webnovel

Part 33 Panji dan Reihan

Hari ini Panji terlihat sudah memakai pakaian santai untuk berolahraga gym bersama Reihan. Sesuai janjinya kemarin dia dan Reihan akan berolahraga gym bersama. Panji juga telah memberitahukan kepada Alena kalau hari ini dia ada janji dengan Rehan. Dia berangkat pagi-pagi sekali karena sudah tidak sabar bertemu dengan Reihan sahabatnya itu yang sudah dua minggu lebih hilang tanpa kabar karena sibuk mengurusi bisnisnya.

Selama perjalanan, Panji tiba-tiba ingat dengan Arini. Entah kenapa saat menyetir mobil sendirian pikirannya terlintas sosok Arini. Sampai sekarang dia juga penasaran dengan alasan Arini berhenti kerja di rumahnya. Padahal selama ini Arini tidak pernah mendapatkan perlakuan buruk darinya dan mamahnya. Sempat ingin bertanya lagi kepada mamahnya mengenai alasan Arini berhenti kerja tapi dia selalu lupa.

"Ya udah lah ya. Mungkin dia sekarang sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi."Panji sekarang hanya bisa mendoakan Arini. Ingatannya masih tidak lupa dengan perbuatannya kepada Arini di kamarnya malam itu. Sampai sekarang dia tidak pernah menyangka bisa melakukannya dengan Arini. Kalau diingat-ingat terus malah membuatnya nyengir-nyengir sendiri. Karena itu pertama kalinya dia melakukan hubungan badan dengan seorang perempuan. Semesra-mesranya dengan perempuan, jujur Panji baru kali itu melakukah sesuatu sampai melebihi batas.

"Ternyata gituan juga enak ya."Panji membayangkan kejadian malam itu bersama Arini yang tidak disengajanya. Mulutnya terlihat nyengir sendiri dari kaca mobil.

Setibanya di tempat gym, Reihan sudah nampak duduk di kursi. Mereka berdua langsung melepas rindu dengan berpelukan ala cowok.

"Bro."Reihan menepuk punggung Panji.

"Baru kelihatan lho ya."suara Panji terlihat kesal setelah lama tidak bertemu tapi juga bahagia bisa bertemu lagi dengan sahabatnya.

"Apaan ditinggal gue udah begini. Ada masalah cewek?"Reihan melepas pelukannya. Kini giliran menggoda Panji.

"Lho itu yang punya masalah sama cewek."jawab Panji dengan singkat.

"Udah-udah jangan berdebat terus. Ayo kita masuk."Reihan tidak mau menggoda Panji terus. Kalau Panji sudah marah pasti mukanya terlihat ditekuk-tekuk.

"Eh gimana kabar Arini?"tanya Reihan ketika mereka berdua berjalan memasuki tempat gym.

"Nanti gue ceritain."Panji tidak mau mengungkit masalah Arini karena sudah lama dia menunggu bisa gym bersama Reihan.

Mereka berdua memulai olahraganya bersama di dalam. Pikiran Reihan masih bertanya-tanya kenapa Panji tidak terang-terangan langsung menjelaskan kondisi Arini. Jadinya Reihan hanya bisa menebak-nebak apa yang sedang dialami Arini sekarang.

Setelah berolahrga gym, Panji dan Reihan beristirahat di kursi panjang disana. Mereka berdua nampak sangat capek. Mungkin setelah kemarin absen nge-gym jadi sekarang otot mereka nampak menegang.

"Capek banget bro."Reihan langsung duduk dan punggungnya disandarkan di kursi panjang.

"Hahhh."Panji duduk dan langsung minum air putih.

"Ini kalau kita kemarin nggak ngegym, otot jadi kaget."sindir Panji setelah minum air putih. Reihan merasa kesindir lagi.

"Ya ya maaf."Reihan merasa bersalah. Mereka berdua memang dulu pernah membuat kesepakatan setiap hari minggu mereka berdua harus meluangkan waktu untuk gym bersama. Kemarin saja Reihan tidak bisa ngegym seperti biasa dikarenakan ada pekerjaan mendadak. Sebenarnya dia juga ingat dengan jadwal gym dengan Panji. Tapi berhubung pekerjaannya memang mendadak dan tidak bisa ditinggalkan jadi Reihan terpaksa mengutamakan pekerjaanya.

Reihan tahu semarah-marahnya Panji kepadanya pasti itu hanya sebentar saja. Jadi dia tidak terlalu takut ketika Panji sedang marah.

"Oh ya tadi kamu mau ceritain Arini kepadaku sehabis gym."Reihan menagih janji Panji.

"Lho itu kenapa sih ngebet banget pengen tahu dia,"Panji baru sadar kalau Reihan begitu penasaran sekali dengan Arini.

"Habisnya dia itu cantik banget polos lagi. Rasa-rasanya Arini itu ngangenin gue gitu."jawab Reihan sambil senym-senyum sendiri. Kayak ada sesuatu yang sedang dirasakan Reihan terhadap Arini.

"Jangan bilang lho suka sama dia."Panji tiba-tiba terlihat tidak biasa saat tahu Reihan kangen dengan Arini mantan pembantunya itu.

"Masalah apa buat kamu."goda Reihan kepada Panji.

"Ya nggak lah."jawab Panji dengan ketus.

"Lha terus kenapa kayak nggak suka gitu."Reihan memanyunkan mulutnya kedepan.

"Lho nggak tahu kalau gue udah anu sama dia. Kalau kamu tahu pasti kamu nggak akan kesengsem lagi sama dia."batin Panji sambil memikirkan Arini. Yang dimaksud dia itu adalah Arini.

"Hah masalah buat lho."Reihan menyenggol lengan tangan Panji karena tidak menjawab pertanyaaannya malah bengong saja.

Setelah beberapa menit beristirahat, tiba-tiba Alena datang menghampiri kursi mereka. Tentu saja Panji kaget sekali dengan kehadiran Alena itu. Tidak disangkanya kalau Alena akan mendatanginya. Memang hari minggu ini dia dan Alena ada rencana mau jalan-jalan ke mall tapi waktunya masih lama.

"Sayang."Alena tiba-tiba muncul dan langsung menatap Panji.

"Pacar lho bro."Reihan terlihat terkejut ketika ada pacar Panji tiba-tiba muncul ditengah waktu istirahat mereka.

"Kok udah kesini. Bukannya masih lama kita perginya?'Panji mengernyitkan dahinya.

"Nggak papa lah aku datang awal kayak gini."Alena langsung duduk di sebelah Panji.

"Lho mau pergi Ji?"tanya Reihan.

Reihan paling tidak suka kalau waktunya sedang kumpul dengan Panji harus terganggu. Apalagi hari ini baru pertama kalinya mereka bertemu setelah kemarin sibuk dengan urusnan bisnisnya. Panji merasa tidak enak dengan Reihan karena Alena datang menghancurkan waktu kumpul mereka.

"Udah selesai kan olahraganya."Alena melirik kearah Panji yang duduk disebelahnya. Panji tidak menjawab malah melirik kearah Reihan yang sudah nampak kesal.

Panji sadar kalau Reihan masih ingin berbincang-bincang lebih banyak lagi dengannya. Tapi Alena malah datang dan menghancurkan waktu kumpul mereka. Dalam hidupnya, secinta-cintanya dengan Alena dan Raisa mantannya dulu, dia tidak pernah sedikitpun melupakan Reihan. Baginya kedudukan Reihan juga penting dalam hidupnya. Reihan adalah satu-satunya teman laki-laki yang sudah dianggapnya seperti keluarga sendiri. Sudah banyak kenangan-kenangan yang terjadi diantara mereka sejak kuliah hingga sekarang sudah membuka bisnis sendiri-sendiri. Sesibuk-sibuknya dengan bisnis, mereka berdua tetap menyempatkan untuk bertemu walaupun hanya sekedar mengobrol saja.

"Ya udahlah kalau kamu mau pergi dulu."Reihan terpaksa menyuruh Panji untuk segera mengantarkan Alena pergi. Sebenarnya dalam hatinya masih ingin berlama-lama mengobrol dengan Panji. Setelah dua minggu kemarin tidak ketemu dan baru sekarang bisa bertemu walaupun hanya sebentar karena kehadiran Alena.

"Gue janjiannya pergi sama dia itu jam 10 bro. Tapi malah dia udah kesini."Panji menjelaskan ke Reihan. Dilihatnya jam tangan Panji baru menunjukkan pukul 8 pagi. Panji tahu kalau Reihan nampak kecewa.

"Apaan sih mereka berdua ini."Alena iri dengan kedekatan pacarnya dengan sahabatnya yang bernama Reihan. Dia tidak peduli dengan Reihan yang nampak kesal dengannya.

"Udahlah. Gue nggak papa. Tapi lain kali kalau ada janji sama gue jangan begini lagi."Reihan terpaksa berpura-pura merelakan Panji pergi.

"Yah nggak tahu kabar Arini deh jadinya"batin Reihan dengan kesal karena Panji belum sempat memberitahukannya tentang Arini. Padahal Arini sudah berhenti bekerja di rumah Panji.

Akhirnya Panji terpaksa pergi dengan Alena. Ingin rasanya dia tadi menolak Alena tapi berhubung Reihan menyuruhnya untuk segera mengantar Alena pergi jadi terpaksa dia harus meninggalkan Reihan sendirian disana. Dia memang mencintai Alena tapi dia juga tidak bisa meniggalkan Reihan sendirian begitu.

下一章