Putri Adelia, adalah putri dari seorang tentara bintang satu. Kehidupan keluarga militer membuat seorang Adel tumbuh menjadi gadis yang cukup berpendirian kuat. Adel yang selalu melihat mamanya menangis saat papanya pergi bertugas ke luar kota atau ke luar negeri mengharamkan dirinya mendapat pasangan yang memiliki profesi sama dengan papanya. Terlebih kakaknya yang memiliki profesi sama dengan sang papa hilang dan tidak kembali setelah membantu perang. Kedatangan seorang Yusuf membuat hati Adel yang dingin mulai menghangat, apalagi Yusuf yang pantang menyerah meski mendapat penolakan berkali - kali dari Adel membuat hati Adel mulai tersentuh. Kenyataan yang tiba - tiba datang membuat Adel terpukul, pria yang mendekatinya itu juga seorang abdi negara yang sangat diharamkan masuk ke dalam hati Adel. Mampukah Yusuf menyakinkan Adel kalau mereka bisa menjalani kehidupan bersama meski dia adalah seorang abdi negara yang sangat dibenci oleh Adel? Dapatkah Adel merubah presepsinya tentang seorang Abdi negara? Kejutan besar apalagi yang Yusuf berikan kepada Adel selain dia yang bekerja di dunia militer?
Seorang gadis manis sedang berjalan menuju kelasnya, hari ini dia akan ada kuis yang harus dia ikuti. Tanpa ada rasa ragu, gadis itu melangkahkan kakinya dengan pasti. Dia Putri Adelia, gadis terpintar di dalam kelasnya. Adel, sapaan gadis itu adalah gadis yang ramah. Dia sangat supel dan pandai bergaul. Teman - temannya sangat menyukai dia, tapi ada satu orang yang sangat membenci dia, bahkan Adel pernah difitnah hanya karena seorang pria yang Adel tidak kenal sama sekali.
"Hai, Adel! Sudah siap dengan kuisnya?" tanya Risa satu - satunya sahabat Adel.
"Pastinya!" jawab Adel dengan mantap. Risa yang melihat Adel sangat bersemangat semakin merasa sedih.
"Kamu kenapa? Lupa belajar lagi?" Risa mengangguk cepat.
"Nanti kasih aku jawabannya ya, please..." Risa memohon kepada Adel dengan meletakkan kedua tangannya di dada.
"No...No...No... Aku tidak mau kena teguran dosen lagi. Memangnya kemana saja sih kamu semalam, sampai - sampai kamu tidak belajar lagi?" Risa menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal sambil meringis saat dia mendengar pertanyaan yang persis dengan teguran Adel.
"Keasyikan main game jadi lupa." Risa meringis tanpa dosa, Adel hanya menggeleng - gelengkan kepalanya, heran. Sahabatnya yang satu ini menjadi ketergantungan game, dimanapun Risa berada pasti dia bermain game. Bahkan sampai untuk makan-pun dia kadang lupa.
"Rasain nilai anjlok! Selamat tinggal dan semoga betah di semester ini! bye.... bye... Risa..." Adel berlari meninggalkan Risa menuju kelas mereka. Risa yang ditinggalkan juga ikut menyusul Adel menuju kelas sambil berteriak memanggil nama Adel, bahkan karena teriakan Risa yang menggelegar memanggil Adel semua mahasiswa yang berada di dekat Risa menoleh kearah Risa karena merasa terganggu dengan suara Risa.
"Awas kamu, Del! Kamu pelit nanti susah mendapat jodoh!" Teriak Risa saat dia tidak bisa mengejar Adel.
"Biarin!" Adel menjulurkan lidahnya mengejek Risa.
"Aaaa.... Adel! Please bantuain aku ya?.... Kali ini saja, aku janji!" Risa mengangkat dua jarinya pertanda sebuah janji, tetapi Adel tetap dengan jawabannya, sebuah gelengan kepala sebagai jawaban dari permintaan Risa.
Bruuukkk.....
"Oh, sorry... saya tidak sengaja." Adel menunduk meminta ma'af kepada orang yang tidak sengaja dia tabrak dan mengambil buku - buku nya yang berjatuhan. Merasa orang itu tidak menjawab, Adel mendongak melihat siapa yang sudah dia tabrak.
"Hah? Memangnya siapa dia? Tidak sopan sama sekali! Ada orang minta ma'af malah dicuekin!" Adel menggerutu karena orang itu tidak merespon ma'af Adel malah berlalu meninggalkan Adel.
"Ya Tuhan! Adel! itu tadi manusia atau malaikat? Kenapa ganteng banget!" Risa tiba - tiba datang dari arah belakang sambil menatap kagum pria yang Adel tabrak tadi.
"Ganteng dari mana? Ganteng tapi tidak punya sopan-santun? BIG NO !!!" Adel menolak pernyataan Risa yang mengatakan pria yang tadi menabraknya berawah tampan.
"Adel! Tunggu aku!" Risa berlari mengejar Adel yng berjalan terlebih dulu. Adel memang pintar tapi sangat tertutup dengan masalah percintaan, bahkan sampai sekarang Risa tidak pernah tahu siapa pacar Adel padahal mereka sudah duduk di semester akhir dan Adel masih betah dengan kejombloannya.
Tok... tok... tokkk...
"Permisi! Ma'af saya terlambat." Adel memasuki kelasnya, ternyata sudah ada dosen yang duduk di sana. Adel menundukkan kepala tanpa melihat dosen yang sedang melihat ke arah Adel dan berjalan langsung menuju tempat duduknya.
"Oh My God! Adel!" Pekik Risa saat dia sudah duduk di kursinya.
"Ada apa sih Ris? Sudah sana siap - siap kuis!" Bentak Adel saat dia rasa Risa semakin berisik.
"Del! malaikat itu disini. Sekarang dia ngelihat kamu, Del! Dia berjalan kearah sini, Del!" Mata Risa menatap dosen yang tadi bertabrakan dengan Adel sambil menggoyang-goyangkan lengan Adel, dan pria itu menatap tajam kearah mereka.
Yusuf, pria tampan yang Adel tabrak tadi menatap kearah Adel dan berjalan kearahnya.
"Putri adelia?" Adel mendongak merasa namanya dipanggil. Saat mata Adel bertemu dengan mata Yusuf, bola matanya melotot seakan mau keluar. Pria yang tadi ditabraknya sekarang ada disini. Di kelasnya.
"Bantu saya untuk membagikan soal kuis hari ini?" Adel melongo dan menoleh ke kanan-kiri saat melihat pria di depannya ini menyerahkan lembaran-lembaran soal kuis, Adel tidak tahu siapa pria itu dan ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan pria itu.
"Ma'af, kamu pasti bingung saya siapa. Saya adalah asdos yang menggantikan Profesor Burhan hari ini. Beliau sedang berhalangan hadir karena harus menghadiri pertemuan konggres." Adel mengangguk - angguk seolah terhipnotis dengan perkataan pria tampan yang ada di depannya.
"Kamu harus membayar ganti rugi karena sudah menabrak saya tadi, Adel." Yusuf berbisik ditelinga Adel. Adel sendiri tidak berkata apa - apa, gadis yang biasa melawan itu tiba - tiba seperti kerbau yang di cucuk hidungnya. Adel hanya diam saja saat pria yang berdiri di depannya ini berbisik di telinganya.
"Cepat, Adel! kamu harus membagikan semua kertas itu!" Adel tergagap, kakinya dengan cepat berjalan menuju meja teman-temannya untuk membagikan soal kuis kepada mereka satu persatu.
Adel membagikan kertas kuis, padahal biasanya dosen menaruh di meja mahasiswa paling depan, lalu secara estafet soal kuis dibagikan kebelakang, tapi kenapa sekarang Adel harus berjalan menuju tempat duduk teman - temannya yang bisa dikatakan tidak sedikit ini? Tapi Adel tidak memprotes tetapi malah melakukan apa yang diperintahkan pria yang mengaku sebagai Asdos.
"Waah... Del! kalau seperti ini, bisa betah kita dikelas. Ada yang bening-bening di dalam kelas kita!" kata Risa antusias tetapi Adel hanya mendengus saja mendengar pujian Risa.
"Kita? kamu aja kali! aku mah nggak!" Adel membanting bokongnya keras sehingga menimbulkan bunyi yang cukup keras.
"Ada masalah Putri Adelia?" tanya Yusuf yang melihat Adel sedang berbisik-bisik dengan teman di dekatnya.
"Oh tidak, Kak. hanya sedikit terpeleset tadi." Yusuf mengangguk lalu kembali berkutat dengan kertas yang sejak tadi dipegangnya.
"Oke, waktu kalian hanya enam puluh menit untuk menyelesaikan seluruh soal itu dan waktu dimulai dari, sekarang!" Yusuf memberitahu semua mahasiswa yang ada di ruang kelas ini dengan melihat jam di pergelangan tangannya.
Semua mahasiswa mulai sibuk dengan kertas yang ada di depan mereka kecuali Risa. Risa sama sekali tidak mengerti dengan soal - soal yang ada dihadapannya, sejak tadi dia menendang kursi yang di duduki Adel karena sejak tadi Adel tidak memperdulikannya.
"Del!" Bisik Risa sambil menendang-nendang kursi Adel tetapi Adel sama sekali tidak peduli. Adel tetap fokus dengan lembar kerjanya yang dia isi.
"Apa sih?!" Tanya Adel sambil berbisik ketus.
"Bagi jawabannya dong!" Bisik Risa balik, Adel memutar bola matanya saat mendengar permintaan Risa.
"Adelia! Kerjakan sendiri, jangan bertanya kepada teman kamu!" Suara Yusuf membuat Adel cemberut, karena ulah Risa dia mendapat teguran dari Yusuf.
"Iya, Kak!" Jawab Adel kesal. Adel melirik ke arah Risa dengan memberi tatapan tajam karena ulah Risa dia diperingatkan Asdos.
"Lanjutkan kuis kamu sebelum waktunya habis." Aluna mengangguk dan mulai menjawab pertanyaan yang ditulis di kertas yang tadi dia bagikan.
Risa cemberut, Adel sama sekali tidak bisa diganggu padahal Risa tidak bisa menjawab satu soal pun yang ada di kertas.
"Deelll.... Aku belum sama sekali." Risa kembali berbisik memohon kepada Adel untuk membagi jawabannya. Adel bukannya pelit, dia hanya ingin membuat Risa menjadi manusia yang bertanggung jawab dengan kuliahnya karena Risa tidak pernah serius dalam belajar, dengan alasan Risa tidak menyukai jurusan yang dia pilih.
"Makanya belajar! Kamu ini kebiasaan!" Ketus Adel sambil berdiri meninggalkan tempat duduknya dan berjalan menuju meja Dosen untuk mengumpulkan kertas kuis miliknya.
"Ya Tuhan, kamu kejam sekali Del?! Bagaimana ini, aku belum menjawab satu pun, waktunya tinggal dua puluh menit." Risa bingung dengan kertas jawaban miliknya yang masih kosong.
"Kamu sudah selesai? Cepat sekali? Yakin kalau jawaban kamu benar?" Tanya Yusuf meragukan hasil kerja Adel.
"Sudah Kak, dan soal nilai saya serahkan kepada dosen. Kalau bagus alhamdulillah kalau buruk berarti saya harus belajar lagi, permisi!" Jawab Adel sedikit ketus karena dari awal dia tidak menyukai pria yang sedang berdiri di depannya saat ini.