webnovel

Beautiful Mate

Warning, 21+ mohon bijak dalam membaca. Avery Selena Dawn, seorang gadis yatim piatu 25 tahun yang baru saja lulus dari jurusan fashion design memutuskan untuk nekat mencoba melamar pekerjaan pada perusahaan fashion kulit dan bulu yang terkenal bernama Anima, karena kesulitan yang sedang melilit panti asuhan tempatnya tinggal dahulu yang menyebabkan anak-anak di sana kelaparan. Ia tentu saja sangat bersemangat ketika pada akhirnya diterima pada perusahaan itu. Perusahaan yang terkenal sangat ketat dan sulit menerima karyawan baru itu, bahkan memberinya kontrak khusus dan pendapatan yang terbilang tinggi untuk karyawan canggung yang tak berpengalaman sepertinya. Awalnya Avery mengira kontrak untuknya hanyalah sekadar kontrak kerja biasa sampai ia mengetahui bahwa kontrak itu adalah kontrak yang dibuat sendiri oleh Dominic Lucius Aiken, sang CEO sekaligus pemilik perusahaan itu ketika ia telah tinggal di mansion tua mewah yang sebelumnya ia kira adalah tempat khusus untuk para karyawan Anima. Tetapi dugaannya salah, ketika sang CEO sendiri ternyata juga bertempat tinggal di sana. Dominic, pria yang begitu tampan, gagah, misterius dan sangat mempesona itu, yang selalu terlihat dikelilingi oleh para wanita kemana pun ia pergi, membuat Avery sedikit muak. Pasalnya, ketika para wanita yang ternyata juga tinggal seatap dengannya, kerap memusuhinya dan selalu mencoba membuatnya tampak buruk ketika mereka mengira ia adalah 'mainan' baru sang Alpha! Tunggu, Alpha? Siapa? Dominic? Siapa ia sebenarnya hingga para wanita menyebutnya Alpha?!

Jasmine_JJ · Fantasy
Not enough ratings
84 Chs

Janji Pertunangan

Ariana, Miriam, dan Keith suaminya telah tiba di halaman mansion setelah kereta kuda berhenti tepat di samping halaman bangunan utama milik keluarga Dom.

Lucius, Dorothy, Dom, dan Avery sendiri mengikuti keluar untuk menyambut mereka.

"Oh, kalian begitu cepat membalas kunjunganku kemarin. Aku sedikit terkejut dengan pemberitahuan kedatanganmu tadi," ucap Dorothy sambil tersenyum. "Hari ini biar aku yang menyambut kalian."

Miriam tersenyum sambil mengamit lengan Keith. "Terima kasih, Dorothy. Keith belum sempat menyapa kalian, maka hari ini kami memutuskan untuk berkunjung. Beri salam pada mereka, Ariana," ucap Miriam pada Ariana kemudian.

"Paman dan Bibi, aku datang!" sapa Ariana dengan ceria. Ia lalu memeluk dan mencium kedua pipi Dorothy dan Lucius secara bergantian.

"Dan kau, pria sombong!" tegurnya pada Dom. "Jahat sekali kau tak pernah menghubungiku dan memberikan kabar apapun padaku! Apa kau sudah melupakanku, Dom-Dom?!" ucap Ariana sambil seolah merajuk. Ia serta-merta memeluk Dom dan mencium kedua pipinya juga.

"Apa kabar Ariana," balas Dom.

Ariana kemudian beralih pada Avery dan tersenyum. "Kita berjumpa lagi, Avery," ucapnya sambil menatap Avery penuh arti. Ia juga mencium kedua pipi Avery.

"Silakan, mari kita duduk bersama," ucap Dorothy. Ia mempersilakan para tamunya dengan ramah.

"Lucius, Dorothy, sebelumnya ada yang ingin kami sampaikan," ucap Lucius tiba-tiba dengan wajah yang serius.

Suasana seketika sunyi, dan mereka saling pandang. Lalu, Ariana tertawa dan menghambur untuk membuyarkan ketegangan. "Ayah ... jangan terlalu serius," ucapnya. "Ah ... Dom-Dom, aku ada sesuatu untukmu. Untuk kalian juga tentu saja!" Ariana berucap dengan wajah ceria dan berbinarnya.

Ia kemudian menyerahkan bingkisan yang dari tadi dibawanya. "Ini adalah kue kesukaanmu, Dom-Dom, Pie Mini Berry Pop," ucapnya sambil tersenyum.

Kue yang berbentuk seperti pie kecil itu diperlihatkan pada semua. Dengan olesan selai yang berwarna merah mengilat dan tampak bercahaya itu, pie tersebut terlihat menggiurkan.

"Berry pop?" gumam Avery tanpa sadar.

"Itu adalah semacam buah dari jenis berry yang tumbuh di Anima. Seperti strawberry maupun blueberry, hanya saja ia dapat meletus di dalam mulut ketika kita memakannya, Sayang," jelas Dom sambil berbisik. Avery hanya mengangguk.

Ariana memperlihatkan bingkisan kotak keranjang kecil yang telah ia persiapkan. "Bagaimana jika kita semua minum teh dengan ini?" ucapnya.

"Ide yang bagus, mari kita semua berkumpul. Para pelayan akan menyiapkan semuanya," balas Dorothy ramah.

Mereka akhirnya telah berkumpul pada satu meja santai dan saling duduk berkeliling. Dalam meja bulat yang menyatukn semuanya, Keith terlihat sedikit gelisah. Miriam yang melihat itu, segera menggenggam tangannya dari bawah meja untuk mencoba menenangkan suaminya.

Tak beberapa lama kemudian, tiga orang pelayan yang berjalan beriringan mulai menyiapkan jamuan dan meletakkan teh di atas meja.

Melihat itu, dengan gerakan lincahnya, Ariana kemudian berdiri dan tersenyum riang. "Biar aku saja," ucapnya pada pelayan yang hendak membagikan pie buatannya.

Dengan mengelilingi mereka satu demi satu, Ariana kemudian membagi pie miliknya yang berada di dalam keranjangnya.

"Ini adalah Berry pop spesial yang tumbuh di kebun kami. Tentu kalian tahu bukan, ini adalah salah satu pie terlezat yang ada di Anima," ucapnya bangga dan sambil tersenyum ceria. Ariana meletakkan satu demi satu pie berry-nya di atas piring masing-masing.

"Dan ini untukmu, Dom-Dom, ekstra berry spesial kesukaanmu," ucap Ariana sambil meletakkan pie milik Dom sambil tersenyum manis.

Dom hanya tersenyum kecil, terlebih saat ia menatap Avery dengan tatapan was-was. "Terima kasih, Ariana," jawab Dom.

Ariana tersenyum lembut sambil menyentuh pundak Dom sekikas. Walau hanya sekejap dan terkesan alami, tetapi Avery dapat menangkap arti dari tatapan mata dan senyumnya pada Dom.

"Dan ini, Avery, mungkin kau baru pertama kali memakan ini, tapi setelah kau mencobanya, kau tak akan pernah bisa berhenti," ucap Ariana sambil meletakkan pie miliknya.

"Aku percaya itu, Ariana. Pie buatanmu memang lezat," timpal Dorothy.

Ariana tertawa senang karena mendapatunian dari Dorothy. Ia segera meletakkan pie miliknya sendiri di atas piring kecilnya. "Benar, Dom hampir tak dapat berhenti saat mencobanya," balas Ariana sambil melempar senyum pada Dom.

"Sebelum kita semua menikmati pie Ariana, mungkin ada sesuatu yang harus aku ungkapkan terlebih dahulu kepada kalian," potong Keith tiba-tiba. Ia kemudian menatap Lucius, Dorothy, dan Dom secara bergantian. "Lucius, Dorothy ... maaf, mungkin ini terkesan begitu tiba-tiba, tapi izinkan aku berbicara pada kalian mengenai kelangsungan pertunangan Ariana dan Dom yang dahulu pernah kita bicarakan. Aku hanya ingin bertanya, maukah kalian tetap menjalankan janji itu walaupun Dom telah memiliki pasangannya sendiri?" tanyanya berterus terang.

Semua terdiam seketika. Suasana menjadi sunyi dan tegang, terutama Lucius dan Dorothy. Mereka kemudian saling berpandangan dengan bingung. Pertanyaan Keith sungguh membuat mereka terkejut.

Refleks, Dom segera menatap Avery. Ia ingin memastikan raut dan perasaan Avery. Tapi dengan tenangnya, Avery hanya terdiam dan menyesap teh di hadapannya.

"Paman Keith," timpal Dom kemudian. "Seperti yang telah kau tahu, aku memang telah menemukan pasanganku, Avery. Ia adalah Lunaku," ucapnya merujuk pada Avery yang berada di sampingnya sambil menggenggam tangannya.

"Ya, be ... benar, Paman tahu, Dom, tetapi ... hanya saja ...," ucap Keith tergagap.

"Hanya saja, kuperhatikan kau bahkan tak menyapanya dan menganggapnya ada, ketika kau telah melihatnya saat masuk ke dalam kediaman kami," potong Dom tegas. "Paman, aku adalah Alpha di dalam pack kita. Bukankah seharusnya kau dapat sedikit lebih menghormatiku, terlebih kepada Lunaku?" Ia melanjutkan sambil menatap tegas ke arah Keith.

Keith berdehem kecil dengan kikuk. "Ba ...baik, Alpha," ucap Keith kemudian sambil sedikit menunduk hormat layaknya kepada pimpinannya. Ia begitu gugup dan menelan ludahnya.

Melihat ayahnya tak mampu melanjutkan, Ariana kemudian berinisiatif untuk mengambil alih percakapan. "Oh, Dom ...," ucap Ariana kemudian menimpali. "Maksud ayahku bukan begitu. Maafkanlah ia, ia hanya semata-mata memikirkan putrinya saja," lanjutnya dengan wajah memelas.

Dom beralih menatap Ariana. "Ariana, bukankah kau setidaknya menemuiku dan berbicara dahulu kepadaku sebelum membuat pertemuan seperti ini? Kau tahu aku telah memiliki Avery, dan bahkan hanya dalam waktu sehari setelah kedatangannya ke kediamanmu, tiba-tiba kalian sudah berbondong mendatanginya dan menyodorkan padanya tentang pertunangan yang telah lama terjadi, yang tak pernah terungkit sebelumnya. Apakah mungkin Lunaku adalah lelucon bagimu, Ariana?" tanyanya tenang dengan nada tegas.

Ariana bergetar menatap mata Dom. Wajahnya memerah seolah menahan amarah dan tangis. Ia kemudian melirik Avery dengam raut tak terbaca.

"A ... apa, kau pun tak serius dengan pertunangan kita, Dom? Kau pikir aku pun hanya lelucon bagimu?" ucapnya terbata. "Aku mengerti kau telah memiliki Luna, dan walau begitu, aku ... aku tetap bersedia menjadi pendampingmu, jika kau menghendakinya. Aku hanya membutuhkan jawabanmu tentang penegasan pertunangan kita. Dan ... seperti yang telah kau tahu, aku melakukannya karena aku mencintaimu."

Dom menghela napasnya sejenak. Ia menatap Ariana dengan raut tegas dan mengerutkan alisnya dengan tak suka. Walau begitu, ia tetap memberinya kesempatan untuk mengeluarkan segala pemikirannya.

"Ak ... aku harus mendengarnya langsung darimu, Alpha. Segala keputusan kuserahkan padamu. Dan untuk Avery, tentu saja ... aku meminta maaf dengan teramat sangat. Tapi Dom adalah Alpha, dan segala keputusan mutlak hanya dapat ditentukan olehnya." Ariana menatap Avery dengan penuh arti.

Dom segera menimpali Ariana karena ia merasa Ariana mulai menodong Avery. "Ariana ... seperti yang kau tahu, bahwa aku tidak pernah ...."

"Dom!" potong Ariana. Ia menatap Dom dengan mata berkilat. "Maksud hamba, Alpha," ralatnya dengan lebih formal. Ia sedikit menunduk dengan gerakan memberi hormat pada pimpinannya. "Demi kedekatan dan hubungan kekeluargaan diantara kita berdua, aku mohon ... pikirkanlah jawaban Anda dengan tenang sebelum akhirnya Anda menjawab permohonan salah anggota pack-mu ini," ucapnya.

"Be ... benar ..., Alpha, silakan berpikir dengan tenang. Ma ... mari, kita menikmati teh dan hidangan dahulu sebelum menjadi dingin," ucap Miriam kemudian. Ia mencoba untuk meredakan ketegangan diatara putrinya dan Dom.

"Benar, Nak, kita bicarakan baik-baik dengan lebih santai. Kita tidak sedang berada dalam pertemuan tahunan pack atau semacamnya. Bukankah hubungan berkeluarga kita selama ini berjalan dengan baik? Mari tetap lakukan itu. Apapun keputusanmu, kami semua akan menerimanya." Lucius akhirnya ikut membuka suara.

Dom menghela napasnya lagi. Ia menyesap cangkir tehnya untuk menenangkan diri sebelum kemudian menyendok pie-nya dengan sendok kecil di atas piringnya. Dan saat ia hendak menyuapkan potongan pie ke dalam mulutnya, tiba-tiba ... ia mematung.

Bukan hanya ia ... tetapi seluruh yang bergerak yang ada di sekitarnya ikut mematung. BERHENTI.

____****____