webnovel

Apa Yang Tahu Tentang Cinta?

Permaisuri tertawa saat pastor mengatakan sesuatu tentang cinta. Baginya, yang adalah seorang wanita biasa, cinta tak semudah itu untuk dideskripsikan. Permaisuri pun tak mampu membendung rasa geli di dalam jiwanya. Ia menantang pastor itu untuk mengajarinya tentang cinta.

"If you never fell in love, you might not teach me. Pastor Mark of Byzantum."

Tawa permaisuri membuat pastor merasa sesak. Ia sadar wanita iblis yang di depannya tak bisa diselamatkan. Jika bukan karena ia percaya jika satu jiwa bertobat, surga bersorak, pastor itu tak akan pernah mencoba untuk mendatangi permaisuri.

"Tutup mulutmu dan berhenti mengajariku tetang cinta! Apa yang kau tahu tentang cinta!"

Teriakan permaisuri membuat pelayan setianya kaget. Ia tak pernah melihat tuannya, berteriak sekencang itu pada seseorang selama ini. Namun seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat ia pasti akan jatuh juga.

"Yang Mulia, hamba tidak sedang menceramahi anda mengenai cinta. Biar saya tegaskan kembali maksud kedatangan hamba. Hamba hanya mencari seorang gadis pelayan bernama Hui Yong Gong."

Permaisuri sadar seketika. Ia lupa bahwa saat ini, ia adalah seorang permaisuri bukan lagi gadis pelayan bernama Hui Yong Gong. Entah apa yang terjadi, ia sempat lupa sesaat mengenai identitasnya saat ini. Ini tak pernah terjadi sebelumnya.

"Pastor Mark, aku tak ingin berdebat denganmu. Pergi dan jangan pernah mengungkit masalah ini lagi. Jika kau masih bersikeras, aku akan meminta Yang Mulia Kaisar untuk mencabut izin tinggal anda dan memutuskan diplomasi."

Pastor Mark menghela nafas dan menggeleng.

"Hamba mengerti Yang Mulia"

Ia segera keluar dan tak lagi mendebat wanita yang bernama asli Hui Yong Gong itu.

Di luar tempat tinggalnya, pastor hanya menunduk dan tidak menyapa siapapun yang menunggunya di luar. Tidak pengawal, tidak pula murid yang menunggu kepulangnnya . Ia terlihat seperti tak mempedulikan apapun. Sekilas, ia seperti seorang pria biasa yang tak ingin bicara pada siapapun. Namun, bagi seseorang yang sedang mengintai, sikapnya adalah sebuah jawaban.

"Tuan Putri, Pastor Mark tak mendapatkan jawaban pertobatan wanita penyihir itu."

Senyum mengembang, Sang Putri segera bangkit dan pergi meninggalkan kursinya.

"Maka tunggu apa lagi, ayo kita selesaikan ini secepat mungkin."

Dengan segera, pembawa pesan pergi dan memberikan sinyal bahawa sang putri akan bergerak. Beberapa orang yang bersembunyi dan menyamar mulai melakukan pergerakan. Di dalam kediamannya, sang pastor hanya bisa tertunduk diam di depan sebuah kertas lukis besar. Di samping kertas itu ada sebuah kuas lengkap dengan tinta hitam.

Ia menoleh ke arah muridnya.

"Ini akan menjadi lukisanku terakhir kalinya. Bawa dan simpan baik-baik" kata pastor itu. Murid kesayangannya, hanya bisa mengagguk tanpa bisa mengatakan apapaun.

Tak lama, tangan pastor itu segera mengambil kuas dan munggoreskan beberapa gambar-gambar ajaib yang membuatnya merasa tenang. Ia melukis degan kecepatan luar biasa hari itu. Rupanya, emosi yang membuatnya mampu melukis secepat dan sedetail itu.

"The regret of the lonely. Penyesalan seorang yang kesepian"

Selesai menuliskan judul, Pastor Mark mengambil Jubahnya. Ia mempersiapkan diri. Ia mengambil beberpa barang penting milik pribadi kepada muridnya itu. Sang murid hanya bisa menangis. Seolah ia tahu, bahwa gururnya itu tidak akan pernah ia lihat lagi.

Ya, memang itulah yang kemungkinan besar akan terjadi. Terlebih, Pastor Mark seperti sudah kehabisan akal untuk membuat seseorang kembali ke jalan yang benar melalaui pertobatan. Kali ini, ia akan membuat orang tersebut kehilangan nyawa demi kepentingan banyak orang. Ia tahu, sejak keputusan untuk mendukung Putri Siane ia buat, artinya ia sudah siap untuk mati dalam peperangan ini.

Di gerbang timur istana, sekelompok orang masuk secara diam-diam. Mereka membawa seorang pelayan dengan cadar. Mereka berjalan perlahan. Tak seorang pun menyadari keanehan pada salah satu pelayan bercadar itu. Hanya pememimpin rombongan itu yang mengetahui betul, bahwa wanita yang sedang mereka selundupkan ialah seorang permaisuri yang telah terkena kutukan.

Sementara itu, beberapa siluman merasa bingung. Di dalam goa, tempat mereka menyekap permaisuri sejak beberpa tahun lalu, terlihat kosong. Hanya ada beberapa siluman yang mati tergeletak.

"Ini tidak bagus, pemimpin kita pasti akan membunuh kita." Kata salah satu di antara mereka.

Tak mau menyerah, salah eorang mahluk aneh berbadan tinggi mengubah wajahnya menyerupai permaisuri yang telah terkena kutukan. Namun tetap saja ia terlihat tidak sempurna.

"Setidaknya, Siane Yang akan tetap percaya bila kita akan membunuh ibunya."

Setelah mengamat amati penyamaran rekannya itu, orang-orang suruhan itu segera menyadari betapa baiknya ide itu. Perintah yang mereka terima dari Ji, kaki tangan permaisuri gadungan hanyalah untuk membunuh ibu dari Siane dan membuatnya berlutut mememohon ampun.

"Ayo tunggu apa lagi. Kita tak boleh mengecewakan Ji dan pimpinan. Jika ini berhasil, tak lama kita akan menguasi kerajaan. Dan pimpinan tak perlu lagi melakukan penyamaran. Kita pun akan leluasa untuk mengambil alih semua hal di sini."

Maka tanpa pikir panjang lagi mereka segera bergegas menuju istana. Mereka menutupi tubuh salah satu rekan mereka yang menyamar dengan kain berwarna hitam semi transparan. Melihat pergerakan orang-orang aneh itu, penjaga gerbang menghentikan dan memerikasa mereka.

"Apa kau tak tahu? Permaisuri meminta kami datang untuk membuat pertunjukan. Kami datang untuk menampilkan sulap dan menghibur permaisuri dan kaisar. Jika kalian tak biarkan kami lewat, maka biarkan kami mengadukan kalian pada Kaisar. Jangan pernah harap, kalian akan selamat."

Mendengar gertakan itu, para penjaga pintu tak punya pilihan selain membiarkan orang-orang aneh itu lewat. Jujur, salah satu diantara penjaga pintu merasa aneh. Terutama dengan seseorang yang tubuhnya ditutupi dengan kain hitam semi tranparan.

"Sudahlah tak usah dipikirkan. Mereka itu badut. Toh, apa yang badut bisa lakukan? Mereka tak lebih dari sekelompok penghibur. Jika kita mempersulit mereka, kita akan kehilangan pekerjaan kita. Tenang saja."

mendengar bujukan dari temannya itu, penjaga pintu itu segera berusha melupakan apa yang ia baru saja lihat. Ia berusaha keras agar tak memikirkannya sama sekali.

Memasuki istana, sekelompok orang ini segera menuju ke istana Siane Yang. Putri yang sudah kehilangan gelarnya sebagai bangsawan. Di sana terasa sepi. Tak banyak penjagan. Bahkan bisa dibilang seperti sisi mati istana. Mereka segera masuk dan mencari sosok Siane Yang di setiap sisi dengan membabi buta. Tapi yang mereka temukan hanyalah kehampaan.

"Apa wanita itu sudah pergi meninggalkan istana?" tanya pemipin kelompok kepada anak buahnya.

Belum ia mendapat jawaban, seseorang memanah salah satu bahu mereka. Orang yang terkena panah itu segera tersungkur tak bergerak. Bisa dipastikan panah itu beracun.

"Dia tidak ada di sini. Putri Siane Yang, sedang ada urusan penting untuk diselesaikan." Kata pemanah itu tiba-tiba muncul.

"Jika aku boleh tahu, apa hak kalian masuk ke istana ini tanpa izin? Dan membabi buta mencari Tuan Putri Siane Yang?"

Nächstes Kapitel