webnovel

Tirai Penghalang

Author: Ando_Ajo
สมจริง
Completed · 138K Views
  • 223 Chs
    Content
  • 5.0
    17 ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

Ini hanya cerita sederhana seorang pemuda dalam mencari hal untuk penopang hidupnya. Seperti kebanyakan orang muda lainnya. Mencari pekerjaan, menjalin persahabatan, pencarian jati diri, dan… cinta. Drama keseharian anak manusia yang sudah biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Cerita tentang kehidupan berkeluarga, meski bukan dengan orang tua kandung. Cerita tentang hubungan baik antar kakak dan adik sepupu. Tentang keakraban antar satu dan lain sahabat, meski berbeda warna, rasa, dan asal. Tentang keagungan cinta yang datang tiba-tiba, tidak pernah diharapkan, menghampiri begitu saja dalam kondisi yang tak biasa. Lantas… Bagaimana bila cinta itu ternyata indah? Bagaimana bila ternyata ia begitu tinggi? Dan bagaimana bila ternyata ia begitu berbeda dari diri? Lets find out.

Tags
3 tags
Chapter 1Rhesus Negatif

Seorang pemuda dua puluh tujuh tahun, duduk di atas satu kursi lipat dengan bantalan duduk dan bantalan sandaran berwarna merah tua. Ia sedang mengantri di antara beberapa orang dengan tujuan sama, mendonorkan darah. Satu aksi kecil yang menurut pemikiran si pemuda akan mampu membantu kehidupan, suatu saat kelak.

Sejumlah perawat, dokter, dan para panitia pengada acara pendonoran darah disibukkan dengan segala keperluan yang dibutuhkan dalam acara kemanusiaan tersebut. Ada yang sibuk mencatat satu-dua hal pada sebuah buku besar di atas meja yang disusun memanjang itu, ada pula yang hilir-mudik dengan menenteng alat-alat yang akan dipergunakan nanti. Jarum dan selang kecil mirip selang infus, kantong-kantong penampung darah, semua tersusun rapi di dalam sejumlah box berbahan stainless steel, namun beberapa ada juga yang berbahan plastik.

Dan ada pula para perawat dan dokter itu yang sedang berbincang-bincang dengan sejumlah partisipan lainnya. Menerangkan hal-hal yang perlu dilakukan setelah mereka menyumbangkan darahnya demi kemanusiaan. Sepertinya, satu-dua orang partisipan pendonor darah tersebut adalah mereka yang baru untuk pertama kali berpartisipasi.

Ada pula seorang yang bermurung wajah, sebab dokter yang mendampinginya menilai ia belum siap untuk diambil darahnya. Laki-laki itu perlu bersitirahat yang cukup beberapa jam sebelum bermaksud mendonorkan darah. Entah apa yang diucapkan sang dokter, namun yang jelas, laki-laki itu terlihat kembali ceria wajahnya. Tersenyum, mengangguk berpamit diri, dan lantas berlalu dari areal tersebut.

Pemuda yang tadi masih tenggelam dalam pikirannya sendiri, memandang sejumlah orang yang punya keinginan yang sama dengan dirinya. Setetes darah, akan sangat berarti bagi kehidupan siapa pun yang nanti yang membutuhkan ini semua. Ia tersenyum tipis, menghela napas dalam-dalam memandangi punggung laki-laki itu menjauh dari kawasan tersebut. Kembali pandangannya tertuju pada dokter wanita itu.

Tak lama, seorang perawat tampak keluar dari balik pintu, melangkah menghampiri para partisipan yang terlihat antusias, duduk rapi berjejer di atas kursi masing-masing. Sang perawat lalu menyerukan satu nama sembari memeriksa catatan berkas di tangannya.

"Rezqi Buana…"

Pemuda itu mengangkat tangan, ia mengangguk saat si perawat menatap padanya, menegaskan jika itu adalah namanya.

Sang perawat dengan sopan meminta Rezqi untuk mengikutinya, memasuki ruangan di balik pintu, terus melangkah hingga ke satu ruangan lainnya.

Di dalam ruangan besar yang lebih mirip sebuah bangsal panjang dengan deretan ranjang-ranjang khas rumah sakit – brankar, Rezqi menghentikan langkah. Perawat yang menemaninya menunjuk pada salah satu brankar kosong. Pemuda itu mengangguk, lantas membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur tersebut.

Sang perawat meminta Rezqi untuk menunggu barang sesaat, sementara ia melangkahkan kakinya menemui seorang dokter. Dokter itu mengangguk, lalu pandangannya tertuju pada sosok yang ditunjukkan si perawat. Rezqi sendiri kala itu sedang berusaha melipat lengan bajunya yang sebelah kanan.

Sejumlah pendonor yang mengisi brankar-brankar yang tersedia terlihat saling tebar senyuman pada perawat atau dokter yang mengawasi mereka. Ada yang tertawa-tawa kecil mengenang satu-dua hal yang menggembirakan, mungkin. Ada pula pendonor yang meringis, mungkin takut terhadap jarum, atau mungkin pula baru pertama kalinya mendonorkan darah.

Boleh dikatakan, bangsal itu sedikit agak berisik karenanya.

Dokter tersebut datang menghampiri Rezqi. Sejenak bertegur sapa sebagai pengakrab di antara keduanya, sebelum akhirnya sang dokter melakukan pemeriksaan standar meski si pemuda sudah diperiksa oleh perawat lainnya di depan tadi selagi menunggu giliran.

Setelah memastikan jika kondisi Rezqi berada dalam kondisi yang baik, sang dokter lantas melakukan prosesi pemindahan darah pemuda tersebut ke dalam kantong darah dibantu oleh si perawat yang tadi. Setelah mengoleskan kapas yang dibasahi cairan steril di titik dekat lipatan siku tangan kanan Rezqi, sang dokter menancapkan jarum kecil di tangannya ke nadi besar di tangan sang pemuda.

Sekejap saja sudah terlihat darah merah yang nanti sangat diharap bisa membantu menyelamatkan nyawa seseorang, mengalir keluar mengisi ruang kosong di sepanjang selang kecil transparan. Selang kecil terus tersambung menuju kantong darah yang telah dipersiapkan.

Sang dokter tersenyum menganggukkan kepala, "Mari, Mas," ujarnya dengan sangat sopan. "Saya tinggal dulu." Lantas meninggalkan pemuda tersebut guna melayani pendonor lainnya.

Rezqi pun membalas hal serupa. "Mari, Dok."

"Ini udah yang kelima kalinya ya, Mas?" ucap si perawat di sampingnya, sembari membetulkan posisi selang. Rezqi mengangguk. "Kesehatannya harus selalu dijaga ya, Mas," nasihatnya. "Golongan darah Mas ini, lumayan langka di Jakarta, Rhesus Negatif."

Yaa, Rezqi cukup tahu hal tersebut. Saat pertama kali mencoba mendonorkan darahnya, ia diberitahukan oleh dokter yang memeriksanya kala itu. Dari mulut si dokter terdahulu itu lah, ia mengetahui dalam tubuhnya mengalir jenis darah yang cukup langka ditemukan di Jakarta—bahkan mungkin di seluruh penjuru Indonesia ini.

Sang dokter kala itu mewanti-wanti, bahwa Rezqi harus menjaga kesehatan tubuhnya, sebab darah yang mengalir di dalam dirinya itu sangat-sangat berharga.

Alasan dokter yang waktu itu meminta si pemuda untuk selalu menjaga kesehatannya, juga perawat tadi barusan, bukanlah sesuatu yang tidak beralasan.

Kenyataannya, pemilik darah Rhesus Negatif tidak akan bisa menerima transfusi darah dari Rhesus Positif, meski pemilik Rhesus Positif akan sangat tertolong oleh darah Rhesus Negatif. Dan sayangnya, orang yang hidup dengan darah Rhesus Negatif yang mengalir di tubuh mereka tidak sebanyak orang-orang dengan golongan darah Rhesus Positif.

Saking langkanya, si pemuda pernah membaca di satu artikel, bahwa para dokter akan terbang langsung ke daerah mana pun jika di daerah tersebut ada pemilik darah Rhesus Negatif yang dalam keadaan sehat walafiat dan ingin mendonorkan darahnya, lalu si pemilik darah tidak tahu ke mana harus mendonorkan darahnya itu. Atau, katakanlah seorang yang tidak memahami hal-hal berbau pendonoran darah dan segala tetek-bengeknya.

Maka, para dokter dan para penggiat Palang Merah akan dengan senang hati mengunjungi orang-orang seperti si pemuda tersebut itu sendiri. Demi darah langka di tubuh mereka agar tetap bisa 'mengalir'.

Yaa, Rezqi sangat tahu pasti kesulitan pemilik jenis darah seperti dirinya—terima kasih pada penjelasan para dokter tersebut, juga ilmu pengetahuan—bila satu saat harus membutuhkan transfusi darah juga.

Itulah sebabnya, semenjak donor darah yang pertama kali itu ia lakukan meski awalnya hanyalah satu keisengan saja, semata-mata hanya ingin mencoba seperti orang-orang lainnya itu, setidaknya bisa sedikit berbangga pernah mendonorkan darah, namun pada akhirnya Rezqi menyadari akan keistimewaan darah dalam dirinya. Dan semenjak itu pula ia selalu berusaha menjaga kesehatan, dan tentu, rutin mendonorkan darahnya.

Bahkan, kegiatan ini seperti satu kegiatan yang dapat memberikan Rezqi kepuasan batin.

Seorang gadis sepantaran dengan si pemuda juga sedang berbaring dan mendonorkan darahnya. Terpisah satu ranjang di kiri pemuda tersebut.

...

You May Also Like

SARI FADILLAH 2

Jika nanti aku belum bisa membahagiakan kamu yang pasti dalam pikiranku harus mengakhiri hubungan kita, walau sudah berjalan cukup lama menjalani suatu hubungan selama 3 tahun. Aku sudah berusaha mengikuti keinginanmu tapi kamu enggak bisa mengikuti keinginanku untuk akhiri hubungan cinta terlarang. Bukannya sudah janji akan selalu setia bersama dalam keadaan suka maupun duka, apapun yang kau alami sekarang belum tentu orang lain bisa menerima dengan lapang dada. Terkadang aku pernah merasakan hal yang dapat merugikan banyak orang, tapi berhubung aku memahami kondisinya langsung menyuruh untuk tidak melakukan yang tak senonoh. Padahal dalam hatiku bisa saja berselingkuh sama perempuan lain. Tapi aku enggak berani untuk menyakiti hatinya seorang perempuan yang kucintai sejak dari SMA sampai sekarang, malah ada niat untuk melamarmu pada saat kita sudah lulus Kuliah. Itu pun kalau kamu enggak selingkuh sama cowok lain. Kejadian tersebut merupakan paling menyebalkan menjalani hubungan pacaran selama 3 tahun, tanpa sadar kau telah menyakiti hatiku. Apa salahku selama menjalin hubungan? Apa kau enggak bisa menjamin bahwa aku tidak bisa setia? Pertanyaan ini masih tersimpan dalam benakku. Perjalanan telah kita lalui bersama sebelum aku pindah ke Bandung. Sempat mikir untuk putus karena kamu itu kurang percaya untuk menjalin hubungan jarak jauh, heh... ternyata dugaanku benar tanpa ada rekayasa yang di buat-buat. Pusing sekali memikirkan kamu di sini apakah baik-baik saja? Ada kejadian yang membuat aku menguras otak yaitu siapa sih sosok cowok selama berada di samping Sari? Penasaran juga setelah whatsapp sama Firdaus ternyata cowok selingkuh adik kelasnya. Hah... Sari suka sama adik kelasnya? Setahu aku kamu enggak mau menjalin hubungan adi kelas. Kenapa sekarang berubah pikiran? Hingga akhirnya aku tak peduli lagi sama Sari. Sudah aku putuskan akan menerima cinta dari perempuan lain, ingin tahu reaksinya seperti apa? Setelah mengetahui bahwa aku telah memiliki kekasih baru, pasti kamu akan cemburu. Namun, entah dari mana dapat informasinya. Apakah dari teman-temanku? Atau dari sahabatku Firdaus maupun Sidiq? Kita tunggu saja ke depannya seperti apa? Menurutku ide ini cukup menarik sih lagian Lusiana juga suka sama aku. Otomatis sudah waktunya merencanakan sesuatu yang lebih kreatif. Berhubung sekarang aku sedang berada di Jatinangor. Rasanya enggak tega juga menyakiti hati Lusiana setelah menerima cintanya, walaupun aku masih pacaran sama Sari. Untuk itu merahasiakan terlebih dahulu bahwa aku sama sekali belum punya pacar. Tapi aku juga harus memikirkan kembali mengenai kondisi kesehatan, kan semakin hari kondisi kesehatanku makin menurun. entah apa yang membuat penyakit dalam tubuhku enggak bisa di sembuhkan? Padahal sudah berusaha kesana kemari untuk menghilangkan penyakitku. Berharap sih Sari Fadillah masih seperti dulu menerima aku apa adanya.

MuhammadLutfiH · สมจริง
Not enough ratings
390 Chs

Dzikir Cinta

"Neng, Aa boleh cium tangannya?" Asiyah mengangkat dagu perlahan, memindahkan pandangannya dari kancing baju dada suaminya menuju wajah sang suami. Pandangan mata mereka beradu, Asiyah tersipu, Salman tersenyum malu-malu. Perlahan tapi pasti Salman menggerakkan kedua tangannya yang gemetar, mengangkat lembut kedua tangan mungil istrinya yang terasa dingin. Salman mencium kedua tangan putih itu, mengecup dengan penuh cinta dan kasih, ia memindahkan kedua tangan Asiyah ke dadanya dengan masih mendekapnya dengan sebelah tangan saja. Tangan kanan Salman naik keatas ubun-ubun istrinya, Salman mulai berdoa dengan menengadahkan tangan kirinya yang masih menekan kedua tangan Asiyah didadanya. Salman berdoa khusyuk dan pelan, memohon keberkahan atas istri yang sudah Allah berikan kepadanya. "Hari ini, Aa sudah sah menjadi suami kamu, doain Aa semoga selalu bisa mendampingi kamu sampai akhirnya kita berjumpa di Jannah Allah nanti ya, kalaupun andai akhirnya maut yang memisahkan kita, Aa gak akan melarang kamu buat nikah lagi ya. Karena Aa sayang kamu karena Allah" Assalamu 'alaikum Jazakumullahu khoir untuk para pembaca Di next novel ini akan bercerita tentang pemeran utama Asiyah Abdullah yang terpaksa bercerai dengan suaminya yang soelh karena sesuatu. Akankah ia mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Allah? Nantikan lanjutan kisahnya ya. Novelnya sudah selesai, akan di posting part demi part karena beberapa bagian masih proses revisi sedikit. Jazakumullahu khoiron 

RirinPutriAbdullah · สมจริง
5.0
22 Chs
Table of Contents
Volume 1

ratings

  • Overall Rate
  • Writing Quality
  • Updating Stability
  • Story Development
  • Character Design
  • world background
Reviews
Liked
Newest
Dewi_Alang4lang
Dewi_Alang4langLv3

SUPPORT