webnovel

Princess in the Death Penalty (Indonesia)

作者: Lika_FR
奇幻
連載 · 58.6K 流覽
  • 278 章
    內容
  • 5.0
    15 評分
  • NO.200+
    鼎力相助
摘要

Pangeran Shem Theodorus dari kerajaan Sadrach telah jatuh cinta dengan seorang putri kerajaan Serafin. Mereka telah siap menikah dan keduanya saling mencintai. Siapa sangka raja kerajaan Serafin berkhianat dan hendak mencuri Red Xavier Crystal kepunyaan Ayah dari Pangeran Shem, tetapi tertangkap basah, sehigga menyebabkan peperangan besar. Kerajaan Serafin hancur luluh lantah beserta raja dan ratunya yang harus dipenggal. Sang putri melarikan diri, maka dirinya menjadi buronan kerajaan yang berstatus Hukuman Mati (Penggal). Dalam pelariannya, ia bertemu banyak pria yang menginginkannya, bahkan tubuh putri Adaline. Pada suatu ketika, sang Raja_Ayah Pangeran Shem tergiur oleh kecantikan Adaline yang sedang dalam penyamaran dan ingin memilikinya juga. Apa yang akan terjadi pada Putri Adaline? Akankah Pangeran Shem Theodorus merelakan kekasihnya itu dipenggal atau berusaha memperjuangkan cintanya? antiplagiat, kejujuran akan berdampak pada dunia dan akhiratmu.

Chapter 11. Kerajaan Serafin

Ribuan pasukan berperisai berbondong-bondong siap menggemparkan Kerajaan Serafin. Suara sepatu prajurit yang tadinya berderu berubah jadi suara gemuruh karena begitu banyaknya mereka berbaris panjang dan melebar sampai sekian ratus meter jarak ke belakang.

Mereka sangat pemberani dan berbalut pakaian Zirah kebangsaan menjadikan mereka semua nampak semakin gagah perkasa. Membawa Bendera panji-panji empire yang berkibar dan mengobarkan semangat di dada.

Mereka bak diciptakan sebagai mesin pembantai yang haus darah kepada siapa saja yang menghadang tujuan dan perintah dari Sang Raja Kejam yang paling berkuasa di Negeri ini. Raja Theophilus Theodorus, Raja dari Kerajaan Sadrach. Kerajaan Sadrach adalah Kerajaan terbesar di bagian Utara bumi yang menguasai banyak wilayah-wilayah besar pula yang telah ia taklukkan melalui pertarungan dan peperangan yang luar biasa selama ini.

Kerajaan mana saja yang berusaha melawan akan segera dihabisi secara membabi buta, namun akan terampuni jika mau berkoloni dan menjadi pengikutnya, mengikuti segala aturan dan dibawah kepemerintahan Kerajaan Sadrach.

Kini sang raja telah Menyumpah serapah kepada Kerajaan Serafin, agar satu hari ini Kerajaan itu hancur lebur tak bersisa beserta cucu dan cicitnya maupun semua garis keturunannya. Semua harus binasa! Pasukan dan para ksatria terlatih menghunuskan pedang-pedang yang kelaparan memotong leher-leher lawan.

Dari sudut pandang atas dan dari langit tampak ribuan titik-titik hitam berjalan searah mengarah kepada Kerajaan Serafin itu, membawa tombak-tombak panjang yang siap menancap di tubuh-tubuh korban, serta mereka membawa perisai yang berkilauan menyipitkan mata. Pelindung kepala yang terbuat dari perunggu-perunggu berkualitas itu menutupi dan mengubah semua wajah menjadi wajah yang penuh kebengisan dan meninggalkan kesimpatian.

Lemparan bom berupa batu-batu besar dengan alat canggih di masa itu memakai kayu besar yang ditarik dengan karet berukuran raksasa, sehingga meluncurkan batu besar itu menubruki bertubi-tubi bangunan istana menjulang tinggi yang megah itu, menggempur tiada ampun tembok-temboknya sehingga luluh lantah berserakan di atas tanah.

Pasukan prajurit kerajaan Sadrach berperang satu lawan satu dengan prajurit terlatih kerajaan Serafin, mangibaskan pedang, menusukkan tombak, dan permainan menangkis dan menghunus dengan sangat lihai dari kedua kubu itu. Darah-darah segar yang terhunus oleh pedang membuncah, mengalir dan bertebaran di udara.

Ada juga yang menumpah di wajah-wajah lawannya, tak menyurutkan prajurit sesamanya meskipun sang teman telah tewas mengenaskan. Mereka makin membara makin mengobarkan semangat di ujung hidup atau matinya. Hidup dengan kemenangan atau mati membela Negeri. Itulah semboyan yang ditanamkan ke dalam lubuk hati mereka semua para prajurit setia kerajaan. Saat di medan peperangan, tak ada orang tua, tak ada keluarga, tak ada anak yang mereka pikirkan.

Semua mereka tinggalkan. Hanya ada satu tujuan dalam benaknya ketika itu, mengalahkan lawan sampai titik darah penghabisan!

Tarian pedang sang lawan dan sang pemenang tak dapat dibedakan. Keduanya sangat menggebu-gebu ingin memotong tubuh musuhnya.

Menusuk dari arah depan, arah samping, bawah maupun belakang dengan gesit ingin menguasai arena pertempuran dan memenangkannya.

Tampak Panglima muda, sangat hebat dan paling dipercaya oleh raja Theophilus untuk mendampingi pangeran Shem Theodorus_sang putra Mahkota.

Sebagai tangan kanannya dan ke mana saja Pangeran pergi, dirinya akan selalu di sana. Dengan kejam dan tak memandang bulu, ia dengan cekatan membantai prajurit lawan yang dari arah mana saja meskipun berbarengan, tetap dia mampu mengalahkan semuanya.

Gesit dan tangkas memainkan pedang dan perisainya. Dia tidak pernah mundur dari pertempuran mana pun, bahkan terkenal dengan sebutan Si Pedang Panjang, karena keahliannya yang menaklukkan se panjang peperangan yang dilakukan oleh kerajaan Sadrach.

Dialah Panglima Abraham, seorang anak yang dari kecil yatim piatu berasal dari rakyat biasa, namun bau-bau pedang telah melekat dengan dirinya sejak masih ingusan. Raja Theophylus yang mengetahuinya segera memungut dan melatihnya itu sehingga sampai saat ini dirinya tak terpisahkan dari pedang, bahkan saat tidur pun membawa pedang.

Berjarak 200 meter ke kanan. Tampak Si Tampan yang dingin dan juga terkenal bringas dalam menghadapi lawan. Dia takkan berhenti jika lawan itu belum tewas di tangannya. Pangeran berambut lurus sebahu yang berwarna keperakan dan berkilauan tersentuh sinar matahari siang itu menjadikan dirinya sebagai pria perkasa yang juga memprioritaskan penampilannya.

Rambutnya tergerai dan bergerak-gerak karena gerakan pertarungan yang sigap dan berstrategi itu. Dialah sang pangeran Shem Theodorus, putra dari Raja Theophhlus Theodorus.

Gempuran batu, lemparan tombak oleh para ahli lempar tombak jarak jauh, serta panah-panah yang tajam masih terus diluncurkan. Pertahanan kerajaan Serafin sudah terlihat lambat laun mulai melemah. Prajurit dan bantuan koloninya tidak sebanding dengan kerajaan Sadrach. Begitu juga istana Serafin yang tadinya megah dan mewah, kini sudah tak ada harga. Lebur oleh kebengisan dan dendam membara Raja Theophylus.

"SERAFIN MULAI LUMPUH!!" teriak pangeran Shem dengan gejolak kemenangan yang membara.

"CARI DAN BAWA RAJA JUGA RATU SERAFIN DALAM KEADAAN HIDUP! RAJA SENDIRI YANG INGIN MEMENGGALNYA!!" Teriak panglima Abraham kepada semua prajuritnya.

"Bunuh semua garis keturunannya tanpa sisa, Itu perintah Raja!" tambahnya lagi.

"SIAAAAAP!!" jawab mereka serentak sambil terus melakukan pertempuran.

"Abraham! Panglima Abraham! temukan putri Adaline untukku. Jangan biarkan dia terluka sedikit pun. Di sini akan kuatasi!" Perintah Pangeran Shem.

Abraham sigap meninggalkan arena ini dan bergegas menuju istana Serafin. Ia segera mencari putri Adaline. Seorang putri kerajaan Serafin, kerajaan yang saat ini ia serang. Kerajaan yang saat ini ingin ia hancurkan tak bersisa.

Dia putri dari raja Ignasius dengan ratu Librivia yang harus ditangkap dan akan menanti hukuman penggal dari kerajaan Sadrach_Kerajaan pangeran Shem Theodorus. Abraham terus berlari menyusuri istana luas yang tampak beberapa bagian sudah menjadi puing-puing dan bongkahan bebatuan.

Dia terus melakukan pertarungan sambil berlari mencari keberadaan putri Adaline, meskipun dia terus mendapat serangan-serangan dari prajurit istana yang berusaha melindungi istana dengan sekuat tenaga mereka. Dia memasuki beberapa ruang yang tampak kosong, ia mengira sang Putri pasti bersembunyi dari pesakitan Kerajaannya hari ini.

"Dimana Putri Adaline?!" teriak Abraham kepada semua lawan yang ia lihat dan menyerangnya.

"Pangeran mau Putri Adaline hidup-hidup, dimana dia?!" tambahnya lagi.

Entah apa yang akan putri Adaline terima andai dirinya tertangkap. Sebab sudah tersebar perintah bahwa anggota keluarga kerajaan Serafin adalah semuanya harus habis tak bersisa. Harus mati!

Abraham tak menyerah untuk terus mencarinya, tak mungkin sulit untuk menemukan tawanan yang ia cari di kerajaan yang sudah terpojok dan sudah hampir kalah ini. Dia terus mencari dan berteriak memanggil Sang Putri.

Dia, Panglima Abraham akhirnya menemukan sang putri yang tengah berdiri di depan, di ruang pemujaan. Tempat berdoa keluarga Kerajaan. Dia menangis bersimpuh dan memohon doa kepada Tuhannya.

你也許也喜歡
目錄
1