Dom tersenyum menatap wajah kebingungan Avery. Ia kemudian berkata, "Tak perlu menggoda dan mendesaknya lagi Leah. Ia sudah cukup keras berusaha agar aku tak dapat membaca pikiran dan isi hatinya." Dom meraih dagu Avery sambil masih tersenyum dengan geli.
"Ck, tak seru. Apa kau benar-benar tak dapat membaca isi hatinya?" ucap Leah sambil mengerucutkan bibirnya.
"Pergilah! Sudah kubilang jangan mengganggunya, dasar kau!" Dom mengayun-ayunkan tangannya dengan gerakan yang seolah mengusir Leah. Leah hanya menjulurkan lidahnya sesaat kemudian pergi dan melambaikan tangannya.
"Lagipula aku tak perlu mendengar isi hatimu untuk mengetahui perasaanmu yang sesungguhnya bukan, Sayang? Aku cukup dapat melihatnya dari ekspresimu dan dari caramu yang betapa kerasnya kau menyembunyikan itu di dalam pikiranmu," ucap Dom sambil berbisik jahil.
"Oh, please sekarang kau yang mengolokku!" gumam Avery. Dom tergelak puas.
*****
Paginya ....
"Apa kau yakin?!! Benarkah?!" Lagi-lagi Ruth membelalak tak percaya dan menatap takjub pada Avery dan Dom yang kini sedang berada di hadapannya.
Dom dan Avery yang datang ke pantinya sesuai janji pria itu semalam, kini benar-benar membuatnya kaget. Bagaimana tidak, jika semalam ia kira ia telah salah mendengar informasi tentang berita pernikahan Avery, kini berita itu bahkan keluar sendiri dari mulut Avery.
"Mengapa Avery? Maksudku, aku tak pernah melihatmu bersama dengan seorang pria dan menjalin hubungan yang serius. Yah, walau beberapa dari pria berengsek yang pernah mendekatimu tak termasuk hitungan. Tapi, pernikahan? Mengapa mendadak? Kau yang mengatakan sendiri bahwa kau akan menempatkan pernikahan dalam daftarmu yang paling terakhir. Tapi sekarang?" Ruth berbisik pada Avery setelah sebelumnya menarik gadis itu ke sudut ruangan untuk menjauhi Dominic.
Avery menghela napasnya sejenak. "Aku tahu ini sulit kau mengerti, Ruth, tetapi ini terjadi begitu saja," balasnya. Ia tak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada Ruth tentang dirinya. Dan menyetujui pernikahan dengan Dom adalah jalan satu-satunya agar Ruth tak curiga.
Ya, agar Ruth tak curiga tentang keberadaannya, tentang apa yang akan ia lakukan kedepannya, dan terutama tentang siapa dirinya. Avery memutuskan menyetujui ide tentang pernikahan ini agar memudahkan dirinya jika ia harus keluar masuk Anima suatu saat nanti. Karena perbedaan waktu yang besar di sana tentu akan menyulitkannya jika Ruth suatu saat mencarinya atau semacamnya.
"Apa kau mencintainya? Apa kau yakin akan menikah dan tinggal bersamanya? Bukankah kau tak begitu menyukai pria tampan? Ingat, semakin tampan ia, maka semakin berengsek dirinya? Apa ia memaksamu, Avery?" bisik Ruth lagi.
"Tentu tidak, Ruth. Bukan seperti itu," sanggah Avery. Ia sedikit kikuk karena tahu Dom dapat mendengar semua ucapan Ruth. "A ... aku rasa, aku mungkin me ... memang mencintainya."
"Hingga kau mau menikah dengannya begitu tiba-tiba dan rela dibawanya ke mana saja?!" tanya Ruth. Ia memicingkan kedua matanya dan menatap Avery dengan curiga.
Dom di sudut ruangan lainnya tersenyum kecil. Ya, ia sedang mendengar semua ucapan kedua gadis itu, terlebih pikiran Avery.
Jangan tertawa! Apa yang harus aku katakan?! Tanya Avery pada Dom di dalam pikirannnya.
Katakan saja bahwa kau sangat tergila-gila padaku hingga bersedia mengikutiku ke ujung dunia sekalipun. Balas Dom.
"Ya, Ruth ... mungkin memang seperti itu," balas Avery gugup.
Ruth memutar kedua bola matanya. Jelas terlihat bahwa ia menyangsikan ucapan Avery. "Jika kau menikahi pria itu karena ketampanannya, maka aku masih bisa mengerti. Tapi jika itu karena hartanya ... dan kau terpaksa menikah dengannya demi anak-anak panti atau semacamnya, maka aku tak akan tinggal diam, Avery." Ruth menatap Avery dengan raut yang serius.
Oh si*l, semakin gawat! Bisakah kau membaca pikirannya?! Keluh Avery di dalam hati. Ia melirik Dom seolah ingin meminta bantuan.
Konyol, aku tak dapat membaca pikiran siapa pun. Hanya dirimu dan para anggota pack-ku saja ketika aku bertelepati dengan mereka. Balas Dom sambil tersenyum geli.
Katakan saja seperti yang aku bilang tadi, maka Ruth tak akan banyak bertanya-tanya lagi tentang kita. Ucap Dom lagi. Ia seolah menantikan Avery melakukan itu.
Avery membasahi bibir bawahnya. "Ruth ... aku sangat mencintainya," lirihnya kemudian. "A ... aku rasa aku telah jatuh cinta padanya saat kita pertama kali bertemu. Dan ... soal kekayaannya, sejujurnya aku tak mempedulikan itu. Aku tahu ... aku memiliki beberapa pengalaman tidak menyenangkan dengan para pria tampan. Tapi ia berbeda. Dom sangat baik padaku Ruth ... ia memperlakukanku se ... seperti layaknya seorang ratu," jelas Avery tergagap. Ia merona dan merasa malu secara bersamaan.
Wow! Pernyataan yang bagus, Sayang ... kau telah meyakinkannya. Ucap Dom dalam hati dengan puas kepada Avery.
Sesuai dugaan Dom, Ruth kemudian menghembuskan napasnya dan menatap Avery dengan takjub. "Sungguh luar biasa," gumamnya.
Dom lalu menghampiri kedua gadis itu dan merengkuh Avery ke dalam pelukannya. "Apakah pembicaraan kalian tentangku sudah selesai?" tanyanya sambil tersenyum.
"Tentangmu? Haha, kami tak membicarakanmu," jawab Ruth gugup. "Oke, begini saja ... jika kalian memang ingin menikah karena saling mencintai, aku rasa aku tak bisa berkata-kata lagi selain mendukung saudariku satu-satunya. Dan kau, aku harap kau dapat membahagiakan Avery, karena seperti yang kau tahu ia sudah tak memiliki kedua orangtua ataupun anggota keluarga lainnya selain diriku. Aku harap kau tak menyakitinya, Dominic," ucap Ruth tulus.
Dom tersenyum ramah. "Tentu saja tidak, aku tak akan melakukan hal-hal yang akan membuatnya kecewa maupun bersedih, karena aku sangat mencintainya. Aku tidak bisa hidup tanpa Avery, maka aku akan melakukan apapun untuknya agar ia tetap berada di sisiku," jawab Dom. "Terima kasih untuk dukungan dan kepercayaan yang telah kau berikan padaku, Ruth."
"Baiklah, kurasa tak ada yang dapat kulakukan selain memberi kalian ucapan selamat dan mendukungmu, benar, Avery? Oh ... selamat untuk kalian," ucap Ruth tulus dan berkaca-kaca.
"Oh, Ruth ...." Avery serta-merta memeluk Ruth dan meneteskan air mata haru, sama sepertinya.
"Dimanakah kalian akan tinggal setelah menikah? Apakah aku masih dapat menemuimu? Oh ... rasanya aku seolah akan berpisah denganmu?" isak Ruth.
"Walau kami akan sering berpergian ke luar negeri dan semacamnya, tapi akan aku pastikan Avery akan selalu mengunjungimu, Ruth. Karena pekerjaanku, aku rasa Avery memang akan ikut sibuk karena harus menemaniku ke mana pun untuk mendampingiku," jelas Dom.
Ruth mengangguk-angguk sambil masih meneteskan air matanya. "Aku pasti akan merindukanmu," ucapnya.
"Aku juga," balas Avery. Ia ikut terisak dan kembali menangis. Dom mengusap-usap punggung Avery untuk menenangkannya.
"Baiklah ... pasti ada banyak yang harus kau lakukan untuk persiapan pernikahanmu, Ave ... aku tak akan menghambat waktumu." Ruth melepaskan pelukannya dan menghapus sisa air matanya.
"Sebenarnya ... tak banyak yang harus kami persiapkan," ucap Avery sedikit ragu. Ia kemudian menatap Dom.
"Benar, kami hanya akan melakukan upacara tertutup dan pertemuan dengan keluarga serta sahabat inti saja," balas Dom.
"Benarkah? Lalu kapan kalian akan melangsungkan pernikahan?" tanya Ruth.
"Well ... sebenarnya, aku sudah mendaftarkan pernikahan kami. Untuk itu, kami akan melangsungkan pernikahan besok," balas Dom.
"BESOK?? Benarkahh?!!" Ruth menganga lalu menutup mulutnya karena begitu terkejut. Tidak hanya Ruth, Avery pun diam-diam sangat terkejut dengan pernyataan Dom dan ikut mempertanyakannya dengan raut wajahnya.
"Seperti yang kau tahu, Ruth, aku adalah pimpinan Anima. Aku hanya tak ingin membuat heboh dengan pemberitaan tentang pernikahanku. Karena kami akan meluncurkan design terbaru dalam waktu dekat ini, maka alangkah baiknya jika sementara ini pernikahan kami harus dirahasiakan. Maaf ... tapi begitulah situasi dan kondisiku untuk sekarang ini," jelas Dom.
"Me ... merahasiakannya?" tanya Ruth.
"Ya, Ruth ... memang itulah jalan yang terbaik. Aku sendiri pun sudah memahami dan mengerti situasi Dom," timpal Avery.
"Ave ...," panggil Ruth dengan panggilan kecil Avery. "Kau bukan istri simpanan atau semacamnya, bukan?"
Avery membelalak karena terkejut. "Ruth!! No! Tentu saja tidak, konyol!"
Dom tertawa geli. "Seperti yang telah kukatakan, bahwa aku sangat mencintai Avery. Ia adalah satu-satunya untukku, Nona Ruth. Aku belum pernah menikah, dan jika aku menikah itu harus dengan Avery," balas Dom sambil menatap Avery dengan lembut. Setelahnya, ia kemudian mencium bibir merekah Avery dengan penuh perasaan.
"Oke ... oke ... aku mengerti." Ruth sedikit tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya karena aksi Dom. "Aku bisa sangaaat ... mengerti mengapa kau ingin menikahi Avery besok! Kurasa kau benar-benar mencintainya ya."
Ruth menatap Avery yang tersenyum malu-malu ketika berada dalam pelukan Dom. Baginya, itu sudah cukup saat melihat Avery berbahagia.
____****____