webnovel

7. Rindu Diam-Diam

Ia tak mau kalau ada pengawal yang mengetahui isinya agar tidak terbongkar rahasianya. Shem segera menyerahkan itu semua kepada pengawalnya. Dan segera memerintahkan pengawal itu untuk segera berangkat dan berpesan agar memacu kudanya dengan cepat. Karena bungkusan ini sangat penting untuk Abraham.

"Tolong kau berangkat dengan cepat, ini sangat di butuhkan oleh Abraham." ucap Shem.

"Baik Tuanku, saya siap melaksanakan," Pengawal itu tak menunggu waktu lama lagi. Dia melaju dengan cepat, sekian detik saja sudah menghilang dari pandangan mata Shem.

"Bagaimana aku bisa melupakan hal sepenting ini, Adaline pasti sangat lapar. Maafkan aku sayang, situasi yang pelik ini membuat pikiranku jadi penuh tak bisa fokus," Shem memegang kepalanya dengan menyesali sikapnya tadi.

Sementara di Kastil kerajaan Serafin, ada Abraham yang sangat siaga dengan keadaan sekitar. Ia di datangi oleh pengawal Kerajaan Sadrach. Waktu yang diperlukan ke wilayah kerajaan Serafin adalah sekitar dua jam dengan naik kuda. Pengawal tersebut segera memasuki kastil dan mencari Abraham di dalam.

Dia memanggil-manggil nama Abraham dengan berteriak karena merasakan suasana di kastil itu sangat sunyi. Karena Abraham mendengar namanya dipanggil seseorang, dia membuka pedangnya lalu mencari sumber suara itu dengan waspada.

Ketika ia mengetahui bahwa sesorang itu berbaju Kerajaan Sadrach, maka Abraham sarungkan lagi pedangnya itu. Ia menuruni tangga dan menuju pengawal yang datang itu.

Pengawal itu segera menyerahkan apa yang dikirim oleh Pangeran Shem.

"Ini dari Pangeran, beliau mengatakan kamu sangat membutuhkannya." ucap pengawal itu.

"Darimana kamu tahu aku di dalam sini?," tanya Abraham curiga.

"Pangeran Shem yang memberitahu, tapi sedang apa kamu disini Abraham?" selidik pengawal itu.

"Aku disini karena harus memastikan bahwa Kerajaan Serafin benar-benar sudah lumpuh dan tak ada pergerakan lagi. Aku juga ditugasi Pangeran untuk mencari Tuan Putri Serafin yang menghilang, jadi aku berjaga-jaga dan akan beristirahat disini. Apakah kamu akan tetap disini juga?"

"Aku tidak mendapatkan perintah seperti itu, maka aku akan kembali ke istana sekarang juga." pamit pengawal itu kepada Abraham.

"Baiklah, sampaikan kepada Pangeran, aku akan tetap disini sampai pangeran sendiri yang datang kesini lagi." pesan Abraham singkat.

Abraham segera membuka bungkusan yang cukup besar itu, berbarengan dengan perginya pengawal Sadrach. Abraham bertanya-tanya, bungkusan apakah ini yang katanya aku sangat membutuhkannya. Katanya dalam hati. Ternyata tampak sedikit isi dalam bungkusan itu. Ada makanan dan juga gaun. Mungkin ini untuk Tuan Putri Adaline. Pikirnya saat ini.

Abraham pun segera manaiki kastil lagi menuju ruang Adaline berada. Dia dengan perlahan membuka pintu itu. Dia melihat di dalam ruangan itu tampak Adaline sedang kelelahan dan sedang tertidur dengan lelapr. Abraham tetap masuk dan dengan sangat hati-hati dalam melangkah agar gadis itu tidak terbangun oleh kedatangannya. Ia meletakkan bungkusan yang sudah setengah terbuka itu di sebelah Adaline yang tertidur.

Sejenak dia memandangi Tuan Putri yang sedang memejamkan mata itu. Dia memandang dengan rasa iba, namun dia tak menunggu lama di dalam ruangan itu. Dia putuskan untuk keluar meninggalkan kamar Adaline dan menuju posisi awal. Berjaga-jaga di luar tempat itu.

Tiga hari sudah berlalu, namun kabar tentang keadaan Putri Adaline belum juga diterima oleh Kerajaan Sadrach. Raja Theophilus sangat geram dan sudah tak ingin berlama-lama menunggu hukuman penggal para penghianat itu. Maka ia sendiri memutuskan dalam waktu dekat akan mengadakan hukuman itu segera. Agar seluruh penjuru Negeri tahu betapa Raja Theophilus tidak pernah main-main dalam hal aturan kerajaannya.

Dia ingin menjadi yang disegani dan di hormati sepanjang masa. Karena itu, ia tak ingin menunggu lama menyaksikan kematian musuhnya ini dengan tragis.  Agar tak ada lagi yang berani melawan Kerajaan Sadrach. Mengenai Putri Adaline. Biarlah akan menyusul saat ditemukan nanti. Hukuman penggal juga menantinya. Dirinya menjadi buronan kerajaan.

"Ayah, mereka sangat menyesal atas tindakannya. Apa tidak bisa meringankan hukuman mereka Ayah? Hukuman seumur hidup dan ditempatkan dibawah tanah misalnya. Kalau penggal aku merasa tak tega Ayah." ucap Shem kepada Raja Theophilus.

"Hahaha!!! Itulah kenapa usiamu belum cukup! Hatimu masih lembek. Kita harus bisa melihat mana yang bisa ditoleransi dan mana yang tidak bisa ditoleransi. Masalah Red Xavier Crystal itu harus hukuman mati. Bayangkan kalau crystal itu berhasil dia curi. Kerajaan kita akan runtuh dan kita akan jadi gembel! Itu sangat fatal anakku." Raja berdiri dengan angkuhnya sambil berkacak pinggang.

"Putri Adaline dan Pangeran Andrew tidak tahu menahu soal pencurian Crystal itu Ayah, berilah mereka hukuman yang lain. Pangeran Andrew masib terlalu kecil," pinta pangeran Shem.

"Ha?! Jangankan anak yang tidak tahu apa-apa? Putrinya itu telah dewasa dan Putranya juga sudah cukup besar! Bahkan Bayi-bayi keturunan Raja Serafin itu kalaupun ada. Mereka juga harus merasakan kepala yang terpisah dari tubuhnya juga!!! Apalagi anak-anak Serafin yang sudah dewasa itu?" kata Raja sambil berteriak.

"Tapi Ayah, kenyataannya Crystal itu masih ada ditempatnya. Tidak ada yang mengubah keadaan Kerajaan kita." balas Pangeran Shem.

"Kamu harus aku taruh di Koloni Kerajaan yang kurang aman dalam waktu yang lama. Agar hati dan perasaanmu terlatih dalam kekejian! Tak pantas menjadi Raja bila lembek begini. Kamu akan menjadi penggantiku satu-satunya kelak!!! Apa ini Shem?!" tanya Raja dengan sedikit amarah.

"Menjadi seorang Raja bukankah lebih baik menunjukkan wibawa Ayah? Bukan kejinya. Aku juga bisa keji bila dalam peperangan. Ini bukan peperangan Ayah, ini hanya masalah memberi hukuman. Aku rasa seumur hidup sudah setimpal daripada penggal." Pangeran Shem membantah.

"Ah kau tak tahu apa-apa soal ini, kau belajarlah lagi! Sudah ... Aku tak mau berdebat!!! Aku akan umumkan besok kepada khalayak ramai untuk menghukum mereka itu! Terserah kamu setuju atau tidak!" Raja Theophilus berlalu pergi.

"Sudahlah anakku, jangan berdebat terus dengan Ayahmu, memang tak ada ampun untuk sebuah kejahatan." Ibunya mendekati Shem.

"Maksudku agar Ayah lebih mengurangi sanksinya Ibu, aku tidak ingin mereka meninggal."

"Apa kamu masih mencintai Putri Adaline? Dia melarikan diri sekarang," ucap Tuan Ratu.

"Aku sangat mencintainya Ibu, aku sebenarnya ingin kalau mereka di hukum seumur hidup saja. Bagaimana kalau Adaline ditemukan dan dia juga harus dipenggal Ibu? Dia tidak ikut dalam kejahatan ini. Aku tak akan sanggup melihatnya." ungkap Shem dengan tatapan sedih.

"Humm ... Ibu juga tak bisa berbuat apa-apa, nanti coba aku sampaikan. Ada baiknya kamu mulai melupakannya dan mencari gadis lain. Jadi pada saat hukuman dia berlangsung. Kamu sudah tidak lagi cinta kepadanya," saran dari Ibunya.

"Masih banyak kerajaan lain yang lebih pantas menjalin hubungan dengan kita. Pasti Putri-putri mereka juga tak kalah cantik, Putraku," Ratu Eloise mencium kening anaknya itu dan segera mengikuti suaminya.

Salam Hangat readers, semoga terhibur. Dukung penulis dengan berikan komentar, review dan jangan lupa lempar power stone ke buku ini. Terima kasih dan jangan lupa bahagia.

Lika_FRcreators' thoughts
下一章