webnovel

Our Precious Joon

Autor: Zanaka
Fantasie
Abgeschlossen · 178K Ansichten
  • 320 Kaps
    Inhalt
  • 5.0
    41 Bewertungen
  • NO.200+
    UNTERSTÜTZEN
Zusammenfassung

Tinggal bersama 3 ayah dengan berbagai kepribadian yang berbeda, inilah yang dialami remaja tampan berusia awal 15 tahun itu. Ia sudah bahagia sebenarnya, tapi ia merasa perlu juga mengetahui identitas dia sebenarnya. Perjalanan remaja agak slengean, Arjuna Raizaski alias Joon, mencari jati diri sebenarnya. Hingga suatu saat, ada yang mengatakan jika Joon bukanlah manusia seutuhnya. Itu membuat Joon semakin ingin mencari jati diri yang sesungguhnya. Benarkah ia bukan manusia biasa? *** "Haruskah aku membunuh putraku sendiri untuk memutuskan kutukan ikatan darah ini?" Lizen bermonolog. "Lakukanlah, Ayah! Jika ini memang takdir yang harus kita lalui." Joon menyahut dengan tersenyum. *** Visual dan spoiler dapat dilihat di IG: @mamathor_joon FB: Zanaka Sofia Maurya

Tags
4 tags
Chapter 1Prolog

Mataku kini masih terpejam. Rasanya begitu berat bahkan hanya untuk menggerakkan kelopak mataku.

Bledarr!!

Praangg!!

Suara apa itu? Apa terjadi ledakan seperti dulu? Aku jadi ingat tentang ledakan itu. Bibi Kecil Nana mengira ledakan di laboratorium itu karena kebodohanku. Tapi sebodoh-bodohnya aku, aku tak mungkin membahayakan nyawaku sendiri, bukan? Itu konyol.

Aku memang tak sengaja menumpahkan minuman dekat kabel-kabel aneh. Namun, itu tak akan masalah jika tak ada percikan api. Entah percikan api dari mana hingga membuat kabel-kabel itu mengalami konslet. Aku yang begitu syok hanya bisa tertegun melihat percikan api merambat dari satu kabel ke kabel lain hingga terjadi ledakan.

Dan saat itu juga, aku pasrah jika pada akhirnya tubuhku hancur dalam ledakan itu. Namun, aku melihat cahaya yang menyilaukan. Sesosok wanita dengan rambut berwarna Lilac seolah muncul begitu saja.

Aku merasakan dekapan lembut seseorang itu. Dekapan yang membuat kobaran api seolah menjadi matel hangat yang menyelimuti tubuhku. Aku tak tahu sosok itu hingga pada akhirnya aku kehilangan kesadaran.

Traang!!

Prank!!

Astaga, suara itu mengangguku lagi. Sepertinya aku harus membuka mata saat ini juga. Walau berat, aku akan berusaha. Kuhela napas dulu sebelum akhirnya berhasil membuka mata yang indah ini.

Kini, aku seperti berada di sebuah kamar hotel. Astaga, bagaimana mungkin?! Bukankah aku berada di tepi Sungai Lava sebelumnya?

"Aku harus melenyapkan wanita ini sebelum ia melahirkan makhluk terkutuk itu, Lizen!" teriak lelaki berambut hitam legam yang menyatu dengan kegelapan saat ini.

Lelaki itu mengarahkan pedangnya tepat ke seorang wanita yang terlelap tidur di ranjang.

Aku tak dapat melihat wajah wajah itu. Rambut panjangnya menutupi seluruh wajah. Apa yang terjadi padanya? Bahkan, hanya selimut yang menutupi tubuhnya. Ini seperti adegan di JAV yang biasa Gilang tonton. Di bawah ranjang juga tergeletak lelaki tanpa busana lainnya. Entah siapa mereka ini.

Sebelum pedang lelaki berambut hitam tadi mengenai wanita itu, sosok lain menahan pedang tadi dengan tangan kosong. Pria ini berambut keperakan. Rambutnya berkilau saat terpapar sinar rembulan yang tembus dari jendela kaca di kamar hotel ini.

"Aku tak akan membiarkanmu menyentuhnya bahkan sehelai rambut pun, Ryu!" ucap lelaki yang dipanggil Lizen tadi.

Mata perak Lizen tajam berkilat. Rambut panjangnya berkibar mengikuti arah angin. Dia terlihat begitu keren, bahkan saat peluh menetes dari pelipisnya karena masih menahan pedang itu.

Sangat berkharisma, tampan, dan sedikit misterius kurasa. Apakah aku boleh menjadi penggemarnya?

Andaikan saja dia ayahku, pasti sudah kupamerkan saat festival tahunan di sekolah.

"Bukankah sudah kubilang, kita hanya butuh energi kehidupan mereka, Lizen! Jangan sekali-kali mencintai mangsamu kalau kau tak ingin terluka!" bentak lelaki berambut hitam tadi.

Sepertinya Lizen sangat marah saat ini. Ia melemparkan begitu saja pedang yang sejak tadi ia tahan.

Ia mengangkat tangannya di udara, sebilah pedang semerah darah kini sudah berkilau di tangannya.

"Aku akan melindungi wanitaku bahkan jika harus melenyakanmu, Ryu!" ancam Lizen, pria yang berambut putih keperakan tadi.

Ryu menyeringai. Ia melesat ke atas dan mengarahkan pedangnya yang tajam di ujung dan pangkalnya ke arah Lizen.

Terjadi pertarungan sengit di antara mereka. Herannya ke mana saja penghuni hotel lainnya? Lalu, kenapa juga aku harus terjebak di situasi ini?

"Aku telah memasang pembatas, jadi para manusia tak akan bisa memasukinya. Jadi, marilah kita akhiri semuanya di sini, Lizen!" ucap Ryu.

Ryu kembali mengumpulkan tenaga dan menyalurkannya pada pedang. Pedang milik Ryu memancarkan api hitam yang begitu menakjubkan.

Lizen menangkis setiap serangan Ryu dengan remeh menggunakan satu tangan, lalu mendorongkan tangannya ke arah Ryu.

Ryu terpental dan pedangnya terlempar jauh. Benar-benar tak dapat diremehkan kekuatan Lizen ini.

Lizen melesat, secepat sambaran kilat. Menghujamkan pedangnya tepat ke lengan Ryu.

"Kau hanyalah pecundang, Ryu. Kemampuan bertarungmu masih beberapa tingkat di bawahku. Yang kau bisa hanyalah mengendalikan pikiran. Dan saat ini, tak kan kuberi kau kesempatan bahkan sekedar mengacaukan pikiranku." Lizen berucap.

Lizen mencekik Ryu dengan sangat kejam. Aku dapat melihat tubuh Ryu gemetaran. Napasnya terengah-engah.

"Hentikan!" ucapku spontan saat melihat kekerasan itu. Aku sepertinya sudah tak sanggup melihat ini semua. Darah mengucur dari lengan Ryu. Lehernya kini juga masih berada dalam cengkeraman kuat Lizen.

"Siapa kau, hah?" teriak Lizen yang menyadari keberadaanku. Ini sungguh aneh. Kalaupun ini mimpi kenapa ini begitu nyata bagiku.

"A-aku aku Joon, hehehe. Maaf telah mengganggu. Tapi aku tak tahu kenapa aku bisa berada di sini," ucapku kikuk. Semoga mereka tak marah karena aku mengganggu pertarungan mereka.

Lizen melepaskan leher Ryu. Ia berjalan menghampiriku dengan langkah berat. Apa aku akan dibunuhnya? Ah sial!

Kenapa aku harus ikut campur, coba?

"Aakkhh!"

Sialan! Lizen menjambakku dengan kejam.

"Kalau kau sudah tak berkepentingan lagi, segera tinggalkan tempat ini!" bentak Lizen padaku.

Sejenak ia menatap mataku. Aku melihat perubahan dari ekspresinya, seperti ekpresi keterkejutan yang maha dahsyat. Apa ia sedang mengagumi mata indahku? Atau mungkin sebenarnya ia mengenalku?

Duagh!

Tiba-tiba kepala Lizen di hantam sikut Ryu dengan keras.

Ryu membenturkan kepala Lizen ke lantai. Aku dapat mendengar suara 'prak' saat kepala Lizen membentur lantai hingga retak.

Apa aku telah membuat Lizen lengah baru saja? Ah, maafkan aku, Lizen!

Lizen terkapar dengan darah mengucur dari kepalanya. Aku sungguh kasihan melihatnya.

Awalnya, aku merasa iba pada Ryu, tapi sekarang jadi kasihan pada Lizen. Entah sebenarnya aku memihak siapa? Baiklah, aku memang remaja yang labil.

Kini aku mundur beberapa langkah saat Ryu menghampiriku. Mata oranyenya tajam dan berkilat, seolah dapat membunuh hanya dengan sorot mata yang tajam itu.

Ah, aku ingin keluar dari sini. Aku benar-benar takut saat ini. Papa! Ayah! Daddy! Otousan! Kalian di mana?

"Untuk apa kau ikut campur, Manusia Bodoh!" ucap Ryu sambil memiringkan kepalanya.

"A-aku nyasar, Om. Jadi aku akan segera pergi. Maaf ya, sudah mengganggu!" Aku membungkuk sebelum pergi meninggalkan arena ini.

"Tunggu! Karena kau sudah terlanjur melihat ini semua, jadi kau harus ikut lenyap di sini bersama Lizen."

Suara itu terdengar begitu mengerikan.

Ada tangan kekar yang menarik bahuku. Belum sempat aku berbalik, aku sudah melihat tubuh Ryu terpental. Lizen menghajar Ryu dengan sisa tenaga yang ia miliki. Wah, dia benar-benar pahlawanku.

Lizen menghampiriku kembali. Kini ia berdiri tepat di hadapanku. Rambut keperakannya menerpa wajahku saat terkena angin.

Harum, halus sangat berbeda dengan rambut ayah yang selalu bau dan kotor. Lebih dari itu apa dia sedang berusaha melindungiku saat ini?

Apa aku boleh memeluk idolaku ini?

Greb!

Kutak mampu menahannya. Aku memeluk Lizen dari belakang. Entahlah, ini gerakan refleks. Aku seperti begitu merindukan sosok Lizen ini.

Brugh!

Tubuhku terdorong ke belakang hingga membentur tembok. Lizen sialan! Dia baru saja mendorongku.

"Berani sekali kau menyentuhku, hah?! Kau hanya makhluk rendahan. Jadi, jaga batasanmu!" Lizen teriak-teriak enggak jelas.

Dasar aneh! Padahal aku hanya sedikit memeluknya. Kenapa reaksinya berlebihan seperti itu? Apa dia punya Mysophobia? Benar-benar aneh.

"Lizen, awas!" teriakku saat melihat Ryu sudah berada di belakang Lizen.

Lizen berbalik. Ryu mencengkeram kedua lengan Lizen. Mata tajamnya menyorot langsung ke mata keperakan milik Lizen.

Aku tak tahu apa yang dilakukan Ryu saat ini. Yang pasti setelah sekian menit mereka saling bertatapan, tiba-tiba tubuh Lizen melemas. Ia jatuh tersungkur ke lantai. Apa dia baru saja dihipnotis?

Malangnya nasibmu, Lizen!

Ryu memegang dahi Lizen. Tubuh Lizen mengeluarkan kabut putih keperakan. Semakin lama kabut itu semakin banyak dan perlahan meninggalkan tubuh Lizen.

Sudah beberapa menit, kabutnya semakin menipis dan kini menghilang.

Anehnya, rambut keperakan Lizen berubah hitam seiring kabut dari tubuhnya yang menghilang.

Kini rambut hitam Lizen menutupi wajahnya. Aku tak bisa melihat lagi tampangnya yang rupawan tadi. Apa ia sudah mati?

"Lizen bodoh! Kekuatanmu sudah kuserap seluruhnya. Setelah ini kau akan menjadi makhluk rendahan yang namanya manusia. Hahaha, aku sudah lama menantikan saat ini, Lizen.

Tapi tenang saja, Adikku! Suatu saat nanti aku akan mengembalikan kekuatanmu hanya untuk satu tujuan, melenyapkan anakmu sendiri. Buwahahah ...." Ryu tertawa seperti orang kesetanan. Benar-benar norak.

"Apa kau sedang memcemoohku, Manusia?"

Aku tersentak saat Ryu berteriak seperti itu. Apa dia bisa membaca pikiranku.

Dengan seringaian yang mengerikan, dia menghampiri. Aku terus mundur beberapa langkah.

"J-jangan m-makan a-aku, Om! D-dagingku gak enak," ucapku terbata.

Swoosshh!

Ryu mengayunkan pedangnya ke udara dan mengarahkannya tepat ke leherku.

Aku merasakan tubuhku melayang. Bukan, tapi lebih tepatnya kepalaku yang melayang di udara.

Aku masih bisa melihat tubuhku tergeletak di lantai dengan darah muncrat dari leher. Beberapa detik di udara, kini aku merasakan kepalaku jatuh menggelundung di dekat Lizen.

Rambut Lizen tersibak angin, kini aku bisa melihat wajahnya. Wajahnya sangat mirip dengan Ayah Jaya versi remaja.

Ingin rasanya aku memanggilnya 'Ayah', namun pandanganku tiba-tiba mengabur dan gelap.

Sebelum mataku benar-benar terpejam, aku sempat melihat dua sosok bayangan di sudut gelap ruangan ini. Itu adalah ...

Miryu!!

Das könnte Ihnen auch gefallen

Princess Yuna

Seandainya aku bisa memilih takdirku aku tak ingin hal seperti ini menimpaku. Penyesalan selalu datang belakangan. Nenek telah melakukan perjanjian pernikahan antara aku dan cucu calon suaminya bertahun silam. Saat itu ia berjanji akan menikahkan anaknya dengan anak adik calon kakekku saat ia sekarat dalam pangkuannya diantara hujan peluru dan gerimis yang berduka atas pembantaian manusia saat itu. Sayangnya setelah berpuluh tahun berlalu dalam kedua keluarga tak terlahir sepasang manusia. Saat itu kedua keluarga selalu melahirkan anak anak yang berjenis kelamin sama. Era saat ini terlahir sepasang manusia dari dua keluarga dan penantian nenek buyutku itu terbayarkan. Ia menetapkan pertunangan antara aku dan Ahi Sasongko sejak aku berusia lima tahun. Ahi seorang pemuda yang tak pernah kulihat itu seingatku adalah pemuda yang cemerlang dan memiliki kekayaan yang fantastis. Namun sayangnya ia seolah alergi terhadap pemberitaan, namanya sering muncul di media masa namun wajahnya selalu disamarkan. Kehidupanku sejak pertunangan itu menjadi terkekang, aturan ketat diberlakukan bagiku, bagaimana aku bersikap, cara pertemanan, dan yang paling menyebalkan adalah aku tak boleh akrab dengan laki laki. Ingatan itu melayang layang di pikiranku, saat kematian itu menjelang rasa sakit tak lagi menggangguku. Tubuhku menjadi kaku, tubuh yang dikaruniai Allah ini banjir darah karena luka tusukan pisau yang bertubi tubi. Aku tak mengira bila perilakuku yang menolak semua aturan yang telah kutaati sejak kecil akan berakhir dengan tutupnya usia diusia delapan belas tahun. Astagfirullah!!! setan seperti apa yang telah merasuki tubuh sahabat akrabku??? teganya ia menjebakku!. Hanya karena cintanya tak terbalaskan....ambisinya untuk menjadi nyonya Ahi Sasongko ia telah bertahun lamanya mengincarku. Sarwenda, betapa memalukannya dirimu! Seandainya Allah memberkatiku dengan kehidupan kedua aku akan berusaha yang terbaik bagi hidupku. Aku akan menjalani hidup yang diberikan Allah secara bermanfaat. Ya, Robb ku yang Maha Agung, Terkuasa diatas segala kuasa berikanlah restuMu agar aku bisa membenahi kehidupan yang kau berikan. Aku benar benar menyesal Ya Allah. Saat Yuna menyesali akhir hidupnya selarik cahaya menerpanya dan ia merasa tubuhnya menggigil, rasa sakit yang hebat mengiringi suhu dingin,Baa sebuah suara memanggil namanya. "Yuna...! Yuna ... putri Yuna... bangunlah nak". Seorang gadis tergeletak di atas batu hitam dipinggiran sungai. Tubuhnya membiru, ada beberapa luka tusukan belati ditubuhnya. Seorang lelaki duduk bersila disampingnya. Yuna adalah namaku Putri Yuna Nevada, nama pemberian nenek buyut yang begitu bahagia telah mendapat seorang pewaris perempuan yang berbeda jenis kelamin dengan cucu calon adik iparnya bertahun silam. Ia berkata kelahiranku akan menjadi jalannya untuk segera menghadap Yang Kuasa karena hutang janjinya dapat terbayarkan. Aku kadang diolok oleh kawan kawan dengan panggilan Princess Yuna. Menurutku panggilan itu tidak melecehkan jadi kuterima saja mereka memanggilku Princess Yuna. "What is in a name" kalimat itu cukup memotivasi ku untuk tidak tersinggung. " Buka matamu Yuna...kau harus bangun jangan kau turuti keinginan untuk tidur atau sia sia usahaku menolongku, mengangkat tubuhmu yang berat dari arus sungai yang deras dimalam dingin dan pekat seperti ini" suara itu terdengar kembali, Yuna mencoba membuka matanya, kalau ia ingin memperbaiki hidupnya ia harus hidup. Ia membuka matanya perlahan. Seorang lelaki berusia setengah abad menyambutnya dengan senyuman. "Akhirnya ' putri' tercinta ini bangun juga" ia mengelus jenggotnya yang mulai memutih. "Dimana aku?" Yuna memandang sekitarnya, ada hamparan batu hitam, suara riak air dan hembusan angin serta seorang lelaki berpakaian hitam dengan jenggot kelabu. Cahaya bulan menyinari tempat ia berada. " Katakan bapak apakah....aku sudah mati?' tanyanya ragu. Lelaki itu tersenyum. " Ya, kamu sekarang ada di neraka dan aku malaikat yang akan menghukummu ....."

Yoona_Pramesti · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
12 Chs
Inhaltsverzeichnis
Volumen 1 :Pencarian Jati Diri Joon
Volumen 2 :Menuju Upacara Kedewasaan
Volumen 3 :Kehidupan Normal Kembali
Volumen 4 :Kisah Sebelum Perpisahan