Aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban, karena aku memang tidak tahu apapun. Setelahnya, Winnter melarang kami berjalan menggunakan penerangan, jadi kami menyusuri trotoar dengan saling berpegangan tangan dengan wanita itu yang berada di depan untuk menuntun kami. Suasana di sini seperti kota mati, begitu sunyi dan gelap.
Beberapa saat berlalu, aku mencium aroma anyir yang sangat kuat, yang entah dari mana asalnya. "Berhenti!" aku meminta Winnter dan Mirai untuk berhenti. Ketika mereka berdua menatapku kebingungan, aku berkata dengan nada pelan, "darah."
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com