webnovel

My Deadly Beautiful Queen

Geschichte
Abgeschlossen · 106.3K Ansichten
  • 50 Kaps
    Inhalt
  • Bewertungen
  • NO.200+
    UNTERSTÜTZEN
Zusammenfassung

Siane Yang yang dikenal kejam secara tidak sengaja bertemu dengan tamu dari negri seberang. Ia adalah raja dari wilayah Hindia Belanda. Awalnya kedatangan Raja itu bertujuan untuk urusan diplomasi politik. Siapa sangka pertemuannya dengan Siane yang sudah dicabut status kebangsawanannya membuatnya memiliki sebuah ide. Melihat kekejaman Siane yang mampu membunuh permaisuri dan putra mahkota membuat Raja itu berncana membawa Siane ke dalam kerajaannya untuk menjadi Ratu baru. Ia yakin Siane akan mampu menggantikan Ratu lama yang terkenal malas dan tidak bisa berbuat apa-apa.

Chapter 1Sang Bidadari

Banyak orang yang mengatakan hidup dan mati ada di tangan Tuhan. Tapi melihat kenyataan yang terjadi sepertinya hidup dan mati juga ada di tangan Siane Yang. Ia adalah Putri ke satu dari Kaisar Lui Jin Yang dan permaisuri Yueliang. Mereka adalah sosok yang sangat dicintai rakyat dan simbol keharmonisan untuk setiap keluarga di kerajaan Yongheng (Kerajaan Abadi).

Sangat disanyangkan seorang Kaisar yang bijaksana dan seorang Permaisuri yang baik hati harus memiliki seorang putri yang bengis dan kejam. Ia adalah satu-satunya aib bagi istana dan Kerajaan. Berbeda dengan Putra Mahkota, yang sangat bijak penuh pengertian, Siane tidak segan-segan memerintahkan pengawalnya memenggal setiap pelayan yang melakukan kesalahan.

Hari ini, aku Guang Tse harus melakukan sebuah tindakan untuk menghentikan arogansi wanita ini. Ia tidak hanya memerintahkan memenggal seorang pelayan melainkan satu keluarga hanya karena ia merasa diracuni. Sungguh terlalu.

"Ini tidak bisa dibiarkan Yang Mulia"

Semua yang hadir di istana menolah ke arah ku. Bahkan Sang Kaisar terkejut. Di antara banyak pejabat hanya aku satu-satunya yang memberanikan diri untuk bicara.

"Guru Guang Tse, Silahkan memberikan pendapat Anda." Kata Kaisar setelah menerima salam hormat dan permohonan izin dariku untuk bicara.

"Putri Siane harus mendapatkan tindakan atas perbuatan yang ia lakukan."

Seisi istana mendadak rebut dan saling berbisik .

"Guru ini sudah gila! Jika Putri tahu apa yang ia usukan pasti nyawanya akan melayng juga." Bisik seseorang di ujung.

Sementara itu yang lain menyahut. "Tapi Putri sudah keterlaluan dan melewati batas. Ia tak hanya memenggal seorang pelayan, melainkan seluruh keluarganya. Ditambah, tindakannya diambil tanpa persetujuaan Kaisar. Mau sampai kapan ia bersifat arogan seperti itu?"

Yang Mulia Kaisar tampak gusar. Ia melihat ke Permaisuri beberapa kali dan berfikir.

"Tuanku, mungkin Guru benar. Tidak ada salahnya kita mendengar apa saran beliau. Beliau adalah guru dari semua pangeran dan putri di istana. Beliau juga adalah panutan dari semua orang. Mari kita dengarkan saran beliau."

Mendengar pendapat sang permaisuri, Yang Mulia Kaisar segera mempersilahkanku untuk bicara.

"Seseorang harus membawa putri ke hadapan Raja. Kita harus mencabut semua kekuasaaanya untuk sementara waktu. Kalau perlu, gelar yang disematkan padanya juga harus dicabut. Semua fasilitas yang ia dapatkan harus segera dihentikan. Dengan begitu Sang Putri akan belajar merasakan menjadi orang biasa.

Tanpa gelar dan status sebagai Putri, Putri Siane tidak akan bisa memerintahkan siapapun untuk memenggal kepala orang yang bersalah kepadanya. Biarkan Puttri ini belajar menghargai orang lain dengan menjadi rakyat jelata."

"Omong kosong!" Teriak Sang Kaisar.

"Meskipun ia telah banyak membunuh orang, tapi dia tetaplah putriku. Mencabut gelarnya akan membuat semua orang yang memusuhinya datang dan mengancam nyawanya!"

Kemarahan sang Kaisar membuat semua orang takut seketika. Rupanya Puri busuk itu mewarisi temperamen dari sang ayah. Bedanya, sang ayah sudah dewasa sehingga bisa mengontrolnya baik-baik di hadapan umum.

"Yang Mulia mohon jangan salah paham." Seseorang maju dan memberi hormat.

"Pangeran Mahkota…" Aku memberi salam kepadanya.

"Ayah, mungkin usul Guru benar. Kakak hanya pelu didisplinkan. Biarkan ia merasakan menjadi Nona muda biasa tanpa gelar Putri atau kekuasaan apapun. Biarkan ia tetap tinggal di istana dengan satu, dua orang pelayan saja. Aku yakin, itu akan membuatnya sadar akan kesalahannya selama ini."

Kemarahan sang Kaisar mulai mereda. Diam-diam aku berbisik terima kasih pada muridku yang juga adalah Pangeran Mahkota.

"Tapi bagimana jika ia keluar dari istana dan mengacau di luar? Atau tanpa kekuasaan apapun, bagaiman ia akan mejalani hidup ini?"

"Baginda…" Sang permaisuri kembali menberikan pendapatnya.

"Biarkan ini menjadi hukuman bagi Sang Putri. Namun jangan biarakan ia kehilangan segalanya seumur hidup. Aku minta selama menjalani hukuman sebagai Nona Muda biasa, ia harus mendapatkan banyak pelajaran dari sang guru. Jika ia sudah menunjukkan perubahan, kita harus kembalikan gelar dan kekudukannya sebagai putri."

"Saran yang bijak Ibunda. Saya sangat setuju akan hal ini."

Semua yang hadir hening. Mereka tak berani berkomentar apapun jika ini mengenai nasib Sang Putri yang dijuluki sebagai bidadari neraka. Kabanyakan takut, jika sampai mereka ketahuan sebagai pecentus ide hukuman yang akan sang putri terima, entah hukuman apa yang akan menanti.

"Apa menurutmu, sang putri sudah sangat keterlalauan? Tidak bisakah kita menghukumnya dengan menguncinya di istana tanpa membiarakannya keluar.? Tak perlu mencabut gelarnya sebagi putri, Biarkan kekuasannanya saja kita batasi?"

Pangeran mahkota megepalkan tanganya sebelum menjawab sebagai tanda penghormatan kepada Kaisar.

"Ia tak akan belajar apapun jika tetap menjadi seorang Putri. Seorang Putri berartin seseorang dengan darah bangsawan dan kekuasaan yang otomatis mengikutinya. Mohon Yang Mulia mempertimbankan hal ini. Demi kebaikan kita bersama dan demi masa depan Kakak."

Yanng Mulia Kaisar menatap tajam ke araku dan pangeran Mahkota.

"Kalian berdua tidak sedang berusaha menyingkirkan Siane Bukan?"

Mata kami terbelalak. Kami tak menyangka Sang Kaisar Agung akan menanyakan hal semacam itu kepada kami. Aku segera berlutut dan emmohon ampun sementara sang putra mahkota mengepalkan tanganya sebagai permintaan maaf.

"Aku tak ada dendam dengan Kakak ayah, lagi pula kakak adalah seorang wanita. Ia tidak akan bisa mewarisi tahta." Kata Sang Pangeran mahkota.

"Benar Yang Mulia, hamba juga haya seorang guru. Patuh dan setia kepada keluarga kerajaan. Bukan orang yang akan menghancurkan keluarga kerajaan atau menyingkirkan salah satu dari meraka. Puri adalah sosok panutan semua wanita di kerjaan ini. Ia harus mendapat disiplin dan pelajarn penting. Mohon Yang Mulia mempertimbangkannya."

Sang Kaisar tertawa mendengar kata-kata kami. Dibalik tawanya yang misterius tersimpan seribu pertanyaan. Apakah nasib kami akan baik-baik saja atau sebaliknya.

"Baiklah, aku menyetujui usul kalian. Hanya saja,kalian yang harus bertanggungjawab mengubah sikap sang Putri. Sebab kalianlah yang mengusulkan hal ini."

Kami segera mengucapkan terimakasih atas kebaikan Sang Kaisar. Berikutnya, Sang Kaisar memerintahkan beberpa pengawal untuk membawa Sang Putri kehadapan beliau

Das könnte Ihnen auch gefallen
Inhaltsverzeichnis
Volumen 1
Volumen 2 :Keputusan Kaisar
Volumen 3 :Keputusan Putra Mahkota
Volumen 4 :Malam Paling Berbahaya
Volumen 5 :Nona Muda dari Istana
Volumen 6 :Mati di tangan siapa?
Volumen 7 :Konflik Dengan Selir
Volumen 8 :Legion
Volumen 9 :Kebaikan Yang Membawa Bencana
Volumen 10 :Selir Njoo
Volumen 11 :Eksekusi Mati
Volumen 12 :Kegilaan Sang Putri
Volumen 13 :Mari Kita Buat Kesepakatan
Volumen 14 :Setuju
Volumen 15 :Cinta Dari Awal
Volumen 16 :Kembali Ke Istana
Volumen 17 :Cinta Gila
Volumen 18 :Jiwa Yang Tersesat
Volumen 19 :Apa Yang Tahu Tentang Cinta?
Volumen 20 :Asmara Dua Insan
Volumen 21 :Drama Keluarga Kerajaan
Volumen 22 :Keraguan
Volumen 23 :Wanita Terkutuk
Volumen 24 :Jadilah Milik ku!
Volumen 25 :Jebakan Siane
Volumen 26 :Tabib Muda
Volumen 27 : Rencanaku
Volumen 28 :Duduklah Denganku Nona Cantik
Volumen 29 :Sekenario
Volumen 30 :Salam Yang Mulia Raja
Volumen 31 :Roro Ajeng Larasati
Volumen 32 :Yang Mulia Permaisuri Narawati Ken Surya Bharatha
Volumen 33 :Kekuasan Antara Raja dan Ratu
Volumen 34 :Pejabat Korup
Volumen 35 :Insiden Malam Ini
Volumen 36 :Gelar Raja Permaisuri
Volumen 37 : Mengejar
Volumen 38 :Hal Tak di Duga
Volumen 39 :Keputusan Yang Membawa Perubahan
Volumen 40 :Nama Raja Tawang
Volumen 41 :Tidak Kenal Rasa Takut
Volumen 42 :Keputusan Raja Artha Pura Kencana
Volumen 43 :Kegelisahan Hati
Volumen 44 :Berita Yang Membuat Hati Cemas
Volumen 45 :Memohon Hingga ke Tanah
Volumen 46 :Mari Kita Bicara
Volumen 47 :Kilas Balik
Volumen 48 :Membubuhkan Gelar Pada Diri Sendiri
Volumen 49 :Nasi Sudah Menjadi Bubur