Dialah Arini...Niatnya membantu untuk menggantikan bibinya yang bekerja di sebuah rumah mewah di Jakarta malah membuatnya harus kehilangan masa depannya. Anak majikannya yang bernama Panji malah membuat Arini harus kehilangan mahkota yang selalu dijaganya. Panji melakukannya karena tidak sengaja. Bagaimana kelanjutan dari hubungan Arini dan Panji setelah peristiwa itu terjadi, apalagi Arini saat itu baru saja lulus SMA dan berencana ingin melanjtkan ke perguruan tinggi...
Mulai sekarang Arini sudah resmi menggantikan bibinya untuk menjadi asisten rumah tangga di sebuah rumah mewah di Jakarta. Sebenarnya Arini baru saja lulus sekolah menengah atas dan belum menyelesaikan sesi wisudanya. Sebenarnya dia belum siap menggantikan bibinya karena dia baru saja lulus dan berniat ingin fokus ikut tes perguruan tinggi. Tapi karena dia tidak berani menolak permintaan bibinya jadi dengan terpaksa dia mau menggantikan bibinya sementara. Bibinya berhenti sementara karena ingin pulang kampung dan merawat suaminya yang sedang sakit.
Sejak kecil Arini sudah dirawat dan dibiayai bibinya itu karena orangtuanya sendiri dengan teganya meninggalkannya tanpa kabar. Ibunya merantau ke luar negeri tapi tidak pernah kunjung pulang dan ayahnya telah meninggalkannya setelah istrinya hilang tanpa kabar. Hingga akhirnya dia diasuh oleh bibinya yang berada di Jakarta. Bibinya sangat baik hati padanya sampai-sampai semua biaya sekolahnya sejak SD sampai SMA ditanggung bibinya semua.
Sekarang dia sudah berada di rumah majikan bibinya yang katanya hanya ditinggali nyonya dan anak laki-lakinya yang nomor dua. Bibi lupa ngasih tahu nama anak laki-laki dari majikannya itu. Dia hanya tahu nama majikannya saja yaitu Nyonya Diana.
Bunyi gerbang depan rumah terbuka. Arini segera keluar dan menyambut majikannya. Saat dia membukakan pintu, terlihatlah majikannya yang turun dari mobil sambil membawa tas. Dia langsung menghampiri majikannya hendak membawakan tasnya.
"Permisi nyonya, apa ada yang bisa saya bantu?"Arini mendekati nyonya Diana yang baru keluar dari mobil.
"Lho Ayu udah pulang?"Nyonya Diana terkejut melihat Arini yang telah memakai seragam seperti Ayu, asisten rumah tangganya.
"Bibi Ayu udah pulang nyonya. Dan saya yang akan menggantikannya sampai suami bibi Ayu sembuh."Arini berbicara sambil meletakkan kedua tangannya di depan dan menunduk.
"Oh gitu. Namamu siapa ?"Nyonya Diana menatap Arini yang masih menunduk.
"Nama saya Arini, nyonya."jawab Alice sambil mendongakkan kepalanya kea rah majikannya.
"Kamu cantik sekali. Umurmu berapa ?"majikannya menatap Arini dengan heran karena wajah Alice masih terlihat kayak anak-anak yang masih sekolah. Disamping itu Arini juga memiliki paras cantik dan imut.
"Makasih atas pujiannya nyonya. Umur saya 18 tahun nyonya."jawab Arini sedikit malu. Arini masih canggung ketika berbicara dengan majikannya.
"Oh ya aku baru ingat kemarin Ayu telah menceritakan dirimu kemarin. Katanya kamu baru lulus SMA ya. Dan rencananya kamu ingin kuliah ya."Nyonya Diana baru ingat dengan cerita Ayu mengenai keponakannya kemarin. Arini hanya menjawab dengan menunduk dan tersenyum saja.
"Ya sudah saya mau masuk ke kamar. Tolong bawakan tas ini ke almari dekat tangga ya."Nyonya Diana menyerahkan tas mahalnya kepada Arini. Nyonya Diana langsung masuk ke dalam rumah.
"Oh ya nanti anak saya Panji pulang jam 11 mungkin. Tolong nanti bukakan pintunya. Saya mau tidur dulu."pesan Nyonya Diana. Arini langsung menganggukkan kepalanya.
Arini merasa lega ketika tahu majikannya ternyata baik padanya. itu berbanding terbalik dengan yang dipikirkannya. Dia mengira majikannya itu galak dan menakutkan. Anggapannya seperti itu lantaran beberapa drama di televisi yang ditontonnya memperlihatkan kalau sebagian besar majikan itu rata-rata galak dan suka marah.
Beberapa jam kemudian Arini mendengar ada suara motor tiba di garasi. Suara motornya begitu keras sekali. Arini langsung membukakan pintunya. Dilihatnya ada dua orang laki-laki yang turun dari motor ninja warna hitam. Mereka menghampiri Arini yang sengaja berdiri di pintu sambil menunggu kedatangan mereka.
"Selamat datang tuan."Arini mengucapkan salam dengan polos. Dia tidak tahu yang mana anak dari majikannya itu.
"Ya."jawab dari salah satu anak laki-laki tersebut. Sedangkan yang satunya menatpnya dengan sinis.
"Ji siapa cewek ini. Cantik banget."ucap Rehan teman panji yang terlihat asing sekali dengan Arini. Panji juga tidak tahu siapa cewek yang berdiri di pintu itu. Hingga akhirnya dia hanya bisa menggelengkan kepalanya ke arah Rehan.
"Nama saya Arini. Saya menggantikan bibi saya sebagai asisten rumah tangga disini."ucap Arini dengan polos. Mendengar pernyataan Arini barusan, Rehan dan Panji langsung menatapnya dengan heran. Menurut mereka Arini seperti anak yang masih polos.
"Oh kamu yang akan gantiin bibi Ayu."ucap Panji. Arini langsung mengangguk. Dia juga belum tahu mana yang anak majikannya itu.
"Bro asisten rumah tangga lho cantik banget polos lagi."Reihan berbisik ke telinga Panji dengan pelan. Panji langsung menyikut Rehan sehingga Rehan meringis kesakitan.
Panji menyadari kalau Arini memang cantik dan juga polos tapi sayangnya dia harus menjadi asisten rumah tangga di rumahnya. Panji melihat wajah Arini begitu menenangkan hatinya. Wajahnya begitu cantik dan imut sekali. Benar saja Rehan sampai memujinya seperti itu.
Panji langsung meninggalkan Arini yang masih berdiri di pintu menuju ruang santai di dekat kolam renang. Rehan mengikuti langkah kaki Panji yang telah meninggalkannya. Setibanya di pinggir kolam renang Panji langsung menyandarkan kepalanya di kursi. Begitupula Rehan juga ikut menyandarkan kepalanya kayak Panji.
"Bro beruntung banget lho punya asisten rumah tangga yang cantik seperti dia."Panji tahu kalau yang dimaksud dia oleh Rehan adalah Arini. Panji tidak menanggapi apa yang dibicarakan Rehan barusan.
"Kayaknya dia masih anak SMA deh."Rehan ngomel sendiri. Sedangkan Panji malah terlihat memejamkan matanya dan mengabaikan Rehan yang ada disampingnya.
Panji merasa begitu lelah sekali setelah menghabiskan waktunya berkumpul di café dengan teman-temannya hingga larut malam seperti ini. Saking capeknya Panji langsung memejamkan matanya di kursi sambil menyandarkan kepalanya ke kursi dan tidak merespond ucapan Reihan.
Reihan merupakan teman akrab Panji semasa kuliah. Dan sekarang mereka sudah memiliki bisnis sendiri. Bahkan mereka telah memiliki perusahaan sendiri-sendiri. Reihan sering mampir ke rumah Panji ketika pulang larut malam.
"Silahkan diminum tuan."Arini datang dan meletakkan dua gelas jus jeruk ke meja. Rehan terkejut dengan kehadiran Arini sedangkan Panji masih memejamkan kedua matanya dan tidak melihat kedatangan Arini.
"Makasih."ucap Reihan dengan tersenyum kearah Arini.
"Arini kesini sebentar."Arini langsung membalikkan badannya dan bersimpuh di bawah dekat meja.
"Oh ya kenalin nama saya Reihan. Saya teman Panji."Reihan mengenalkan dirinya. Arini seketika menoleh ke cowok yang ada di sebelah Reihan. Pasti yang disebelah Rehan itu adalah majikannya.
"Oh ya, umur kamu berapa?tanya Rehan.
"Umur saya 18 tahun tuan."jawab Arini dengan polos. Benar dugaannya kalau Arini masih kayak anak SMA an. Panji yang tadinya memejamkan mataya tiba-tiba langsung membelalakkan matanya ke atas.
"Ka...kamu baru lulus SMA ?"tanya Reihan dan Alice mengangguk.
"Terus ngapain kamu jadi asisten rumah tangga disini?"tanya Panji menatap Arini.
"Saya menggantikan bibi saya. Karena suaminya sedang sakit. Jadi bibi saya harus merawat dan mendampinginya."jawab Arini dengan tatapan sendu. Panji merasa iba begitupula dengan Reihan.
"Apa ada yang bisa saya bantu lagi tuan."tanya Arini dengan manis. Dia sebenarnya sudah mengantuk karena ini sudah malam sekali.
"Nggak ada."jawab Panji dengan singkat. Reihan menatap Panji dengan kesal karena dia ingin berlama-lama mengobrol dengan Arini. Arini langsung beranjak pergi meninggalkan mereka.
Arini langsung menuju kamarnya di belakang. Menurutnya tugas hari ini sudah selesai jadi dia bisa beristirahat di kamar. Pandangan Panji dan Reihan tidak henti-hentinya memandangi Arini hingga tidak terlihat lagi.
"Bro bro itu cewek cantik sekali. Nggak kalah cantik dengan pacar lho, Raisa.Tapi bedanya dia ini cantiknya alami nggak kayak Raisa yang banyak dandan."puji Reihan lagi pada Arini sekaligus membandingkan dengan Raisa. Panji tidak membantah apa yang dibilang Reihan barusan karena memang Arini cantiknya alami.
"Lho itu ya bro kalau lihat cewek. Mata lho langsung jelalatan."Panji menatap Reihan dengan sinis.
"Kamu tidur disini kan bro."Panji berharap kalau Rehan malam ini menginap di rumahnya. Panji sebenarnya merasa kesepian saat di rumah. Makanya kalau dia merasa kesepian pasti akan keluar rumah hingga larut malam. Walaupun dia juga sudah punya pacar tapi tetap saja kalau dia ada di rumah pasti rasa kesepian menghampirinya.
"Kayaknya nggak deh bro. Soalnya aku ada saudara juga di rumahku."jawab Reihan. Panji mendengarnya langsung tidak semangat.
"Ya udah ya bro, gue pulang dulu."Reihan bangkit dari kursi hendak pulang. Panji melihat Reihan saat hendak pulang.
Panji masih istirahat sendiri di pinggir kolam sepeninggal Reihan. Kedua matanya kini tertutup dan telinganya berusaha menikmati suara genangan air di kolam renangnya. kali ini dia ingin beristirahat disana lebih lama.
Setelah merasa lehernya pegal, Panji langsung bangkit dan menuju ke kamarnya. Dia ingin tidur karena sudah larut malam juga.