webnovel

Tsabitha Penyihir Berdarah Campuran

Fantasía
Terminado · 280.8K Visitas
  • 401 Caps
    Contenido
  • 4.9
    14 valoraciones
  • NO.200+
    APOYOS
Resumen

12 tahun yang lalu seperti mimpi buruk seumur hidupku. Meski sudah begitu lama, bayangan itu masih sangat jelas. Tepat saat peluru menembus kepala temanku, lalu dia terjatuh di depanku. Bingung, takut, dan entah perasaan apa lagi yang bercampur aduk di kepalaku. Aku tidak tahu harus bagaimana saat itu, hanya menangis. Setelah 12 tahun kejadian itu berlalu, setiap kali bayangan itu muncul, perasaan yang sama masih aku rasakan. Aku seolah tidak bisa mengubah apa pun, meskipun kejadian itu berulang kali terjadi di depanku. . . Aku menyusuri jalan setapak menuju bagian ujung. Dingin dan gelap tanpa penerangan, ditambah dinding kayu yang dibuat mengitari tempat ini menghalangi cahaya luar yang masuk. Sesampainya di satu bagian aku meletakkan buket lily putih yang sudah aku bawa, tepat di atas sebuah batu marmer putih bertuliskan nama ‘Zie’. “Aku pulang,” lirihku. Aku duduk di sampingnya, mengeluarkan beberapa kue dan dua buah susu kotak kesukaan kami. “Bagaimana keadaanmu di sana? Apa kamu baik? Apa kamu makan teratur?” aku mengusap nisan itu lembut. “Tunggu aku,” bisikku. ____________________________ Tsabitha And The Naughty Cat ************************ Updates at 08.00, 11.00 dan 20.00 WIB ************************ #Meet me on instragram: bluehadyan

Etiquetas
9 etiquetas
Chapter 1Pulang

Tepat di pukul 09.00 malam, bus yang membawaku sampai di tempat itu. Dalam hati aku berkata 'Aku pulang...' .

Entah keberanian macam apa yang tiba-tiba aku dapatkan, setelah 7 tahun aku pergi aku masih sanggup untuk kembali. Tempat ini masih sama seperti saat aku meninggalkannya, sepi dan terasa asing untukku. Aku berjalan pelan menyusuri jalan berbatu dengan rerumputan kering di sepanjang tepi jalan.

Hening, hanya suara sepatu yang beradu dengan tanah berbatu yang bisa kudengar. 20 menit aku berjalan dari halte, aku sampai di depan sebuah gang pasar yang kumuh. Lolongan anjing menyambutku, seolah mengatakan 'Selamat datang pecundang kecil'. Aku Bulatkan tekadku untuk masuk, itu adalah gang menuju rumah lamaku.

Saat aku sampai di depan rumahku, aku membuka pelan pintu gerbang yang terlihat masih terawat. Samar aku mendengar bunyi berderit dari engsel pintu yang mungkin mulai berkarat. Sekelebat aku melihat bayangan gadis kecil berlari melewatiku. Wajahnya tampak terburu-buru, membawa buku kecil berwarna hitam lalu menghilang.

Berikutnya aku melihat hal yang lainnya, seorang gadis yang sama menangis sambil meraung dengan tubuhnya yang penuh luka cakaran dari kuku-nya sendiri. Aku membungkuk di depan gadis itu, tapi kemudian dia menghilang.

"Kenapa tidak bilang kalau mau datang,"

Suara seseorang mengagetkanku. Aku segera berbalik mencari pemilik suara itu.

"Hanya sebentar, mungkin seminggu," ucapku kikuk. Lama tidak bertemu membuatku merasa canggung untuk bertatapan langsung.

"Kenapa bilang sebentar, itu rumahmu,"

"Aku harus kembali, ada yang belum kuselesaikan di sana," aku berjalan menghampirinya berniat memberikan oleh-oleh. "Kue labu di tempatku yang paling enak, aku membawakan beberapa untukmu" ucapku sambil mengulurkan paper bag berisi beberapa topeles kue.

"Kau masih jelek meski sudah lama di sana," bisiknya sambil menyambar paper bag "Gadis kota, kan, harusnya putih dan cantik," sambungnya cepat.

Mulut orang ini masih sama pedasnya sepertinya dulu, 7 tahun berlalu tidak membuat makhluk ini berthaubat sepertinya.

"Dengar ya.. aku di sana untuk belajar dan bekerja, bukan memoles badan biar jadi cantik," cetusku jengkel. Namun dia justru tertawa terbahak-bahak.

...

Namaku Tsabitha Youenha, umurku 27 tahun. Teman-temanku biasa memanggilku Tha. Dulu aku tinggal di tempat ini, tapi saat aku 20 tahun aku memutuskan untuk pindah. Kawanku yang kata-katanya pedas ini adalah Erick, dia adalah teman sekelasku saat masih di tahun pertama sekolah menengah. Meski kata-katanya sedikit pedas, dia adalah teman yang sangat baik.

Erick dan keluarganya adalah orang yang mengurus rumah lama keluargaku. Erick pernah bekerja bersama ayah, Namun saat adiknya harus bersekolah keluar kota dia memutuskan untuk pulang menemani kedua orang tuanya.

Erick segera membukakan pintu untukku. Dia menemaniku masuk ke dalam dan merapikan barang-barang, termasuk menyiapkan ruangan untukku. Aku melihatnya yang begitu terampil mengurus semuanya, jujur kuakui meski mulutnya masih pedas, ada hal yang berubah darinya.

"Aku mau keluar sebentar," ucapku sambil meletakkan barang-barang yang kubawa di atas meja ruang tamu. Erick menghentikan pekerjaannya, dia menatapku seolah tak percaya.

"Ini sudah malam, besok saja aku temani" ucapnya singkat.

"Ada yang lain yang harus ku kerjakan besok, takut tidak sempat," ujarku segera melarikan diri.

Pada akhirnya Erick tetap menemaniku. Sepanjang perjalanan kami lebih banyak diam, bahkan terlalu canggung untuk berjalan beriringan. Lama tidak bertemu dan berkirim pesan membuatku merasa bingung memilih topik pembicaraan. Semua hal yang kutahu hanyalah bahan obrolan lama yang mungkin sudah kedaluarsa untuk dibicarakan.

Samar aroma petrichor mulai tercium saat kami hampir sampai di tempat itu. Rimbun pepohonan pinus menutup cahaya bulan, guguran daunnya membalut tanah seumpama karpet tebal. Semak belukar yang mengiringi jalan setapak yang kami lewati telah basah oleh embun.

Aku melihat ponselku, tepat menunjukkan pukul 1 pagi saat kami sampai di tempat itu. Aku berjalan pelan menghampiri pintu gerbang kecil yang sudah tua di tepian hutan. Sepi, menyambutku. Pintu yang terbuat dari kayu begitu dingin saatku sentuh, aku mendorongnya dan seperti biasa tidak pernah terkunci.

Aku berjalan masuk seorang diri, Erick memilih menunggu di luar. Begitu banyak orang di tempat ini, namun tetap saja terasa sunyi.

Aku menyusuri jalan setapak menuju bagian ujung. Dingin dan gelap tanpa penerangan, ditambah dinding kayu yang dibuat mengitari tempat ini menghalangi cahaya luar yang masuk. Sesampainya di satu bagian aku meletakkan buket lily putih yang sudah aku bawa, tepat di atas sebuah batu marmer putih bertuliskan nama 'Zie'.

"Aku pulang," lirihku.

Aku duduk di sampingnya, mengeluarkan beberapa kue dan dua buah susu kotak kesukaan kami. "Bagaimana keadaanmu di sana? Apa kamu baik? Apa kamu makan teratur?" aku mengusap nisan itu lembut. "Tunggu aku," bisikku.

...

Erick mengajakku mampir ke tempat ia bekerja, tepat saat jam menunjukkan pukul 2 pagi. Seseorang menelpon-nya beberapa saat yang lalu dan setelah itu ekspresinya seketika berubah. Setelah 20 menit berjalan. kami sampai. Tempat itu adalah sebuah rumah minimalis yang berada tak jauh dari pemakaman pinggir hutan yang baru saja kami kunjungi. Aku berjalan di belakang Erick, mengikutinya menuju pintu kayu kecil yang berada di samping rumah. Di sana seorang pria sekitar 60 tahunan tampak sedang sibuk mengutak-atik ponselnya.

"Dah ku bilang jati, tapi dikirim meranti," ucap pria itu sambil menunjukkan 3 gelondong kayu yang ada di depannya, "Ku pesan 20 kayu api, yang sampai 17" ucap pria itu terdengar begitu jengkel.

Aku tidak tertarik dengan obrolan mereka, perhatianku justru teralih pada ratusan boneka kayu pada ruangan di belakang pria tadi. Ruangan 7 kali 9 meter itu seperti gudang boneka. Hampir di setiap sudut terdapat boneka kayu. Mulai dari ukuran kecil, sedang, hingga yang paling besar berukuran mungkin sekitar 2 meter.

Aku menyentuh salah satu dari mereka yang dipajang tak jauh dariku, jelas ini bukan barang murah pikirku. Boneka itu dibuat dengan sangat detail dengan pahatan yang halus. Gurat wajah, mata dan ukirannya dikerjakan begitu rapi dan sangat detail. Baju yang mereka kenakan juga dijahit dengan sangat rapi.

"Aku saja yang ke sana, minta mereka mengirim balik," Suara Erick terdengar meninggi mengakhiri perdebatan mereka.

...

"Pacarmu?" celatuk pria itu.

.

.

_____________

1. Creation is hard, cheer me up! Power Stone^^

2. Like it ? Add to library!

3. Have some idea about my story? Comment it and let me know.

También te puede interesar

The Prince Of The East Sea (Bahasa INDONESIA)

18+ (Dark Content) Liburan Tasia dan teman-temannya berakhir di luar dugaan. Tasia yang adalah gadis penakut, tidak pernah menyangka pertemuan dan niat baiknya terhadap seorang anak kecil di tepi pantai saat malam hari akan membawa hidupnya ke dalam kekacauan. Karena ternyata, anak manis itu adalah jelmaan pangeran siluman ular yang mendiami kerajaan goib di laut timur. .... Tasia menatap Hadyan yang tersenyum ramah padanya. Lalu air mata mulai menggenangi matanya lagi "Aku ingin pulang. Aku tidak mau berada di sini. Maafkan aku jika aku berbuat kurang ajar sampai kalian menangkapku, tolong lepaskan aku! Ku mohon!" Hadyan memijat keningnya sendiri "Kau tidak salah, Tasia. Aku membawamu ke sini, karena aku telah memilihmu untuk menjadi permaisuriku di kerajaan ini." "Apa? Permaisuri?" Ulang Tasia. Hadyan mengangguk "Ya, aku telah memilihmu sebagai permaisuriku. Jadi, mulai sekarang kau akan tinggal di sini bersamaku." Tasia menggeleng cepat "Gak mau! Aku tidak mengenalmu! Lagipula aku punya rumah dan nenek juga teman-temanku menunggu di sana. Aku tidak mau menjadi permaisuri mu. Aku mau pulang!" *** Mohon berikan support (Power stone, Komen, Review) kalau kalian suka ceritanya ya!! Trimakasih & Selamat membaca!! \^^/ Karya Lydia_Siu di Webnovel : - The Prince Of The East Sea (Tamat) - The Black Swan Behind (Tamat) Banyak quotes dan info menarik di sosial media author! Yuk difollow! Instagram : @author_lydia_siu FB Page : author Kalong_ungu / Lydia_Siu Twitter : @kalong_ungu *** Note tambahan : - Cerita ini terinspirasi dari tokoh, tempat, dan cerita mitos yang banyak beredar di Indonesia. Lalu digabungkan dan mengalami modifikasi sesuai imajinasi author. - Isi, nama, tokoh, dan lokasi dalam cerita ini tidak ada hubungannya dengan cerita rakyat/lokasi yang sesungguhnya.

Lydia_Siu · Fantasía
4.9
255 Chs

Javanese Freislor

"Sadarlah, Breckson! Kau tidak akan bisa hidup bersamaku! Sekalipun aku mencintaimu, tapi aku tahu kedudukan kita berbeda!" pekik Freislor. "Aku tidak peduli itu, Freis!" Breckson menjawabnya dengan nada tinggi. Freislor, sosok perempuan yang memiliki tugas tersendiri untuk menemukan sosok Grendolfin, seorang dewi yang diutus ke bumi untuk mengadili suatu perkara. Ia bertemu dengan sosok Breckson, salah satu pemimpin Negara Zavrainz yang digadang-gadang menjadi pusat peradaban dunia. Pertemuan mereka diawali dengan kejadian tragis. Di mana Freislor merupakan salah satu kaum buangan dari beberapa negeri. Ia memperjuangkan para penduduknya untuk diberikan tempat tinggal di Negara Zavrainz sekalipun dia mendapat hinaan dan pembulian dari para warga. Beberapa tahun setelahnya, dia melanjutkan misi untuk mengalahkan Tuan Reos. Pada akhirnya, Breckson, Freislor dan Tuan Krapolis berkelana ke masa lalu, masa depan dan kematian untuk menemukan Grendolfin. Di sana, mereka mendapatkan beberapa pengetahuan baru mengenai Hasta Brata yang berasal dari kaum Jawa. Tak hanya itu, dia mendapatkan teka-teki baru yakni dengan permainan angka dan waktu yang terdiri dari satu, tiga dan juga lima. Hal itu diperjelas dengan sebuah puisi yang dibuat oleh ayahnya. Satu kali satu, aku berlari Dua kali satu, aku berputar Tiga kali dua, aku berhenti Tunggu dulu, sepertinya aku salah langkah Ku putar langkahku sebesar tiga puluh derajat ke kiri Ku dapati sebuah garis panjang yang mengarah ke suatu tempat Dihiasi cahaya bermandikan gemerlap bintang Aku dan kamu menjadi kita Selama perjalan, mereka juga mendapatkan kunci untuk mengalahkan Tuan Reos dari adanya petunjuk Serat Joyoboyo. Tak hanya itu, dia juga menemukan jati dirinya sebagai pemimpin di sebuah negeri. Breckson akhirnya sempat menyatakan cinta kepada Freislor. Namun, kisah cinta itu berubah setelah bertemu dengan Poresa. Ditambah lagi, beberapa kitab kuno menyebutkan bahwa hidup Freislor hanya sebatas hitungan angka dan waktu. Lantas, bagaimanakah dengan misi mereka? Akankah mereka berhasil membunuh Tuan Reos? Bagaimana dengan kisah cinta Freislor? Siapa yang akan dia pilih?

Rainzanov_words · Fantasía
5.0
351 Chs

Istri Pangeran Naga Adalah Seorang Penerjemah (1)

SERI SELESAI di buku asli. Aku akan menemukanmu bahkan jika kita terpisah dunia -Long Ao Zhen --------- Ditransmigrasi ke tubuh sampah putri jenderal sebagai pemeran utama wanita? Peh! Terlalu mainstream! Bertransmigrasi menjadi penjahat? Umum! Bagaimana dengan pindah dan berakhir sebagai umpan meriam? Sudah baca sebelumnya! Dari banyak pilihan untuk pindah, bagaimana mungkin dia, Li Shi Ying, seorang mahasiswa jurusan bahasa Inggris yang sangat biasa, tiba-tiba terbangun dalam tubuh lumpuh mantan pelayan pemimpin wanita ?! Surga, ini terlalu tidak adil! Di dunia di mana hanya yang kuat yang dihormati, dia tidak bisa berkultivasi? Tidak masalah! Lusinan makhluk spiritual tingkat tinggi berebut untuk melindunginya! Beast Tamers jarang? Hmph! Bahasa binatang adalah bahasa kampung halamannya! Tidak bisa menjadi seorang alkemis atau master array? Siapa peduli? Dia bisa saja menjadi penerjemah! Tanpa penerjemah, semua pekerjaan langka itu bahkan tidak akan ada! Perhatikan bagaimana dia menguasai dunia tanpa memiliki sedikit pun energi kultivasi di tubuhnya! Tapi, bisakah seseorang memberitahunya bagaimana dia tiba-tiba menjadi istri Pangeran Naga? Mamah, dia ingin menangis !!! Ini adalah cerita yang sempurna untuk mereka yang bosan dengan novel kultivasi yang biasa. Peringatan: Adegan cabul di bab 7-9 !! Jika Anda tidak ingin membacanya, lewati saja bab-bab itu. Jika Anda suka membaca tata bahasa yang sempurna maka buku ini mungkin bukan pilihan Anda, tapi saya masih belajar. Jadi, itu akan menjadi lebih baik di bab-bab selanjutnya. Proyek lainnya: 1. CEO's Office Boy is a Girl (selesai) 2. I Become Baby Mafia Boss (on-going) Ikuti Instagram saya: zehell2218 untuk Tanya Jawab dan informasi menyenangkan lainnya! Bergabunglah dengan saya dalam perselisihan untuk saran dan obrolan yang menyenangkan: https://discord.gg/BWyWDJ7 Untuk dukungan: https://www.paypal.me/Zehell2218 * Sampul ini bukan milik saya, kredit untuk. artis. * Terima kasih banyak kepada editor saya: Overlord_venus, Kuma, DarkAngel84 Proofreader: Lilian

Zehell2218 · Fantasía
5.0
261 Chs
Tabla de contenidos
Volumen 1