webnovel

Beautiful Mate

Author: Jasmine_JJ
Fantasy
Ongoing · 81.6K Views
  • 84 Chs
    Content
  • 5.0
    17 ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

Warning, 21+ mohon bijak dalam membaca. Avery Selena Dawn, seorang gadis yatim piatu 25 tahun yang baru saja lulus dari jurusan fashion design memutuskan untuk nekat mencoba melamar pekerjaan pada perusahaan fashion kulit dan bulu yang terkenal bernama Anima, karena kesulitan yang sedang melilit panti asuhan tempatnya tinggal dahulu yang menyebabkan anak-anak di sana kelaparan. Ia tentu saja sangat bersemangat ketika pada akhirnya diterima pada perusahaan itu. Perusahaan yang terkenal sangat ketat dan sulit menerima karyawan baru itu, bahkan memberinya kontrak khusus dan pendapatan yang terbilang tinggi untuk karyawan canggung yang tak berpengalaman sepertinya. Awalnya Avery mengira kontrak untuknya hanyalah sekadar kontrak kerja biasa sampai ia mengetahui bahwa kontrak itu adalah kontrak yang dibuat sendiri oleh Dominic Lucius Aiken, sang CEO sekaligus pemilik perusahaan itu ketika ia telah tinggal di mansion tua mewah yang sebelumnya ia kira adalah tempat khusus untuk para karyawan Anima. Tetapi dugaannya salah, ketika sang CEO sendiri ternyata juga bertempat tinggal di sana. Dominic, pria yang begitu tampan, gagah, misterius dan sangat mempesona itu, yang selalu terlihat dikelilingi oleh para wanita kemana pun ia pergi, membuat Avery sedikit muak. Pasalnya, ketika para wanita yang ternyata juga tinggal seatap dengannya, kerap memusuhinya dan selalu mencoba membuatnya tampak buruk ketika mereka mengira ia adalah 'mainan' baru sang Alpha! Tunggu, Alpha? Siapa? Dominic? Siapa ia sebenarnya hingga para wanita menyebutnya Alpha?!

Chapter 1Avery Selena Dawn

Gadis berambut cokelat dan mata teduh keemasan selembut madu itu tampak sedikit bergetar ketika ia berdiri di depan sebuah gedung tinggi yang begitu menjulang dan tampak sedang mengintimidasinya itu.

Avery mendesah kecil ketika dilihatnya para pekerja wanita yang begitu modis berkeliaran dengan penuh percaya diri di sana. Mereka layaknya model yang tengah berlomba-lomba untuk menghadiri peragaan fashion ternama. Bagaimana tidak, dari semua brand dan merk outfit yang mereka kenakan, tak ada satu pun yang tak terkenal. Yah, tentu saja kecuali dirinya.

"Oh, ya Tuhan ... sangat menakutkan," gumam Avery lirih. Ia meremas tali tas map yang ia bawa yang berisi kumpulan design hasil rancangannya dengan kuat-kuat.

Perut Avery terasa melilit. Ia tahu, ia sudah salah menginjakkan kakinya ke dalam gedung ini. Jika tak mengingat wajah-wajah kecil yang kelaparan di Panti Asuhan Angelica milik Marry, bibinya, saudari tiri ayahnya yang telah meninggal itu, ia tak akan mungkin berani mencoba untuk melakukan hal nekat seperti melamar pekerjaan pada perusahaan fashion ternama yang bernama Anima.

Ruth, putri satu-satunya bibinya itu selama ini harus bekerja keras agar dapat membiayai beberapa anak panti yang masih ada di sana. Dan Avery tahu, jika itu sangat berat.

Ia termasuk anak yang sedikit beruntung. Walau kedua orangtuanya telah meninggal ketika ia kecil, tapi Marry dengan senang hati mau menampungnya dan mengizinkannya tinggal di panti kecil miliknya bersama putri dan anak-anak lainnya.

Dan keberuntungan lainnya yang ia miliki adalah, ia dapat bersekolah di tempat yang bagus hingga akhirnya dapat menyelesaikan pendidikannya sampai lulus dari jurusan yang diinginkannya, berkat bantuan dari Arthur, sahabat lama ayahnya yang merupakan dosen di salah satu universitas tempat ayahnya bekerja dulu.

"Avery ... kau bisa melakukannya," lirihnya lagi untuk menguatkan dirinya sendiri.

Dengan menelan ludahnya, Avery kemudian melangkah tegap untuk memasuki lobi kantor di sana. Ia sudah tak mempedulikan lagi tatapan para wanita yang menatapnya seolah aneh bahkan sinis ketika ia melangkah mendekati meja penerimaan tamu.

"Permisi, selamat pagi," sapa Avery sedikit canggung.

Wanita modis dengan rambut ponytail menyambutnya dengan sedikit mengerutkan alisnya. "Ya?" jawabnya.

"Maaf, bisakah aku menemui Clarita, bagian HRD perusahaan ini?"

"Ada kepentingan apa? Sudahkah kau membuat janji?" tanya wanita itu. Ia bahkan tak repot-repot untuk sekadar tersenyum atau berbicara ramah kepadanya.

"Ah, belum," jawab Avery sedikit tak yakin. "Begini, aku tahu perusahaan ini sedang tidak membuka lowongan pekerjaan. Tapi, karena aku melihat profil perusahaan kalian yang mengatakan bahwa kalian me ... menerima ide baru ataupun konsep segar yang mungkin tak ada sebelumnya, maka aku memberanikan diri untuk ...."

"Nona," potong wanita itu. "Kau sudah tahu jika kami tidak membuka lowongan pekerjaan baru, bukan? Seharusnya kau berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk datang kemari." Wanita berambut pirang dan bermata biru cerah itu tetap menatap Avery datar walau dalam kalimatnya terdapat beberapa penekanan nada yang tampak menyiratkan jika ia merasa kesal.

"Siapa bilang!?" ucap suara wanita di belakang Avery yang tiba-tiba saja mengagetkannya.

Avery menatap wanita yang tengah muncul dari belakangnya, yang berperawakan kecil dan memiliki rambut hitam bob pendek itu dengan sedikit takjub. Bagaimana tidak, jika seluruh aksesoris dan pakaian yang dikenakannya adalah barang-barang bermerk terkenal dan ternama yang tentu saja tidak murah harganya. Bahkan bisa dikatakan harganya selangit!

"Aku juga membaca profil perusahaan ini. Dan aku rasa, tak ada salahnya bagi Nona ini untuk memasukkan design yang ia punya. Karena akupun begitu, aku juga hendak mencoba melamar pekerjaan di sini," ucapnya sambil tersenyum santai.

Setelahnya, ia mendekat dan menatap tajam wanita penerima tamu itu untuk beberapa detik. "Sebaiknya kau hubungi manajer HRD untuk menerima kami, sebelum kau memutuskan sendiri," ucapnya dengan nada suara rendah dan tenang.

Entah mengapa, wanita pirang berponytail itu tampak gugup ketika mendapat tatapan wanita berambut pendek itu. Ia tiba-tiba mengangguk patuh dan tergagap. "Ba ... baik, Nona, saya akan menelepon bagian tersebut." Ia lalu segera meraih gagang telepon dan mulai berbicara.

Seolah tak mempedulikan itu, wanita tadi kemudian berbalik dan menatap Avery dengan binar ingin tahu. "Halo, manusia menarik, apa kau ingin melamar pekerjaan di sini?" tanyanya sambil tersenyum ramah.

Avery sedikit mengerjap mendengar cara wanita itu menyapanya. "Y ... ya," jawabnya gugup.

"Apa kau tak takut?" tanyanya sambil memasang wajah yang penuh dengan keheranan.

Tentu saja! Teriak Avery dalam hati. Ia kemudian membasahi bibirnya sebelum menjawab wanita itu. "Sangat!" balasnya. "Wanita mana yang tak takut jika ia dikelilingi oleh puluhan wanita lainnya yang sangat modis dan cantik," jawab Avery tanpa sadar setengah berbisik.

"Bukan itu maksudku," balas wanita itu sambil mengerutkan alisnya. "Bagaimana perasaanmu ketika melihat gedung ini dan masuk ke dalamnya?" tanyanya lagi.

Avery lalu mengangguk mengerti. "Aah, maksudmu perasaan mulas dan perut yang melilit, serta keringat dingin yang terasa membanjiri seluruh tubuhmu itu? Percayalah, bahkan saat ini pun aku sedang melawan rasa gugupku karena begitu cemas," ucapnya dengan wajah khawatir. "Andai kau tahu, bagaimana kegugupanku sekarang hingga aku menahan diri agar tidak sampai mengompol di celana!"

Wanita itu lagi-lagi mengerutkan alisnya dan menggeleng. Ia tersenyum geli. "Oke ..., tapi bukan itu maksudku, manusia konyol!" balasnya kemudian tergelak. "Jadi, siapa namamu?" tanyanya kemudian setelah berhenti tertawa.

"Avery," ucap Avery sambil menerima uluran tangan wanita itu.

"Aku, Leah," balasnya sambil tersenyum. Ia kemudian menepuk-nepuk perlahan punggung tangan Avery sembari mengusapnya sekilas. "Hembuskanlah napasmu Avery, dan tenanglah," ucapnya seolah memberi perintah.

"Ya, baiklah," balas Avery. Entah mengapa Avery kemudian melakukan yang diucapkan Leah. Dan anehnya setelah ia menghembuskan napasnya, ia seketika merasa ringan dan tenang.

"Kalian sudah dapat menemui Clarita di lantai 5, Nona-Nona," ucap wanita penerima tamu itu kemudian.

"Baiklah, ayo!" Tanpa mengucapkan terima kasih, Leah lalu menarik tangan Avery dan menggandengnya menuju ke arah lift.

"Te ... terima kasih," ucap Avery tergesa karena Leah tak memberinya kesempatan untuk berjalan pelan. Ia sedikit heran karena Leah seolah sedang terburu-buru.

"Mengapa begitu tergesa-gesa?" tanya Avery.

"Karena aku begitu bersemangat!" ucap Leah sambil tersenyum riang.

Avery hanya dapat menggeleng dan tersenyum geli. Ia kemudian mengikuti Leah yang telah berdiri di depan pintu lift.

"Tiing!"

Pintu lift terbuka tepat setelah dentingan itu terdengar. Di dalamnya, terlihat ada beberapa pekerja wanita dan pria sedang menggunakan lift yang sama. Bukannya langsung masuk, Leah hanya berdiri di tempatnya, sampai beberapa saat kemudian para pegawai di dalamnya satu demi satu keluar hingga lift kosong.

Setelah itu, Leah baru melangkahkan kakinya untuk masuk. Avery sedikit terheran-heran dengan sikap para karyawan di sini saat berhadapan dengan Leah. Apa karena ia memakai semua aksesoris dan terusan dari merk-merk ternama hingga mereka bersikap segan padanya? Pikiran itu sedikit mengganggunya.

"Avery, ayo!" panggil Leah.

Avery lalu mengangguk dan msuk dengan sedikit bingung. "Sungguh ... ternyata merk terkenal memang bisa membuat orang begitu disegani ya," gumamnya sambil menggeleng takjub.

"Apa maksudmu? Baju dan semua yang kukenakan ini?" tanya Leah acuh.

"Ya, tentu saja! Apa lagi? Sadarkah kau, Leah, kau sedang mengenakan outfit seharga dua rumah mewah di tubuhmu! Dan itu hanya kau gunakan untuk melamar kerja?!" ucap Avery seolah takjub bercampur ngeri. "Karyawan fashion mana yang tak akan merasa segan padamu?"

"Maksudmu ini?" ucapnya seolah tak percaya sambil menunjuk bajunya. Avery mengangguk tanda mengiyakan.

"Oh, dear ... jangan merendah. Justru kau yang mengenakan barang yang tak ternilai sekarang. Andai saja aku tak tahu jika kau tak mengerti, mungkin aku akan menganggap perkataanmu tadi sebagai ejekan untukku."

Avery membulatkan matanya. "Ejekan? A ... aku tidak bermaksud untuk mengejekmu. Aku hanya kagum padamu, sungguh!"

Leah hanya tersenyum geli. "Ya, aku tahu. By the way ... dari mana kau mendapatkan baju itu?" tanya Leah dengan wajah yang berbinar.

Avery kemudian menatap dress hitam selututnya yang bermotif bunga sambil merona dan tampak malu. "Ini maksudmu?" ucapnya sambil menatap bajunya sendiri. "Well, sebenarnya ini adalah baju lama ibuku. Aku hanya memadukannya dengan blazerku agar ini terlihat sedikit modern," jawabnya malu-malu. "Apakah ini tampak buruk padaku?" tanyanya lagi was-was.

"Ting!"

Pintu lift kembali terbuka untuk mengantarkan lantai tujuan mereka. "Itu sungguh sempurna, Dear ... jika saja kau tahu betapa iri dan takjubnya semua makhluk di sini saat melihat baju yang kau kenakan itu, mungkin kau akan mundur teratur."

Leah lagi-lagi mengucapkan kata-kata yang tak Avery mengerti. "Baju tua ini maksudmu?" tanyanya heran.

"Bukan baju tua, Dear ... tapi baju tak ternilai. Ayo, kita harus bergegas!" Leah kemudian menarik tangannya untuk keluar dari lift.

Sekeluarnya mereka, mereka dihadapkan pada lorong panjang dengan beberapa ruangan-ruangan kaca yang cerah yang tersekat menjadi beberapa bagian. Ruangan yang terlihat cukup luas itu tampaknya seperti ruangan untuk pertemuan ataupun rapat penting.

Dapat terlihat dari salah satu ruangan yang sedang berisi oleh sekumpulan pekerja bersetelan rapi yang sedang mengelilingi sebuah meja besar dan menghadap pada salah satu pria yang tampaknya sedang menyimak jalannya pertemuan dan tampak sedang duduk dengan tenang. Sedang di sebelahnya, ada seorang pria lainnya yang sedang berdiri sambil memegang berkas di kedua tangannya dan seolah-olah sedang berpresentasi.

"Mereka sedang rapat rupanya," gumam Avery.

"Ya, kau benar. Kau lihat pria yang duduk di depan mereka?" ucap Leah sambil memberi isyarat pada matanya. Ia merujuk pada seorang pria yang bersetelan paling rapi dan sedang duduk tenang sembari terlihat sedang mendengarkan dengan serius. Pria itu memiliki tatapan yang tajam dan tampak seperti sedang mengintimidasi.

"Ya," jawab Avery kemudian mengikuti arah pandang Leah.

"Ia adalah pimpinan di perusahaan ini," ucap Leah.

"Benarkah?" Avery terkejut mendengar ucapan Leah. Matanya seketika membulat.

"Ya, bagaimana menurutmu? Ia sangat tampan dan berkharisma, bukan?" ucap Leah.

Avery melirik lagi pria itu sekejap sebelum akhirnya menjawab, "Lumayan," gumamnya dengan raut wajah seolah sedang menilai.

"PPFFFTTTT!!! HGKH!"

Tiba-tiba Leah menutup mulutnya dan membekapnya dengan geli saat mendengar jawaban Avery. Ia terlihat menahan tawa yang hampir meledak dari mulutnya.

Avery yang tak mengerti hanya menatap Leah dengan bingung. Dan saat ia menatap lagi ruangan kaca bening tersebut, semua mata karyawan di sana tiba-tiba sudah menatapnya secara bersamaan, seolah mereka mendengar percakapannya dengan Leah!

Avery menahan napasnya dan sedikit tercekat, terlebih lagi saat pria pimpinan itu juga menatap wajahnya dengan tajam sambil memicingkan matanya seolah sedang menggeram. Jantungnya seketika berdesir.

Apa mereka mendengarku? Batinnya bertanya-tanya dengan heran. Untungnya, tak butuh waktu lama, setelahnya mereka akhirnya berbelok dan masuk ke dalam ruangan lain untuk meninggalkan ruangan kaca yang mereka lewati tadi.

"Mengapa menurutmu ia hanya 'lumayan'? Bukankah ia super tampan dan menawan?" tanya Leah lagi dengan raut yang masih menahan geli ketika mereka akhirnya sampai di depan pintu sebuah ruangan yang tertutup.

Avery mengerjap gugup. "Well, aku tak terbiasa menilai begitu saja keseluruhan seseorang tanpa mengetahui sifatnya. Maksudku, kebanyakan pria tampan sering tak sesuai dengan sifatnya. Dan aku mungkin akan menganggap pria atau siapa pun yang memiliki kepribadian buruk, sebagai orang yang buruk, maaf. Ini hanya berdasarkan pengalamanku saja," terang Avery lagi.

"Dan kau tak akan tertarik pada pria yang berkelakuan buruk sedikitpun, bahkan jika ia super tampan sekalipun?" tanya Leah.

Avery mengangguk. "Aku percaya, semakin ia memiliki wajah tampan, semakin besar kemungkinan ia akan berkelakuan buruk. Aku ... hanya tak terlalu suka pria tampan," ucap Avery setengah bergumam.

Ya, karena aku pernah mengalami beberapa pengalaman yang tak mengenakkan dengan pria tampan. Batinnya. Avery sekilas mengingat lagi kenangan buruknya mengenai pria-pria tampan yang sekadar ingin menggodanya atau bahkan berbohong, merayunya, untuk memanipulatif gadis lemah demi mendapatkan keinginannya.

"Oh, malangnya kau, pasti begitu buruk pengalamanmu ya hingga kau msih merasa pilu ketika teringat hal itu," gumam Leah sambil mengamati Avery.

"A ... apa?" jawab Avery kaget. Karena lagi-lagi Leah seolah mengerti apa yang sedang ia rasakan.

"Sudahlah, ayo kita masuk," ucapnya sambil tersenyum. "Dan, oh ya ... kau belum memberitahuku nama panjangmu."

"Oh, ya ... namaku Avery Selena Dawn," balas Avery.

"Sempurna!" balas Leah bersemangat. Ia kemudian mengetuk pintu yang tertutup itu sebelum membawa Avery masuk.

----****----

You May Also Like

Reinkarnasi; Anak Perempuan yang Tidak Sah Membalikkan Keadaan

#SELESAI# *Ini adalah novel ringan yang manis dengan tempo cepat..* "Tuan, Anda sangat tampan, bolehkah saya?" Dia berbalik dengan hangat memandangnya, senyuman memikatnya sangat menggoda begitu juga dengan matanya yang ungu. Huo Shen tidak merespon tetapi membiarkannya melakukan apa yang dia inginkan, karena dia tidak menolak, dia mengangkat tangannya yang diborgol dan melepas masker itu dengan hati-hati tanpa mengacaukan gaya rambutnya. "Anda terlihat tampan tanpa tanda ungu ini, sayang sekali Anda terkena racun! Wajah tampan yang Anda miliki ini..." Dia sedikit menghela nafas dengan nada yang seolah-olah merasa kasihan padanya, tanda ungu besar di tulang pipinya, semakin meluas dan membesar. "Bukankah Anda juga?" Dia terkejut bahwa ada seseorang yang bisa mengatakan itu adalah racun, ya, tubuhnya telah merosot sedikit demi sedikit... Dia tidak lagi merasa seperti dirinya sendiri. "Saya? Saya terlahir seperti ini..." ************************* Su Wei Wei lahir tidak sah, di luar nikah dan keluarga kedua yang dinikahi ibunya, memperlakukannya seperti pembantu tanpa kedudukan keluarga. Saudara tirinya tidak menyisakan sedetik pun untuknya, dia tinggal di kamar pembantu bersama pembantu Keluarga Su yang lain! Yang dia terima hanyalah barang-barang bekas dari pakaian sampai sepatu. Dia bersekolah di sekolah kelas bawah sementara saudara tirinya belajar di sekolah-sekolah teratas, karena kepolosannya, dia baik hati karena mereka telah mengizinkannya tinggal di rumah mereka dan dengan demikian dia menganggap semuanya positif Kebaikannya telah membuat mereka mempergunakan dia, kelemahannya membuat mereka menginjak-injaknya, dan sekarang dengan Reinkarnasi, dia mendapatkan cukup pengalaman hidup dan pengetahuan tentang masa depan, bagaimana dia akan bergerak untuk mengubah takdirnya? Setelah keluar dari penjara, dia diadopsi oleh seorang pria yang berkuasa, mengingat hidupnya yang menyedihkan, dan dia memutuskan untuk membalas dendam. Dengan kehadiran pria tersebut, dia bisa memegang kekuasaan tetapi dia harus mengikatnya karena suatu budi dan dengan demikian mereka bertunangan. *Saya tidak memiliki sampul, kredit diberikan kepada pemiliknya...* Perhatian; Saya tidak menciptakan Pemeran Utama Pria yang dingin dan tidak berperasaan yang berpikir tanpa logika dan selalu cemberut, dia bisa begitu kepada orang luar tetapi tidak kepada Pemeran Utama Wanita.... Sudah saya katakan, ini adalah novel yang manis dan ringan... tidak ada penyiksaan antara Pemeran Utama Pria dan wanita, jangan berharap melihat itu dalam novel-novel saya.

Kim_Li_0078 · Fantasy
Not enough ratings
337 Chs

Lalita My Love

Lardo menarik Lalita dan melumat bibir Lalita, jangan pernah mencobanya, karena bibir ini milikku, kau mengerti. "Lalita mengangguk". "Apa.......!!!", pekik Lalita sadar dengan apa yang ia lakukan. "Lardo hanya menatap datar keterkejutan Lalita. "Bagaimana anda bisa bisa masuk ke dalam toilet wanita sir?, Lalita menoleh ke kiri dan ke kanan, bagaimana kalau ada yang melihat anda disini?, Ini perusahaanku Lalita, aku bebas berada dimanapun aku suka, Lardo mengelus bibir Lalita, aku menginginkannya lagi, Lardo menarik dagu Lalita, menyatukan bibir mereka, Lardo menghisap bibir Lalita membuat Lalita mengerang pelan. Ini benar-benar nikmat, Lardo memperdalam ciumannya Lalita merasakan jantungnya berdegub sangat kencang, kakinya lemas seakan tidak bertulang, Lardo masih melumat bibir Lalita dengan rakus, satu tangan Lardo menahan pingang Lalita, entah sejak kapan Lalita mengalungkan keduan tangannya di sekeliling leher Lardo. Ikuti gerakan yang aku lakukan di dalam mulutmu Lalita, bisik Lardo di telingah Lalita ini akan sangat nikmat sayang, Lardo mengecup rahang Lalita sebelum kembali melumat bibir Lalita dengan lebih lembut dan lambat, Lardo ingin Lalita ikut menikmati tautan bibir mereka. Uuhhhh.....Lalita mengerang lembut, Lalita ikut mencicipi bibir Lardo, bibir Lalita dengan lembut mengikuti gerakan bibir Lardo di mulutnya, lidah Lardo membelit lidah Lalita, begitupun dengan Lalita "Kau belajar dengan cepat rupanya, Lardo meraup bibir Lalita kembali mendominasi ciuman mereka, kita harus berhenti sekarang Lalita sebelum aku melakukan sesuatu lebih padamu. Lardo tersenyum melihat Lalita yang menutup matanya, mereka menarik napas dalam-dalam. Aku harus pergi sekarang, Lardo melepaskan kedua tangan Lalita, kemudian mengecup lembut bibir bengkak Lalita. Lalita masih mengatur napasnya, menatap tidak percaya pada pintu yang tertutup. Aku......pikirnya

Berliana_Manalu · Fantasy
Not enough ratings
70 Chs

Cinta Sang Monster

COMPLETED. Snippet: Satu tahun yang lalu Raine dikeluarkan dari Rumah sakit Jiwa dan harus hidup di Panti Asuhan. Itu memang bukan tempat yang terbaik, tapi setidaknya tidak bagi orang sepertinya. Sampai suatu malam yang menentukan Raine bertemu dengan pria itu… *** Pria itu menghentikan mobilnya. Sementara itu, genggaman Raine pada selimutnya mengerat ketika dia bertanya- tanya dalam hati; apakah dia telah melakukan kesalahan? Dia dapat merasakannya ketika Torak mengulurkan tangan kepada dirinya. ‘Apakah dia akan memukulku?’ Raine gemetar karena pemikirannya itu. Namun, Torak membuka hoodie dari kepala Raine dan dengan sangat lembut menyelipkan helaian rambutnya ke balik telinganya. “Jangan,” kata Torak dengan lembut. “Aku ingin melihatmu, jadi jangan menyembunyikan dirimu…” ************** “Kekuatan jiwa dari para Guardian Angel akan bernafas di kehidupan baru dari anak manusia. Tiga Guardian Angel akan lahir ke dunia terrestrial dan sekali lagi, kalian bertiga akan menjadi pelindung mereka.” “Kau akan membuat kami menjadi budak dari makhluk lemah seperti mereka?!” Torak bertanya dengan tidak percaya. “Tidakkah dirimu takut kalau kami akan mematahkan mereka menjadi dua?” Para Guardian Angel itu sangatlah rapuh dan mereka, sebagai Lycanthropes, sangat tidak mengapresiasi segala bentuk kelemahan. “Tidak, kamu tidak akan melakukan itu.” Selene berkata dengan sangat sabar. “Kalian tidak akan menjadi budak mereka ataupun meyakiti para Guardian Angel, kalian akan menghargai mereka dalam hal apapun.” Tapi, suara Selene selanjutnya di selimuti dengan sebuah kebahagiaan saat dia berbicara. “Kalian tidak akan pernah menyakiti pasangan jiwa kalian.” ==== Ini adalah cerita werewolf dan Lycanthropes (dan sudah pasti fantasi)! Didalam cerita ini ada beberapa istilah yang merujuk pada dewa dan dewi yunani kuno. Kalau kalian suka membaca tentang fiksi makhluk supernatural pasti ada beberapa istilah yang tidak asing bagi kalian. Pertanyaan mengenai hal yang kurang jelas dan saran dapat ditulis di kolom komentar, sebisa mungkin akan author jawab. ************************ Update setiap hari Pkl. 13.00 wib. ************************ Meet me on instragram : jikan_yo_tomare

jikanyotomare · Fantasy
4.9
412 Chs

Kerajaan Valerian

“Tapi dia pria yang baik,” dia membantah dan melihat matanya menyipit karena perkataannya. “Dan aku bisa saja seorang pria yang jahat,” dia memperingatkan, “Sampai kamu berada di bawah perlindunganku, aku harap kamu jaga sikapmu dan patuh akan perintahku. Jangan biarkan seorang pria manapun menciummu, Katherine. Kami tidak ingin kamu jatuh ke tangan yang salah seperti sebelumnya, jadi ikuti saja perkataanku.” “Aku bukan milikmu, jadi aku tidak harus mendengar perkataanmu,” dia keceplosan dan merasa wajahnya memerah karena malu untuk yang kedua kalinya di malam itu, “Maksudku, kamu tidak bisa.” “Dasar bandel,” dia bergumam sebelum tangannya bergerak dari pinggangnya ke punggungnya, menariknya mendekat dan berbisik, “Apa kamu ingin menjadi milikku?” Tahun 1834 Sebuah masa kegelapan dimana mahluk-mahluk bayangan turun ke tanah manusia yang damai dan secara perlahan menunjukkan keberadaan mereka. Waktu dimana kerajaan-kerajaan diatur oleh persekongkolan, penghianatan, dan kebencian manusia tetapi tidak sadar bahwa mereka hanyalah para wayang. Dalang-dalang asli yang berada di balik layar adalah para mahluk bayangan, yang memiliki kekuatan untuk menghancurkan apapun yang ada di depan mereka. Apakah yang terjadi ketika seorang gadis kecil menarik perhatian salah satu Raja berdarah murni? Akankah dia selamat dari urusan politik antara kerajaan ketika ada seorang Raja tampan yang ikut serta, dan juga yang tidak bisa dilupakan adalah adanya hantu yang mengikutinya kembali ke rumah.

ash_knight17 · Fantasy
4.7
125 Chs
Table of Contents
Volume 1
Volume 2 :VOLUME 2

ratings

  • Overall Rate
  • Writing Quality
  • Updating Stability
  • Story Development
  • Character Design
  • world background
Reviews
Liked
Newest

SUPPORT