webnovel

Keputusan Putra Mahkota

Mencabut gelar ku?

Ini sangat menarik. Apa lagi yang bisa ayahku putuskan? Dan siapa yang telah membantunya mendapatkan ide gila ini?

Aku menatap wajah Huo dan ia menggeleng. Matanya mengisyaratkan agar aku tidak membantah Kaisar saat ini. Terlalu berbahaya dan tidak rasional.

"Nona muda kami akan mengambil hiasan kepala Anda...." kata seorang pelayan senior.

Ia membungkuk dan memberi hormat. Aku tidak lagi berlutut melainkan bersimpuh. Saat tusuk rambut emas yang mengikat rambut ku diambil, sontak saja rambut ku tergerai.

"Tuan putri rambut anda...." aku memberi tanda agar pelayanmu diam dan tidak beranjak.

Rambut panjangku terurai. Semua yang melihatku pasti bahagia, aku tampak begitu lemah saat ini.

"Kami sudah menyiapkan jubah mn untuk Anda" kata pelayan senior itu.

Aku tersenyum manis namun menyakitkan.

"Kalian ingin menelanjangi ku?"

Kaisar marah di atas tahtanya.

"Siane jaga ucapan mu. Tidak ada yang akan melakukan hal terkutuk seperti itu"

Aku menengadah ke arah Kaisar. Aku berdiri dan melihat permaisuri yang ada di sampingnya terlihat begitu gusar.

"Yang Mulia, tenanglah. Anda tidak perlu marah. Aku yakin putri kita tidak ingin membuat mu marah"

Kaisar mengeleng-gelengkan kepalanya.

"Silahkan kalian melucuti jubahku"

Para pelayan senior segera melakukan tugas mereka. Sangat dramatis. Beginilah rasanya dipermalukan?

Melucuti jubah berlapis emas ku, mereka menggantinya dengan jubah berwarna jingga. Kini aku tidak lagi terlihat seperti seorang bangsawan.

Selesai melakukan tugas mereka, para pelayan senior segera pergi. Mereka berjalan dengan menunduk.

"Nona Siane mulai sekarang kau akan menghabiskan waktu dengan belajar dan merenung di istana. Putra Mahkota akan mengambil alih istanamu."

Putra Mahkota segera maju dan memberi hormat.

"Aku mengerti ayah" katanya

" Kakak, ikutlah denganku. Aku akan mengatur semuanya."

Dasar politik, kau kira aku tak tahu akal bulusmu.

"Selama masa hukuman kau tidak diperbolehkan keluar dari istana. Semua pelayan akan dialih tugaskan. Bertingkah laku sesuai aturan. Jika kau menyadari kesalahanmu. Maka, aku akan mengembalikan kedudukanmu"

kata Kaisar lagi. " Guru akan datang dan mengajarmu setiap hari"

Aku memberi penghormatan kepada kaisar, guru dan putra mahkota. Tapi aku melewatkan memberi penghormatan kepada permaisuri.

Berjalanan meninggalkan istana kaisar, semua orang yang hadir memandangku dengan penuh antisipasi.

Mereka tidak lagi berlutut seperti saat aku masuk. Putra mahkota memimpin kami, ia akan mengambil alih istanaku mulai hari ini.

Di ujung pintu seorang bangsawan berpakaian seperti jendral berlutut saat aku lewat. Langkahku yg terhenti.

" Bangunan Jendral, aku bukan lagi seorang putri."

Pria itu bangkit. " Sampai kapanpun anda tetaplah putri. Meski gelar anda di cabut, anda tetap seseorang yang pantas menyandang gelar bangsawan. Bukan karena darah. Tapi karena sikap kesatria anda."

Aku berfikir sejenak mencoba mengidentifikasi pria ini.

"Apa aku mengenal mu?" tanyaku.

"Tidak secara langsung. Namun anda memerintahkan pasukan wanita membantu pasukan ku saat mempertahankan perbatasan. Tanpa bantuan anda, aku akan kehilangan banyak nyawa "

Aku mengerti , masih ada orang baik di sini rupanya.

" Jika anda merasa butuh bantuan, jangan sungkan. Aku dan istana pesisir Utara siap melayani anda"

Mendengar hal itu putra mahkota terlihat marah dan segera memintaku pergi. Aku memberi tanda hormat kepada pria ini dan pergi mengikuti pangeran tolol itu.

Tiba di istana pangeran memberikan informasi mengenai peristiwa yang terjadi. Ia segera memecat semua orang tanpa kecuali.

" Jendral Huo, kau boleh pergi sekarang."

Huo menjawab dengan dingin " Jika kau ingin mengusirku. Pergi dan berlututlah pada kaisar dan permaisuri. Aku di sini atas kemauanku sendiri. Aku tidak memiliki keterikatan seperti jendral lain kepada kaisar. Aku memilih kebebasan untuk memilih kepada siapa aku berpihak"

Putra mahkota terlihat kesal dan marah. Namun kenyataan bahwa Huo adalah jendral dengan status khusu membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa.

" Terserah, aku peringatkan. Jika kau membatu kakakku berbuat hal menentang kaisar. Aku akan menyingkirkan mu"

Nächstes Kapitel