di sekitar bibir Mika. "Anak Mami sepertimu tidak pantas berkelahi seperti tadi. Tck, bahkan kau tidak tahu caranya memukul. Oh, Tuhan ... tadi itu bukan perkelahian orang dewasa, kalian sama-sama terlihat seperti anak kec-"

Inggrid berkedip beberapa kali. Ia masih mencoba mencerna apa yang sedang terjadi padanya. Bibirnya terasa basah, hangat dan seperti ada ular jinak yang mematuk-matuk ingin masuk ke dalam mulutnya. What da faaak... itu bukan ular, tapi LIDAH MIKA!!!

Inggrid berusaha mendorong tubuh Mika menjauh namun ia tidak bisa. Tenaganya seperti tersedot begitu saja, sistem sarafnya seperti tidak berfungsi dan ditambah dengan kedua tangannya yang dipiting ke belakang tubuh membuat Inggrid semakin tidak berkutik.

Mika tersenyum disela ciumannya, walapun tidak memiliki pengalaman dalam hal kencan, akan tetapi beberapa film yang ia tonton banyak memberikannya pelajaran dan informasi berharga.

"Engh ...." Inggrid ingin menghilang dari muka bumi saat mendengar mulutnya melenguh ketika Mika menghisap lidahnya kuat. Inggrid ingin memprotes, ingin marah atau bahkan ingin menedang Mika dari atas sofa saat pria ini semakin memperdalam ciuman bahkan menggigit-gigit kecil bibir ranumnya.

"Aku lebih suka bersilat lidah daripada adu jotos." ungkap Mika setelah menjauh dari Inggrid.

"MATI SAJA KAU SIALAN!"

Mika tersenyum. Tendangan di tulang keringnya tadi sepadan dengan apa yang telah Inggrid curi, yaitu ciuman pertamanya. Yak, salah satu wish list tak tertulisnya sudah ada yang terlaksana, ciuman.

Selama ini ia bertanya-tanya bagaimanakah rasanya berciuman. Dan ternyata rasanya ada manis-manisnya gitu dan efek yang dihasilkan adalah senyum berkepanjangan, darah berdesir, dada berdetak terlalu kencang dan susah tidur.

....

Inggrid sudah memakai piama tidurnya. Berendam dengan sabun relaksasi membuat pikirannya sedikit tenang. Sebelum pergi tidur, ia kembali mengecek pintu utama, jendela dan pintu balkon kamarnya sudah terkunci.

"Orang suci apanya! He is the worst ever in the universe." sungut Inggrid seraya menatap kamar tetangga sebelahnya sebal. "Aaaargh!" kemudian ia mengerang frustasi setiap kali mengingat kejadian siang tadi, mengingat betapa menjijikannya suaranya hanya karena sebuah ciuman dari seorang amatir.

Mulai detik ini, dia harus meningkatkan keamanan karena dia tidak pernah tahu apa yang ada dalam otak tetangganya itu. Hal yang paling Inggrid takutkan adalah, Mika menyusup ke kamarnya seperti yang pernah ia lakukan beberapa hari lalu.

Drrrt... Drrrt...

Getar ponsel di atas meja rias menarik perhatian Inggrid seketika. Ia berjalan ke sana untuk mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menelpon. "Kak Ghina?" keningnya mengernyit seketika. "Halo, ada apa?"

'Kau bisa ke rumah? Ibu sakit, aku tidak bisa begadang karena kandunganku.'

Ibu sakit? Beliau pasti kelelahan karena mengurusi kak Ghina dan juga pekerjaan rumah. Pikir Inggird sedih. "Hn, aku akan datang setelah mengemasi baju. Suruh Mas Zio menjemputku ke rumah. Jam segini mana ada kendaraan umum."

'Oke.'

Setelah sambungan panggilan ditutup, Inggrid langsung mengemasi beberapa bajunya ke dalam ransel.