webnovel

Kontrak

Sementara itu ....

"Apa kau menganggap itu lucu, Leah?" tanya Dominic, pria yang ditunjuk Leah dalam percakapannya dengan Avery tadi.

Ya, saat ini Leah dan Dominic sedang melakukan percakapan melalui telepati. Mereka sedang bertelepati untuk bercakap-cakap tanpa perlu menggerakkan bibir.

Dominic yang masih berada di ruang rapat, saat ini sedang meminta penjelasan pada Leah karena telah melihat pemandangan ganjil yang seharusnya tidak pernah terjadi sebelumnya. Ia tadi merasa terkejut saat melihat Leah sedang berjalan masuk dengan seorang manusia ke dalam gedungnya. Ya, Manusia! Bagaimana bisa?

"Siapa ia sebenarnya, Leah!? Untuk apa ia datang kemari? Bagaimana bisa seorang manusia masuk ke dalam barier pertahanan kita?" tanya Dominic lagi melalui telepatinya.

"Tenang ... Bos, aku sedang menyelidikinya. Dan tampaknya, ia bukanlah mata-mata atau semacamnya," balas Leah.

"Jangan terlalu cepat menyimpulkan! Apa ia seorang wizard? Sorcerer? Enchanter?" desak Dominic. Semua yang ia pertanyakan adalah sebutan-sebutan untuk seorang ahli sihir.

"Konyol, Enchanter adalah aku. Hanya akulah satu-satunya yang dapat memanipulasi pikiran dalam kelompok kita, dan aku dapat mengendalikan pikiranku sendiri dengan baik, terima kasih," balas Leah tak terima. "Dan gadis ini hanyalah manusia biasa," tegasnya lagi.

"Siapa yang tahu? Ia mungkin lebih hebat darimu," timpal Jillian, pria yang sedang berdiri di samping Dominic. Masih dalam mode telepati tentunya.

"Jangan ikut campur Tuan Beta, aku sedang tak ingin berdebat denganmu," balas Leah.

"Hentikan kalian. Leah, cari tahu tentang gadis itu. Dan mengapa ia bisa masuk ke dalam Anima!" perintah Dom.

"Tentu, Alpha!" jawab Leah. "Lihat, kau dengar sendiri kan namanya tadi? Avery Selena Dawn kurasa hanyalah seorang manusia biasa, terlepas dari baju yang ia kenakan. Aku bisa merasakan kekuatan murni di baju itu. Walau samar, aku yakin itu adalah kekuatan Sage alami," balas Leah. "Tapi aku benar-benar yakin jika ia bukanlah Sage (sebutan untuk penyihir kuat). Dilihat dari segi manapun, gadis ini bahkan tak menyadari jika ia sudah masuk ke dalam dunia kita, Dom," lanjut Leah.

"Mengapa kau yakin tentang itu?" tanya Dom lagi.

Leah tanpa sadar memutar kedua bola matanya. "Tentu saja yakin! Dari sikapnya, ia hanya tampak seperti seorang gadis biasa yang ingin mencari pekerjaan di sini. Terlebih, dari caranya menilai dirimu tadi, aku yakin ia tak tahu siapa kau! Dan ... dengan polosnya ia mengikutiku tanpa khawatir atau cemas terhadap werewolf lainnya yang sedang berliur menatapnya sedari tadi. Aku rasa, gadis ini memang benar-benar 'sesuatu'," gumamnya.

"Ya, memang sesuatu, karena ia hanya makhluk merepotkan yang bodoh!" timpal Dominic. "Jangan lepaskan gadis itu sampai kita benar-benar yakin tentangnya. Dan Jill, segera kirimkan aku kontrak kerja dasar untuk manusia. Aku akan menambahkan sendiri beberapa detail di dalamnya."

"Baik, Dom," jawab Jill patuh.

"Leah!!" panggil Avery yang kemudian membuyarkan telepati Leah. Fokusnya hilang saat gadis itu sedikit menepuknya dan mengagetkannya. "Apa kau sedang melamun? Atau gugup?" bisiknya. Sejujurnya, ia sendirilah yang saat ini sedang merasa gugup.

"Pintu sudah kita buka dari tadi, Leah. Dan kurasa, wanita itu telah menunggu kita."

"Ah ... ya, maafkan aku," balas Leah sedikit terkejut.

Seorang wanita sedang duduk di ruangannya sambil menghadap laptop ketika Avery dan Leah telah berdiri di ambang pintu masuk ruangannya.

"Permisi, selamat pagi, Nona Clarita," ucap Avery sedikit gugup.

Leah menatap Clarita penuh arti. Dan dengan kekuatannya, ia mengirimkan telepati pada Clarita. Menerima itu, Clarita sedikit mengangguk. "Silakan masuk," balas Clarita.

Avery dan Leah lalu masuk dan duduk di kursi sofa di sana setelah menutup pintu ruangan itu. "Aku sudah mendengar tentang kalian," ucap Clarita. "Kalian ingin mendapatkan pekerjaan di sini, benar?" ucapnya.

"Y ... ya, benar," jawab Avery.

"Pengalaman apa yang kau miliki, Nona ...."

"Avery. Namaku Avery Selena Dawn," lanjut Avery.

"Baik, Nona Avery dan Nona ...."

"Leah. Leah Jones," jawab Leah berpura-pura seperti baru mengenal Clarita.

"Ya, Nona Leah dan Nona Avery, apa yang kalian punya?" tanya Clarita.

Avery dengan sedikit canggung lalu menyerahkan map hitam tebal yang ia bawa tadi ke hadapan Clarita. "Semua ini adalah design yang kubuat yang sudah kusesuaikan dengan kebutuhan dan tema yang biasa Anima produksi," ucapnya.

Clarita mengangguk sambil meneliti satu demi satu portofolio yang Avery berikan. "Baiklah, aku akan menerima ini dan akan memberikannya kepada tim penilai," ucap Clarita.

"Oh, milikku sudah aku kirim melalui email," timpal Leah kemudian.

"Baiklah, Nona-Nona silakan tunggu di sini sebentar. Aku akan membawa ini," ucap Clarita. Ia kemudian beranjak dari kursinya dan segera keluar. Ia melakukan itu setelah mendapat perintah dari Dom melalui telepati.

"Ba ... baiklah," jawan Avery.

Di ruang seberang, Dom bahkan dapat mendengar semua percakapan yang sedang mereka bicarakan. Dan benar saja, beberapa saat kemudian, Clarita mengetuk pintunya dan masuk ke dalam ruangannya.

"Berikan padaku," ucap Dom begitu Clarita masuk. Ia lalu menerima map Avery dari Clarita.

Dom tampak sedang serius membaca dan meneliti satu demi satu berkas di dalamnya. Dari awal hingga akhir ia tak menemukan sesuatu yang janggal.

"Hm ... gadis itu memiliki kemampuan rupanya. Walau ia tak berpengalaman dalam dunia kerja, tapi semua karyanya cukup memenuhi standar produk dan design perusahaan kita."

Dom lalu meraih berkas di atas mejanya dan menyerahkannya pada Clarita. "Berikan ini pada gadis itu. Kita akan mempekerjakannya," ucap Dom.

"Benarkah? Di mana, Tuan? Anima kita atau Anima manusia?" tanya Clarita.

"Biar aku pikirkan itu nanti," balas Dom.

"Baiklah, aku permisi dulu, Tuan." Dom mengangguk dan mempersilakan Clarita keluar dengan isyarat tangannya.

Dom sendiri kemudian menatap map tebal milik gadis bernama Avery itu lekat-lekat dengan raut serius yang sulit terbaca.

"Siapa kau sebenarnya, Avery?" gumamnya seolah berpikir keras.

***

Setelah pergi beberapa saat, Clarita kembali lagi ke dalam ruangannya. Ia kemudian duduk di hadapan Leah dan Avery.

"Seperti yang telah kalian tahu, tim penilai kami telah selesai menilai kelayakan dan kualifikasi kalian. Maka, kami memutuskan akan mempekerjakan kalian. Kalian akan diberi kontrak yang berbeda. Mengingat kami tidak membuka lowongan pekerjaan untuk saat ini, maka kami memutuskan untuk menempatkan kalian di divisi berbeda sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan kami. Dan Nona Leah, kami telah menerima email Anda. Kalian berdua sudah resmi kami terima."

"Benarkah?" Avery membulatkan matanya karena merasa takjub.

"Benar, silakan menandatangani kontrak ini." Clarita memberikan berkas pada masing-masing tamu di hadapannya.

Leah menerima pena dari Clarita dan langsung menandatangani berkas di hadapannya. Setelah itu, ia menyerahkan pena tersebut pada Avery. Bukannya segera menandatangani berkas di hadapannya, Avery tampak sedikit ragu dan menatap Clarita.

"Mm ... apakah kau yakin kami diterima?" tanyanya sedikit bimbang. "Maksudku ... apakah kalian tidak memberi kami tes atau semacam wawancara, mungkin?"

Clarita sedikit terdiam, tapi setelahnya ia kemudian menjawab, "Nona, apakah semua design di portofolio itu milik Anda?" tanyanya.

"Tentu saja," jawab Avery.

"Baiklah, jika kami memintamu menggambarkan beberapa design yang ada di dalamnya apakah kau dapat melakukannya? Kau yakin semua adalah karyamu sendiri? Karena jika itu bukan milikmu, maka kami akan bertindak sesuai peraturan yang berlaku."

Avery mengerjap. "Apa sekarang kau sedang mempertanyakan semua design milikku itu?!" ucap Avery tak percaya. "Ujilah aku, aku akan dapat menyebutkan satu demi satu material dan bahkan halaman design itu berada. Jika kau ingin, aku bisa menggambar kembali semua design yang aku serahkan padamu sekarang juga. Kau tinggal menyebutkan saja nama design itu," jawab Avery yakin. "Walau aku belum memiliki pengalaman kerja yang layak, tapi aku tak pernah sekalipun mencuri ide atau karya orang lain, Nona."

Clarita mengangguk. "Bagus, maka dari itu kau lulus. Kau ingin wawancara? Inilah wawancaramu. Silakan tandatangani berkas kontrak kami. Kau dapat melihat nominal gajimu pada lembar terakhir berkas itu. Itu belum termasuk bonus, lembur, serta tunjangan karyawan. Periksalah," perintah Clarita.

Dengan patuh Avery membalik berkas terakhir kontrak kerjanya. Dan betapa terkejutnya ia saat melihat nominal yang tertera di dalamnya. Seolah tak mempercayai penglihatannya, ia kemudian mengerjap.

"Mengapa? Apa kau ingin bernegosiasi mengenai gaji yang akan kau terima? Jika menurutmu jumlah tersebut tak sesuai dengan ...."

"No!" jawab Avery spontan. Ia menelan ludahnya sejenak karena merasa sedikit tercekat. "I ... ini sudah sesuai," lanjutnya.

Jelas sesuai! Itu adalah nominal yang jumlahnya 20 kali lipat dari tempatnya dulu bekerja sampingan pada butik di daerah kampusnya berada. Saat itu pendapatan dari pekerjaan sampingan itu saja sudah cukup membantu Ruth dalam mengelola panti, apalagi dengan nominal ini? Bahkan itu belum termasuk bonus dan tunjangan lainnya!

Tanpa menunggu lagi, Avery segera menandatangani kontrak itu. Ia tak ingin kehilangan kesempatan langka yang sekarang ada di depan matanya.

"Aku sudah menandatanganinya," ucapnya kemudian.

"Baiklah, mulai besok kau dapat mulai belerja dengan kami. Kau bahkan dapat menempati tempat tinggal dan fasilitas kantor dari kami. Kami akan mengirim semua detailnya pada emailmu. Apa kau sudah siap?" tanya Clarita.

"Siap!" jawab Avery sambil mengangguk mantap.

"Wah, kau beruntung Avery, seorang designer adalah nyawa utama perusahaan ini. Selamat ya," bisik Leah.

"Terima kasih," balas Avery. Ia sedikit heran karena Leah memberinya selamat. "Bukankah kau juga diterima di sini? Aku rasa kau pun pantas mendapatkan ucapan selamat," lanjutnya.

"Ya, aku memang diterima, tapi tidak di tim design. Aku akan berada di divisi keuangan, aku rasa," ucapnya sedikit acuh. Avery kemudian menatap Clarita seolah ingin mendapat penjelasan darinya.

"Itu benar," jawab Clarita. "Sampai bertemu besok, Avery. Siang ini segera kemasi barangmu untuk pindah pada tempat tinggal yang sudah kami sediakan. Ingat, karena seorang designer adalah pekerja kami yang paling berharga, tolong rahasiakan di mana kau tinggal pada orang lain. Selain untuk menjaga kerahasiaan design milik perusahaan, kami juga ingin melindungi pekerja kami dari para perusahaan pesaing."

"Baik, aku mengerti," jawab Avery.

----****----

Next chapter