webnovel

Keraguan

"Ku bilang apa?"

Siane menancapkan pedangnya semakin dalam. Darah semakin membajiri pakaian permasuri gadungan. Seperti tak ingin menyerah, wanita itu mencoba menggerakkan tangan sambil mengambil nafas dalam-dalam. Gerakan tangannya mencoba meraih leher sang putri.

~Sial, jika saja aku sudah menjadi seorang siluman sempurna, aku tak akan merasakan sakit ini~. Guman Njoo dalam hati.

Tangan permaisuri meraih leher sang putri. Namun kekuatan mencengkeramnya sangat lemah. Sang putri mengambil tangan itu sambil terus mendorong pedang agar menembus jantung lawan di depannya.

Dalam keadaan sekarat, lawan di depannya memejamkan mata dan memanggil seseorang dengan telepati. Dalam sekejab muncul dua orang siluman lain. Mereka membabi buta melukai semua orang di ruangan itu. Termasuk Pastor Mark.

Orang-orang yang Siane bawa mencoba melawan dua siluman baru itu. Mereka mengahadapi mereka tepat sesaat sebelum menyerang sang Kaisar.

"Kenapa? Kau tak ingin menyelamatkan mereka? Bukankah kau orang baik?" tanya sang permaisuri gadungan.

Melihat yang terjadi, Siane sedikit tergoyah. Ia menoleh ke arah orang-orang yang bertarung menghadapi dua siluman anak buah Njoo. Pastor Mark tergeletak di lantai dengan darah yang bercucuran keluar dari dadanya. Ia berusaha menekan dada sebisanya. Namun ia terlihat sekarat.

Di sisi lain, permaisuri yang adalah ibu Siane perlahan mulai sekarat. Ini menandakan bahwa orang yang Siane tusuk saat ini juga sedang sekarang. Mereka saling terhubung.

"Tak ingin menolong ibumu?" tanya Njoo sambil mengejek. Ia berusaha membuat goyah Siane.

"Ya, ya orang seperti mu hampir-hampir sama dengan kami. Para pengabdi iblis. Bedanya, ambisimulah yang menguasaimu. Lihat! bahkan sampai sekarang sang permaisuri sekarat pun, Kaisar tak mendekatinya. Ia bahkan berlindung di balik tubuh para pengawal. Ayah macam apa dia?"

"Diamlah! Wanita Jahat!" bentak Siane.

Siane dengan kuat berusaha agar pedang semakin tertancap dalam. Ia melirik ke arah Pastor Mark. Pastor itu terlihat sangat menyedihkan.

"Mark, kau baik-baik saja?" tanya Siane.

Pastor Mark terbatuk-batuk. Ia terlihat berusaha sekuat mungkin meraih oksigen di sekelilingnya.

"Siane, aku baik-baik saja. Fokuslah pada apa yang kau lakukan." Kata Pastor.

~Dia akan mati.~

Kata-kata itu tiba-tiba saja terlintas di pikiran Siane. Siane mengeluarkan tenaga yang lebih keras untuk mendorong lawannya ke arah dinding. Memang tidak mudah. Lawannya bukan lagi manusia. Ia memiliki tenaga jauh lebih besar. Tapi bukan berarti tidak mungkin.

Dengan perlahan tapi pasti, Siane mulai bergerak perlahan. Pedangnya yang mengkilat kini penuh dengan tetasan darah. Darah tak hanya membasahi lantai, tapi juga mengalir ke tangannya. Sungguh pemandangan yang mengerikan. Sementara itu, permaisuri asli sudah tersungkur tak bergerak. Ia terlihat seperti tak lagi bernyawa.

BRAKKK!

Tubuh Njoo, menabrak dinding di belakangnya. Dengan sekuat tanaga, Siane mengeluarkan tekanan terakhir untuk membuat jantung wanita di depannya pecah. Tentu saja, bersamaan dengan usaha terakhirnya ia menutup mata. Dan menyebutkan nama Tuhan seperti yang pastor Mark katakan.

~Dalam Nama Tuhan. Allah Yang kami sembah dan percayai. Enyahlah Iblis!~

Seketika itu, Siane mendengar pekikak wanita di depannya. Ia membuka mata perlahan.

~Apakah aku berhasil?~ tanyanya dalam hati.

Siane, melihat dan mengamat-amati wanita di depannya. Wanita itu masih membuka mata dan bernafas meskipun sangat berat. Ini tak seperti yang ia harapkan.

"Pastor Apa yang terjadi? Mengapa wanita ini masih hidup?" tanya Siane pada Pastor yang sudah semakin lemah.

Belum terjawab pertanyaanya. Wanita di depannya mencakar punggung kanan tangan Siane yang memengang pedang.

" Ha Ha ha ha. Kau kira ku ini siapa? Tuhan aku kenal! Tapi kau? Kau adalah iblis! Kau sama seperti kami!"

Siane tak mengerti maksudnya.

~Gawat, apa Tuhan yang Pastor Mark sembah tidak menginginkan aku? Apa Tuhan membenciku? Apap pun itu aku harus membunuhnya~ , pikir Siane Yang dalam hati.

"Lihat dirimu! Bahkan Tuhan pun tidak menerimamu. Bagimana kau bisa bilang kau lebih layak dari aku!" , wanita di depannya terus memprovokasi Siane.

Pada titik ini, tiba-tiba Siane merasa ragu. Ia bimbang dan menjadi emosi tak terkendali. Ia tiba-tiba merasa semua ini sia-sia. Entah apa yang menumbuhkan keraguan begitu besar.

Dengan hilangnya kepercayaan Siane, Njoo seperti mendapat sebuah kekuatan baru. Ia perlahan mulai bisa mengendalikan tangan untuk menyingkirkan tangan Siane. Mendorong Siane hingga jatuh dalam keadaan duduk.

"Aku kan membunuh kalian semua orang yang ada di sini!" teriak Njoo. Ia merasa sangat yakin pada dirinya saat ini. Ia tak akan mati. "Tuhan yang kau sebut namanya saat akan membunuhku, tidak ada di pihakmu. Matilah Kau!"

Selesai bicara sesuatu terjadi. Njoo seperti mendapat efek kejut. Mulutnya terbungkam lalu memuntahkan darah. Ia pun jatuh tersungkur tersungkur seketika.

"Pastor?" kata Siane.

Semua orang tertuju pada Pastor Mark dengan pedang di tangannya. Pedangnya itu menyabet bagian belakang Njoo. Sangat mengerikan dan membuat siapa pun tidak nyaman.

"Kunci mengusir setan dalam nama Tuhan adalah percayai dengan sengenap hatimu, segenap jiwamu dan segenap akal budimu! Keraguan membuatmu mendapat hal sia-sia. Jika kau memiliki iman sebesar biji sesawi saja, kau bisa memindahkan gunung."

"Pastor!" Siane berusaha menangkap tubuh Pastor yang terjatuh. Saat ia memeriksanya, pria itu sudah tak bernafas.

"Dasar! Pastor sialan." Teriak Njoo yang semakin melemah. Tubuhnya semakin kaku. Ia terlihat seperti sesuatu yang menyedikan. Ia tak mampu bangkit. nafasnya semakin lemah.

" Ha ha ha ha" wanita itu tertawa. "Ini belum berakhir. Sebelum aku mati. Aku sudah mengutukmu! Tuan Putri Siane Yang! Kau akan hidup selamanya. Dan tidak akan mati. Aku yakin, kau belum mendengar ceritaku. Bagimana aku bisa bersekutu dengan iblis bukan?"

Tak ingin mendengar ocehan. Siane mengambil pendangnya dan hendak memenggal kepala Njoo.

"Kau, tidak akan mati. Selamanya tidak akan mati. Kecuali, kau menemukan orang lain untuk memindahkan kutukanmu. Seperti aku. Lihat aku menggores punggung tanganmu. Darahmu sudah bercampur dengan kutukan. Kau tak akan mati. Apapun yang terjadi. Kau akan hidup sepertiku. Selama nya. Asal kau tahu, aku telah menjual nyawaku pada iblis sebelumnya. Karena keraguan di hatimulah, aku bisa memasukkan kutukan itu kepadamu. Selamat tinggal Siane. Kau adalah seorang Iblis sekarang "

Nächstes Kapitel