webnovel

Secret Love for Secret Admirer

Urbano
Contínuo · 27K Modos de exibição
  • 372 Chs
    Conteúdo
  • Avaliações
  • NO.200+
    APOIO
Sinopse

Tak pernah terpikirkan, apa yang menjadi kesukaanmu aku juga menyukainya. Tanpa sadar, aku selalu menuruti nasihat dan perintahmu. Lama-lama, aku tahu artinya bahwa itu semua hanyalah sebuah keinginan agar diakui untuk menjadi lebih dari seorang sahabatmu. Aku, sebagai pengagum rahasia, yang menyukaimu secara diam-diam. (Nadia Naraya) Rasa simpati dan sebuah ketertarikan biasa. Itulah yang aku rasakan saat pertama kali melihatmu. Aku tak tahu sejak kapan rasa itu sedikit demi sedikit berubah menjadi rasa penasaran dan selalu ingin tahu tentangmu. Katakan saja, kalau ini adalah sebuah cinta rahasia untuk seorang pengagum rahasia. Lupakan perasaanmu darinya dan berbaliklah menyukaiku. (Fauzan Narendra) Nadia memendam perasaan pada sahabatnya - Agra - hampir selama enam semester terakhir sejak mereka bersahabat. Sayangnya, saat Nadia ingin mengungkapkan perasaannya, bertepatan dengan itu, Agra bercerita bahwa ia sudah memiliki kekasih. Nadia tidak bisa menghindar begitu mudah, karena ia terjebak di dalam satu proyek dengan Agra cukup lama. Inilah yang bisa dilakukan Nadia, mengagumi dalam diam. Saat Nadia sudah mencapai puncak kegalauannya, seorang laki-laki bernama Fauzan datang ke dalam hidupnya. Nadia pikir, ia baru pertama kali bertemu laki-laki ini. Namun, ternyata Fauzan sudah mengenalnya sejak dua tahun lalu. Fauzan muncul begitu saja saat Agra menghilang menangani proyek dosen selama beberapa bulan. Fauzan bilang bahwa ia menyukai Nadia. Lantas, apa yang akan Nadia lakukan selanjutnya? Cover by : Diarra_design Follow me on Instagram : @NurulAyuHapsary

Chapter 1Declaration of Love

Nadia berdiri dan hanya mengerjap-kerjapkan matanya beberapa kali. Seolah tak percaya dengan apa yang sedang dialaminya. Dari jarak beberapa meter tempat ia berdiri, ia melihat dengan jelas laki-laki yang menatap tepat ke arahnya. Nadia mengenal laki-laki itu. Fauzan namanya, namun Nadia juga baru tahu nama laki-laki itu sejak beberapa Minggu terakhir ini.

Fauzan perlahan berjalan mendekat ke arah Nadia. Dengan membawa satu buket bunga. Melihat ekspresi Nadia yang terkejut itu, Fauzan ingin sesekali menenangkannya. Fauzan berjalan sampai jaraknya dengan Nadia semakin dekat dan semakin dekat.

Jantung Nadia berpacu tak normal. Lebih kencang dari biasanya. Nadia mana bisa mengontrolnya? Namun, ia hanya bisa terdiam kaku dan kakinya membeku, seolah tak dapat digerakkan sama sekali. Nadia kesini bukan karena tidak sengaja. Ia memang kesini karena sebuah petunjuk yang membuatnya penasaran untuk kesini.

"Maaf, aku mengejutkanmu," kata Fauzan yang sudah ada di depan Nadia saat ini. Sedangkan, Nadia hanya tetap diam sambil mengedip-kedipkan matanya beberapa kali.

"Ini, untukmu," lanjut Fauzan memberikan bunga yang ia bawa, pada Nadia.

"Untukku?" tanya Nadia mengulangi salah satu kata Fauzan. Nadia bahkan tak dapat menanggapi dengan baik kalimat Fauzan. Sudah jelas-jelas Fauzan mengatakan bahwa bunga itu untuknya. Sejujurnya, otaknya masih memproses tentang kejadian yang ada di depannya.

"Nadia, saat seorang laki-laki memberikan seikat bunga cantik padamu, itu menandakan sebuah arti. Kamu tahu apa maksudku bukan?" tanya Fauzan.

Nadia masih hanya diam sambil memproses makna kalimat Fauzan tadi. Memangnya apa artinya? Tapi, Nadia hanya diam, enggan menjawab pertanyaan Fauzan. Fauzan hanya tersenyum melihatnya.

"Aku menyukaimu," kata Fauzan singkat dan amat jelas. Fauzan tidak ingin bertele-tele lagi. Ia tidak akan membuang waktu untuk menyia-nyiakan kesempatan yang berharga ini. Kesempatan yang sudah ia rencanakan sudah sangat lama.

"Aku?" Lagi-lagi, Nadia merasa kebingungan. Bagaimana bisa Fauzan menyatakan perasaan padanya? "Tunggu. Bukankah, kita baru berkenalan beberapa Minggu terakhir ini?" tanya Nadia yang polos dan masih sedikit linglung.

"Kamu hanya tidak sadar kalau aku sudah mengenalmu sejak dua tahun yang lalu," lanjut Fauzan yang membuat Nadia tercekat. Ia sedikit melebarkan kedua matanya mendengar ungkapan Fauzan itu.

"Apa?!" tanya Nadia yang terkejut itu.

"Pikirkan saja, bahwa apa yang baru saja aku ucapkan padamu tadi, adalah sebuah ungkapan dari seorang pengagum rahasia."

***

"Nad? Nadia?" Nadia menoleh ke arah suara laki-laki yang tengah memanggilnya. Sebenarnya, ia baru tersadar jika fokusnya tidak ada di sini, tadi.

"Hm?" tanya Nadia pada laki-laki itu.

"Kamu mendengarku tidak?" tanya Agra pada Nadia, setelah menyeruput teh manis yang terletak di meja di depannya itu.

"Maaf Gra. Kamu bilang apa?" Nadia justru bertanya balik. Agra menghela nafas mendengar Nadia. Ia rasa, ia sudah menjelaskan dengan gamblang kalimat pada Nadia, barusan. Sayangnya, pikiran Nadia malah melayang.

"Ya ampun, Nad. Jadi, aku harus mengulanginya dari awal?" tanya Agra dengan mengekrutkan alisnya. Nadia lalu terkekeh sesaat.

"Maaf, suasana di kantin sedikit penuh. Jadi, aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas," terang Nadia.

"Apanya? Bukankah dari tadi, kamu seperti sedang melamun?" tanya Agra menyanggah Nadia.

"Em, tadi aku masih melihat itu," kata Nadia melihat ke arah lapangan basket yang kosong. Agra menolehkan pandangannya ke arah lapangan basket tersebut.

"Memangnya ada apa di sana? Kosong?" tanya Agra bingung.

"Ah, sudahlah. Kamu tidak akan mengerti," ujar Nadia menggibaskan salah satu tangannya, mencoba mengalihkan pembiayaan. "Jadi, kamu tadi berbicara soal proposalnya kan?" tanya Nadia.

"Ya," jawab Agra. "Kali ini, dengar baik-baik ya," ucap Agra kembali. Agra terpaksa harus mengulangi kembali penjelasan singkat yang baru saja diabaikan Nadia tadi. Kemudian, tanpa sadar Nadia kembali melihat ke arah lapangan basket itu tadi.

"Jadi, proposalnya memang harus dikumpulkan Minggu ini," kata Agra yang tadinya menunjuk ke arah lembar kertas yang dipegangnya, dan kemudian melihat ke arah Nadia kembali. Agra kembali mendapati Nadia melamun. Ampun! Kenapa Nadia senang sekali melihat ke arah lapangan itu, sih?! Pikir Agra. Ia lalu menutup laporannya dan meletakkannya di atas meja. Agra kembali memperhatikan Nadia.

"Nad? Hei!" panggil Agra sembari menjetiikkan hatinya beberapa kali di depan wajah Nadia, sehingga Nadia setengah terkejut dan menoleh ke arahnya.

"Ada apa Gra?" tanya Nadia dengan tatapan tanpa dosa.

"Ada apa?" ulang Agra dengan nada tanya. "Kamu bertanya padaku ada apa? Bukankah aku yang seharusnya bertanya padamu?" ujar Agra. "Dari tadi, kamu melamun terus!" keluh Agra. Nadia terdiam sambil tersenyum kaku. Ia juga sedikit menundukkan pandangannya. Agra memperhatikannya dengan seksama.

"Ada apa Nad? Kamu sedang memikirkan sesuatu?" tanya Agra pada Nadia. "Apa kamu sedang ada masalah?"

"Tidak," jawab Nadia menggeleng pelan.

"Sudahlah Nad, katakan saja apa masalahmu? Mungkin aku bisa membantumu?" tanya Agra dengan lembut. Nadia yang tadinya sedang setengah menundukkan pandangannya, mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Agra.

"Aku benar-benar tidak ada masalah," ucap Nadia masih menyanggah.

"Jadi, kamu tetap tidak mau cerita?" ujar Agra. Nadia diam. Tidak ada sesuatu yang tidak Nadia ceritakan pada Agra, dalam kehidupan kampusnya. Apapun itu. Pelajaran, keluarga, bahkan soal pribadi lainnya. Tapi kali ini, Nadia memilih untuk diam seraya menggeleng pelan.

"Aku tahu kamu sedang ada masalah. Tapi, paling tidak jangan sampai terlarut dan mengganggu kegiatan kampusmu," tutur Agra. "Kalau kamu tetap tidak ingin cerita, tak masalah," tambahnya. "Tapi, kapanpun kalau kamu sudah mulai ingin bercerita, aku siap mendengarkannya," kata Agra. Nadia hanya terdiam.

Drrrt... Drrrt... Drrrt...

Agra merasa ponsel di dalam sakunya bergetar. Ia segera mengambilnya. Saat Agra melihat layar di ponselnya, wajahnya tersenyum bahagia.

"Sebentar, ya," kata Agra sembari berdiri.

Nadia hanya mengangguk pelan. Agra berjalan menjauh ke arah lapangan basket. Agra berdiri hingga ia menutupi pandangan Nadia. Nadia memperhatikannya, tanpa Agra sadari sama sekali.

Di sebuah lapangan basket itu, sangat berkesan bagi Nadia. Di sana adalah pertama kalinya ia bertemu dengan Agra. Waktu ospek. Agra adalah teman satu kelompoknya. Ia tidak menyangka sama sekali, pertemuan itu akan berujung menjadi persahabatan mereka sampai sekarang.

Agra masih menerima panggilannya. Sedangkan Nadia tak lepas untuk terus mengamatinya. Nadia tidak bisa menyembunyikan kerisauannya. Ia terus saja melihat ke arah Agra dengan hati yang tidak tenang. Kadang Agra tersenyum, kadang tertawa dan bercanda dengan lawan bicaranya di dalam ponselnya.

Selang satu menit kemudian, Agra menutup panggilannya dan kembali ke arah Nadia. Nadia segera mengalihkan pandangannya ke tempat lain. Berpura-pura untuk berfokus pada laptop yang menyala di depannya.

"Nad, maaf ya. Jadi, sampai di mana kita tadi?" tanya Agra.

"Lihat, sudah jam sembilan. Bukankah kamu ada kuliah?" ujar Nadia sambil menunjuk jam di layar laptopnya.

"Oh! Iya juga ya?" ujar Agra. "Kalau begitu, aku kuliah dulu. Nanti kita bicarakan lagi," ujar Agra pada Nadia. Nadia hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya beberapa kali.

Agra kemudian berdiri dan memasukkan kembali beberapa kertas yang ia sempat keluarkan tadi. Lalu, menutup tasnya kembali dan menyanggulnya pada bahunya. Agra sekali lagi melihat ke arah Nadia.

"Sudahlah Nad, jika ada masalah tidak perlu terlalu dipikirkan. Kalau kamu mau, ceritakan saja padaku. Aku pasti akan mendengarkanmu," kata Agra pada Nadia. Nadia hanya tersenyum mendengar Agra. Agra kemudian berjalan menjauhi Nadia. Nadia, melihat punggung Agra yang berjalan semakin menjauhi dirinya, melewati lapangan basket yang baru saja menyita perhatian Nadia. Ia diam, namun tetap tak melepaskan pandangannya pada Agra.

'Bodoh, kenapa kamu selalu datang dan memberikan perhatian di saat aku murung karena menperhatikanmu?' ungkap Nadia dalam hati. Tentu saja tidak dapat didengar Agra, bahkan siapapun juga di sana.

Você também pode gostar

Reinkarnasi Agen Khusus: Dewi Yang Maha Kuasa dari Transmigrasi Cepat

Dia adalah Aktris Terbaik yang baru dinobatkan di Lingkaran Hiburan sekaligus putri kedua yang lama hilang dari Keluarga Ye di Kota Kekaisaran, sebuah fakta yang diketahui semua orang. Putri tertua dari Keluarga Ye adalah Ketua Grup Fenghai; putra ketiga dari Keluarga Ye, seorang figur penting di Kota Kekaisaran; tetapi putri kedua yang ditemukan hanyalah sekadar hiasan dalam Lingkaran Hiburan. Ayahnya tidak mencintainya, ibunya tidak menghargainya. Namun, tidak ada yang tahu, di balik kedok seorang hiasan, dia adalah seorang Agen yang luar biasa yang menjadi masalah bagi kekuatan internasional! Tak terduga, dia membuat kesalahan, tertipu, dan secara tidak sengaja mengikat dirinya dengan sistem untuk menyelesaikan tugas dan menyerap energi. Sejak itu, dia mendominasi di semua alam semesta paralel, menulis ulang kehidupan tragis orang lain. Di mana pun dia berada, dia berkembang dengan mudah. Yang tidak dia duga, bagaimanapun, adalah bertemu dengan seorang figur penting dari kekuatan misterius… Ketika dia akhirnya memulihkan kekuatannya untuk kembali ke bentuk puncaknya, dia bisa melepaskan identitasnya sebagai putri kedua Keluarga Ye; dia bisa menolak warisan keluarganya. Namun, jika dia tidak memberikan perhitungan yang baik kepada mereka yang berkomplot melawannya, bagaimana dia akan memberi keadilan pada gelar Agen Utama yang dengan susah payah dia dapatkan? Saat identitasnya sepenuhnya terungkap, saat itulah dia akan bersinar! *** Satu seorang pemuda misterius yang luar biasa, yang lainnya adalah Agen Utama yang terkenal di dunia, inilah pertarungan antara dua tokoh yang tangguh. *** Judul alternatif dari novel ini termasuk "Pahlawan Wanita Sungguh Menakjubkan" dan "Pahlawan Sungguh Tampan". —【Menyegarkan】【Transmigrasi Cepat】【1v1】

Road of Flowers · Urbano
Classificações insuficientes
397 Chs

Pernikahan Elite Penuh Cinta: Suami Licik, Istri Manis Penyendiri

Wen Xuxu adalah seorang wanita ulet, berbakat, cerdas dan berani yang diasuh oleh keluarga Yan pada usia empat tahun ketika dia kehilangan kedua orang tuanya. Dibesarkan untuk menjadi penerus konglomerat besar, Yan Rusheng adalah seorang pria penyendiri, cerdas dan sombong yang merupakan seorang bujangan paling dicari di ibu kota. Meskipun tumbuh bersama, keduanya seperti saling memperlakukan dengan buruk. Wen Xuxu mengecap Yan Rusheng sebagai seorang yang berengsek dan penakluk wanita, sementara di mata Yan Rusheng, Wen Xuxu adalah seorang wanita pemarah. Seiring waktu, mereka saling jatuh cinta, tetapi mereka tetap menyembunyikan perasaan mereka satu sama lain. Karena sebuah nasib, mereka dipaksa untuk menikah. Dan tidak diketahui oleh orang lain dan Yan Rusheng, Wen Xuxu telah menyembunyikan rahasia yang mendalam selama bertahun-tahun .... Kata kunci: Kekasih masa kecil, Penakluk Wanita, Penyendiri, Belahan Jiwa, Pernikahan Paksa, Anak Yatim, Sekretaris Adegan Manis: Tiba-tiba, Wen Xuxu mengulurkan tangannya untuk mencengkeram dan menarik pergelangan tangan Yan Rusheng dengan paksa. Yan Rusheng tertangkap basah dan dia kehilangan pijakannya. Dia jatuh di tempat tidur dan kemudian napasnya melambat. Tuan Muda Yan takut bahwa dia mungkin kehilangan kendali atas dirinya dan melakukan sesuatu pada Wen Xuxu ... wanita yang dibencinya. Oleh karena itu dia buru-buru mengangkat kepalanya. Tetapi dia belum sempat bergerak menjauh ketika Wen Xuxu mengulurkan tangan dan melingkarkannya ke leher Yan Rusheng. "Jangan pergi."

Wei yang · Urbano
4.6
1998 Chs
Índice
Volume 1

APOIO