Mempunyai keluarga broken home bukanlah sebuah keinginan dari seorang anak. Apa lagi bagi seorang suami yang sangat mencintai istrinya. Namun Aneska Arabella, putri semata wayang dari Bapak Adrian Michael dan Ibu Nesya Adela harus merasakannya karena perubahan sikap Nesya sendiri kepada Adrian setelah pernikahannya. Kedua orangtua Aneska berpisah sejak Aneska beruisa 13 tahun. Selama 2 tahun Ayah Aneska menjadi seorang duda keren yang kaya raya. Sakit hati yang teramat dalam bukan hanya di rasakan oleh Adrian saja, tetapi juga di rasakan oleh Aneska. Ayah Aneska sejak berpisah dari wanita yang di cintainya, dia sudah tidak percaya lagi dengan yang namanya cinta. Hingga akhirnya Adrian memutuskan untuk menikah kembali ketika Aneska berusia 15 tahun. Sejak pernikahan Ayahnya kembali, Aneska tidak suka dengan Ibu tirinya. Karena Aneska takut jika Ayah yang sangat dia sayangi tersakiti kembali. Selain itu Aneska juga takut jika dirinya di sakiti oleh Ibu tirinya. Membutuhkan waktu yang sangat lama hingga akhirnya Aneska bisa menerima kehadiran Ibu tiri di dalam kehidupannya.
"Hallo. Iya dengan saya sendiri. Apa? Ayah saya masuk ke rumah sakit? Iya, iya kalo gitu saya segera ke sana. Terima kasih."
Lelaki itu dengan tergesa-gesa segera pergi ke rumah sakit yang sudah di beritahukan oleh seseorang kepadanya. Sekarang ini sebenarnya dirinya sedang bekerja, tetapi tiba-tiba saja dia menerima kabar jika Ayahnya masuk ke rumah sakit.
"Gua pergi dulu ya. Bokap gua masuk ke rumah sakit. Tolong handle semua kerjaan gua," ucap Adrian kepada sahabatnya yang bernama Eric.
"Iya, tenang aja. Hati-hati lu."
"Iya."
Tanpa berlama-lama lagi Adrian segera pergi ke rumah sakit dan meninggalkan semua pekerjaannya di kantor. Padahal siang ini Adrian ada meeting penting dengan beberapa orang yang sangat penting bagi perusahaannya.
*****
Adrian Michael. Seorang lelaki berusia 23 tahun. Terlahir dari keluarga yang serba ada. Rumah yang mewah, barang-barang yang berharga, dan beberapa perusahaan di Jakarta yang dimilikinya. Namun semua itu semata-mata bukan miliknya pribadi. Itu semua adalah milik Ayah kandungnya.
Adrian sudah menjadi anak piatu sejak usia 10 tahun. Ibu Adrian meninggalkan Adrian setelah mengidap penyakit yang sangat kronis hingga membuat Ibu Adrian pergi untuk selamanya. Padahal Ibunya itu adalah sosok Ibu yang sangat baik kepadanya. Apa lagi Adrian itu adalah anak semata wayangnya. Semua keinginan Adrian pasti selalu di turuti olehnya. Adrian juga selalu di manja oleh kedua orangtuanya. Sejak kecil kehidupan Adrian tidak pernah kekurangan. Semua kebutuhannya pasti selalu di penuhi oleh Ayah dan juga Ibunya.
Semenjak Ibu Adrian meninggal, Ayahnya tidak pernah menikah lagi. Bahkan untuk mengenal wanita baru saja dia seperti tidak mau. Yang Ayahnya lakukan sejak istrinya meninggal dunia adalah selalu bekerja untuk anak semata wayangnya itu. Supaya anak kesayangannya dan juga kesayangan istrinya itu mempunyai kehidupan yang serba berkecukupan. Ayah Adrian tidak mau jika Adrian merasa susah di dalam kehidupannya. Ayah Adrianjuga melakukan itu semua karena untuk menyibukkan dirinya sendiri supaya tidak teringat terus dengan almarhumah istri tercintanya. Hingga akhirnya Ayah dari Adrian berhasil membangun beberapa perusahaan besar di Jakarta.
*****
"Gimana kadaan Ayah saya Dok?" tanya Adrian ketika melihat seorang Dokter yang baru keluar dari ruang periksa Ayahnya.
"Saya minta maaf."
"Minta maaf? Maksudnya apa Dok?"
"Saya minta maaf karena saya ga bisa selamatkan pasien. Karena pasien tadi terkena serangan jantung dan tidak bisa terselamatkan. Sekali lagi saya minta maaf."
"Engga. Ga mungkin. Ini semua ga mungkin. Ayahh..." Teriak Adrian sambil menghampiri ruangan Ayahnya.
Ternyata keadaan Ayahnya kini sudah terbujur kaku dan sudah di tutupi dengan sehelai kain berwana putih. Dengan ragu-ragu Adrian membuka kain itu untuk memastikan apakah orang yang berada di balik kain putih itu benar Ayahnya atau bukan.
Ternyata ketika kain itu di buka membuat Adrian tidak percaya dengan semua ini. Orang itu memang benar Ayah dari Adrian. Adrian tidak menyangka jika dirinya harus kembali kehilangan orangtuanya saat ini.
"Ayahh... Ayah kenapa tinggalin Adrian? Cukup Ibu aja yang udah tinggalin Adrian, Ayah jangan. Ayah, bangun."
Adrian begitu sangat histeris dengan berteriak-teriak di depan jenazah Ayahnya. Padahal apa yang di lakukan olehnya itu adalah sesuatu yang sia-sia. Orang yang sudah meninggal dunia tidak mungkin bisa hidup kembali. Dan semua itu mengetahuinya. Termasuk Adrian.
"Permisi, Pak. Jenazah harus segera di urus. Bisa Bapak keluar sebentar?"
"Ga mungkin. Ayah saya ga mungkin meninggal."
Dengan keadaan yang masih menangis, Adrian di bawa paksa untuk keluar oleh suster yang berada di rumah sakit tersebut. Kini Adrian hanya bisa duduk di luar ruangan dengan kedua tangan di tutupi wajahnya sambil menangis. Seolah Adrian tidak mau jika ada yang melihatnya jika dia sedang menangis saat ini.
Tiba-tiba saja ponsel Adrian berbunyi. Ternyata itu ada telepon dari sahabatnya, Eric.
"Hallo. Iya, Ric?"
"Keadaan bokap lu gimana? Bokap lu ga kenapa-kenapa kan?"
"Bokap gua meninggal dunia, Ric."
"Innalilahi. Yang sabar ya Adrian. Oke, kalo gitu gua langsung ke rumah sakit sekarang juga."
"Ga usah Ric. Gua minta tolong, lu siapin aja ya segala keperluan buat di rumah. Gua mau bawa Ayah gua ke rumah dan setelah itu di bawa ke pemakaman. Tolong kabarin ke yang lainnya ya."
"Oh gitu. Iya Yan, pasti."
"Oke, thanks Ric"
Segala keperluan jenazah Ayahnya di urus oleh pihak rumah sakit. Mulai dari di mandikan hingga di kafankan. Sehingga Adrian hanya tinggal memakamkan Ayahnya nanti. Adrian sudah berencana dan meminta tolong kepada Eric supaya Ayahanda di makamkan di samping makam Ibundanya. Semua itu pun di lakukan oleh Eric, sahabat baik Adrian.
*****
Selama Ayah Adrian di bawa oleh mobil jenazah untuk ke rumahnya, Adrian ikut masuk ke dalam mobil jenazah itu. Karena Adrian ingin menemani perjalanan terakhir Ayahnya.
Sesampainya di rumah Adrian, ternyata sudah sangat banyak orang yang datang ke rumahnya. Mulai dari keluarga besar Adrian, teman-teman Adrian, dan juga teman kantor Adrian serta orang-orang yang bekerja sama dengan perusahannya semuanya sudah berkumpul di rumah Adrian untuk melihat jenazah Ayahanda untuk yang terakhir kalinya. Sekaligus sebagai bentuk penghormatan karena Ayah Adrian juga adalah salah satu pengusaha ternama di Jakarta.
"Turut berduka cita ya bro. Ini semua udah jalan dari Tuhan. Lu harus kuat."
Mendengar perkataan Eric barusan, Adrian hanya bisa terdiam. Kini Adrian masih merasa terpukul karena telah kehilangan orang yang sangat dia sayangi. Adrian sebenarnya belum siap jika harus kehilangan orang yang paling dia sayangi untuk yang kedua kalinya. Namun bagaima pun, ini semua sudah menjadi takdir dan harus di terimanya dengan ikhlas.
Setelah sampai di rumah, Ayah Adrian segera di bawa ke tempat peristirahatan terakhirnya. Adrian tidak ingin Ayahnya itu di makamkan lebih lama lagi. Karena semakin cepat akan semakin baik.
Adrian kali ini mengantarkan Ayahnya ke tempat peristirahatan terakhirnya dengan menggunakan mobil pribadinya yang di kendarai oleh Eric. Karena jika Adrian yang membawanya sendiri pasti dia tidak akan konsentrasi untuk membawa mobil itu. Sedangkan Ayahnya di bawa dengan menggunakan mobil ambulance.
Eric tenryata benar-benar mendengarkan apa saja perintah dari Adrian. Eric sudah menyiapkan pemakaman untuk Ayahnya tepat berada di samping Ibu Adrian. Tanpa berlama-lama lagi Ayah Adrian segera di makamkan. Tidak lupa juga orang yang datang ke pemakaman ikut berdoa untuk keselamatan almaruhum dan juga keikhlasan untuk keluarga yang di tinggalkan.
Proses pemakaman Ayah Adirian cukup ramai oleh banyak orang yang ikut mengantar ke tempat peristirahatan terakhirnya. Karena Ayah Adrian itu memang adalah orang yang sangat penting di kalangan pengusaha.
Kini semua orang yang datang ke pemakaman perlahan demi perlahan mulai meninggalkan pemakaman. Namun Adrian masih tidak bisa meninggalkan makam sang Ayah. Adrian masih ingin menemani Ayahnya saat ini.
"Yan, udah yu, pulang. Lu juga harus istirahat. Masa lu mau di sini aja si."
"Gua masih belum bisa terima kenyataan Ric. Gua harus kehilangan orang yang gua sayangi lagi. Kehilangan Ibu aja gua udah merasa terpukul banget. Apa lagi ini Ayah gua. Yang selalu bisa tenangin gau di saat gua merasa kehilangan Ibu gua. Sekarang siapa yang bisa nenangin gua lagi? Ga ada."
"Iya gua ngerti Yan, tapi lu juga harus ikhlas. Kan masih ada gua di sini. Gua itu kan sahabat lu."
Kemudian Eric langsung memeluk Adrian dengan sangat erat. Pelukan seorang sahabat yang sangat hangat begitu terasa di antara mereka bedua.
-TBC-