webnovel

Legion

"Tuan Mark, Putri Ane datang untuk menemui anda"

Mark yang sedang mengajar menoleh kebelakang. Ia cukup terkejut atas kunjungan Putri Ane yang mendadak. Meskipun Mark sudah sering bicara dengan Ane, namu terkadang ia tetap tidak memahami Putri pertama dari sang kaisar.

"Aku akan menemuinya, tolong lanjutkan belajar dan kajian ini sendiri" kata Mark meninggalkan kelompok belajarnya.

Mark adalah seorang dari dataran Eropa. Dengan mata biru perawakan tinggi. Ia berusia sekitar enam puluh tahuh. Ia adalah duta besar dari Bzyantium dan sekalius seorang pastor yang pandai memainkan berbagai alat musik tradisional seperti Harpa. Mark tinggal di sisi barat istana dalam kota terlarang. Ia menjadi seorang guru kajian ilmu kepercayaan bagi banyak pemuka agama di Kerajaan.

"Tuan Putri, sebuah kejutan Anda datang mengunjungi saya. Mengapa tidak menyuruh seseorang untuk memanggil saya?"

"Ada yang ingin aku tanyakan kepada anda pastor Mark", kata sang putri tanpa basa basi.

Mark sudah terbiasa dengan sikap putri Ane yang tidak suka basa-basi.

"Baiklan, kita masuk ke ruang belajarku", jawab Mark.

Siane dan Jendral Huo mengikuti Mark ke sebuah ruangan. Ruangan itu berisi banyak gambar, sebuah alat musik yang disebut harpa dan banyak gulungan kitab. Setelah mempersilahkan ke-dua tamunya duduk, Mark menanyakan apa yang Tuan Putri ingin tanyakan.

"Aku ingin tahu bagaimana cara membunuh seorang iblis."

Mark tertegun dengan pernyataan putri Ane. Selama ini tidak pernah ada yang menanayakn hal sedemikian rupa. Terutama karena kepercaan di daerah timur lebih kepada dewa dan dewi. Mereka hampirhampir tidak percaya kepada Mark dan Tuhan yang ia sembah.

"Kau pernah bilang, setiap iblis bisa dibunuh. Katakan padaku caranya"

Mark bangkit dari tempat duduknya. Ia mencari sebuah gulungan dan menunjukkannya kepada putri.

"Dikepercayaan kami, kami tidak menggunakan media apapun" ,kata Mark mengawali penjelasannya.

"Kami mengusir dan membunuh mereka dengan nama Tuhan kami. Saat mengusir mereka, kami tidak boleh merasa ragu sedikit pun. Sebab kami percaya, tidak ada yang lebih besar dari pada Tuhan kami. Semua orang yang percaya memiliki otoritas untuk mengusir setan dalam bentuk apapun. Termasuk legion sekalaipun."

Putri Ane mengambil gulungan bergambarkan sebuah ilustrasi seorang kerasukan setan dan setan itu diusir dengan satu nama juru selamat yang hidup. Di gambar berikutnya menunjukkan semua setan berpindah ke kumpulan babi.

"Apa itu legion?" tanya Huo, jendral yang selalu mendampingi Putri Ane.

"Legion berarti sekumpulan setan yang sangat banyak." Jawab Mark lagi. "Katakan padaku Tuan Putri, siapa yang ingin kau bunuh saat ini?"

Putri Ane menjawab dengan santai. "Permaisuri dan Pangeran Putra Mahkota."

Mark sama sekali tak menunjukkan keterkejutannya sama sekali. Ia kembali ke kursi dan duduk. Ia sudah lama mengetahui bahwa sang putri cukup bersitegang dengan permaisuri dan pengeran. Hanya saja menyebut kedua orang ini adalah iblis? Marak merasa sang putri sedikit berlebihan.

"Apa anda tidak takut seseorang mengikuti dan mendengarakan pembicaraan ini?" tanya Mark.

"Haruskah? Tidak banyak orang yang menguasai bahasa inggris. Bahkan mata-mata istana hampir-hampir tidak tertarik dengan bahasa dari barat."

"Maka adalah sebuah kehormatan bagiku, bisa menjadi salah satu guru Anda Tuan Putri."

Putri Ane terlihat tidak tertarik dengan pujian apapun yang ia terima. Ia menggulung kembali lukisan yang Mark berikan. Ia meletakkannya di meja.

"Kau boleh memanggilku Ane. Bukankah pihak istana telah mengumumkan bahawa mereka telah mencabut gelar kebangsawananku?"

Mark mengkonfirmasi hal itu. Ia menunjukkan sebuah kertas yang dikirimkan oleh suruhan kaisar beberapa saat lalu.

"Sebuah kertas tidak bisa menutupi siapa jati diri seseorang. Cukup buktikan bahwa kau memang layak menyandang gelar putri. Bahkan jika semua hal diambil dari kita, bukankah akan tetap ada Tuhan yang menyatakan semua kemuliannya atas manusia?"

Ane berdiri, ia tampak mencari beberapa gulungan. Mata Mark kini tertuju kepada Huo. Tidak seperti saat bicara dengan Ane, Mark lebih terlihat tegang saat bicara dengan sang Jendral.

"Kau adalah jendral besar, apa kau yakin bahwa yang akan kalian hadapi benar-bbenar seorang iblis?"

"Pastor Mark, Iblis atau bukan mereka harus dilenyapkan secepat mungki." Jawab Huo singkat.

"Nyawa manusia bukan milik kita, pikirkan baik-baik sebelum mengambil keputusan."

Ane mengambil sebuah gulungan dan menunjukkannya pada Pastor Mark.

"Salah satu murid Kristus yang dirasuki iblis menjual gurunya dengan tiga puluh keping perak."

"Benar, lalu?" kata Mark.

Ane mendekat agar pastor yang adalah gurunya itu bisa melihat lukisan yang ia bawa dengan lebih jelas.

"Murid itu bunuh diri karena menyesal? Mengapa ia tidak dibunuh saja?"

"Karena untuk menggenapi setiap nubuatan. Ia akan dikhianati juga diserahkan."

Ane menggulung kembali lukisan ditangannya. "Artinya, semua yang terjadi sudah ditulis jauh sebelum semua terjadi?"

"Benar."

"Bagus, aku ingin tahu. Jika aku membunuh iblis, apakah aku bersalah atas nyawa orang itu?"

Pastor Mark terdiam. Ia tidak berani menjawab. Ia tahu kemana arah pertanyaan sang putri. Dalam diam sang putri kembali bertanya.

"Aku akan menerima setiap konsekuensi atas perbuatanku. Katakan saja apa aku boleh membunuh iblis itu atau tidak?"

Mark mengambil nafas panjang sebelum menjawab.

"Dalam salah satu bab di kitab kami mengatakan jangan membunuh. Maka sudah jelas jawabannya. Tidak ada dosa besar atau pun kecil. Yang ada hanyalah dosa yang memisahkan manusia dengan Tuhan."

Putri Ane tersenyum.

"Aku sudah banyak membunuh orang. Ku rasa, aku sudah tidak layak dihapapan Tuhanmu."

Mark menjawab dalam ketenangan. "Siapa yang mengaku dosa dengan sungguh-sungguh dan bertobat, ia akan mendapat pengampunan."

"Aku mengaku dosa, tapi tetap melakukannya Pastor Mark. Maka aku tidak mendapat pengampunan apapun"

Pertanyataan Ane kian lama kian membuat Mark takut dan tegang sebagai seorang yang mengerti agama dan guru sebuah kepercaaan, ia merasa Ane berada ada dalam jurang yang disebut kebimbangan. Setiap yang Ane katakana adalah kebenaran, tapi setiap tindakannya juga tidak bisa ditoleransi. Namun, setiap keputusan yang ia ambil bukanlah sebuah keputusan kosong tanpa alasan.

"Mengapa kau mencariku untuk membunuh dua iblis yang kau sebutkan tadi? Bukankah kalian memiliki para cenayang yang bisa membantu kalian?"

"Benar, istana memiliki cenayang. Tapi iblis kali ini adalah iblis yang tidak bisa dikalahkan oleh siapun. Lebih tepatnya, baik cenayang maupun iblis adalah dua sekutu yang tidak menghasilkan kekuatan mereka sendiri. Mereka saling mendukung." Kata Ane.

"Dengan kata lain kau tidak percaya terhadap cenayang dan lebih memercaiku?"

"Tuan Mark, aku percaya kepada apapun yang bisa membantuku membunuh dua iblis ini. Mereka sudah keterlaluan."

Mark bangkit dan mengulurkan tangannya. "Maka, percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu"

Putri Ane menyambut tangan itu. "Mari kita bunuh iblis itu. Darah mereka akan ditangunggkan kepadaku, bukan kepadamu."

Nächstes Kapitel