Dia hanyalah lelaki yang fokus pada dunianya. Tak menpedulikan masalah asmara. Namun takdir berkata lain. Tuhan mengirimkan seorang gadis yang akan membuat hidupnya sedikit lebih berwarna.
Kantin kampus selalu ramai ketika waktu jeda kuliah seperti sekarang ini. Para mahasiswa seolah berlomba-lomba untuk segera memesan makanan dan menyantap makanan tersebut agar rasa lapar di dalam perut mereka bisa teratasi dengan baik.
Setelah berkutat dengan buku-buku tebal, penjelasan dosen, pertanyaan-pertanyaan persentasi, atau bahkan kuis dadakan yang kadang diberikan oleh dosen mereka pastilah akan membuat otak bekerja dengan keras, dan berdampak pula dengan energi yang dikeluarkan. Maka hal itu berdampak pada kekosongan perut mereka. Dan solusi terbaiknya adalah dengan menambah asupan makanan ke dalam perut agar bisa melanjutkan ke kelas berikutnya.
Tak terkecuali dengan tiga pria yang duduk di pojok kantin. Sembari mengunyah makanannya, mereka asyik dengan cerita yang di dongengkan salah satu pria tersebut. Sedangkan dua orang lainnya menjadi pihak pendengar.
"Lo nya aja yang kecentilan," itu adalah tanggapan dari salah satu dari dua orang yang yang mendengarkan cerita tersebut.
"Namanya usaha, nggak masalah lah." Si pendongeng menyanggah.
"Ya tapi lihat-lihat dulu lah, Aga, dia itu udah punya cowok apa belum."
"Mana gue tahu, dia kan yang nyamperin gue duluan." Aga—pemuda pemilik cerita, mendengus. Kemudian menyesap minumannya, "kalau gue lihat, kayaknya emang si cewek ini udah nggak cocok deh sama cowoknya. Ya kali aja emang dia udah bosan gitu sama si cowoknya yang badannya aja mirip banget sama Ade Rai."
Lemparan plastic bekas kerupuk di dapatkan Aga dari temannya, "Mulut lo lama-lama minta di sumpal," katanya dengan pandangan datar, "gossip mulu lo kaya cewek."
"Bukan gitu, Ber, gue hanya menduga-duga aja. Seorang cewek yang udah punya cowok dan ngedeketin cewek lain memang ada alasan lain selain dia mau lepas dari cowoknya?"
"Bisa aja dia itu memang playgirl,"
"Tapi wajahnya itu nggak ada tanda-tanda kalau dia itu playgirl lho, Mik." Sepertinya obrolan tak berbobot ini akan berjalan terus karena Aga sama sekali tak ingin menyudahi.
"Dan lo pikir di zaman sekarang ini, wajah cewek lugu itu beneran lugu?" Mik, atau Miko, nama pria itu. Juga menanggapi Aga dan ingin meluruskan apa yang salah dalam pemikiran lelaki tersebut, "Enggak, Ga." Katanya dengan sungguh-sungguh.
"Lo inget si Miranda? Temen sekolah kita yang pendiem, senyumnya kalau kata si Putra menenangkan, nyatanya dia bisa pacarin dua cowok sekaligus. Kurang hebat apa dia?" Aga terdiam dengan kepala yang mengangguk angguk seolah mengerti.
"Bener juga sih, Mik." Jawabnya sambil meringis, "Kok gue jadi bego ya?"
"Udah dari dulu kalau itu mah," Ber, atau Berry yang menegaskan ketololan sahabatnya itu.
Aga yang tak terima dengan apa yang dikatakan oleh Berry akan mendebat ketika dirinya dipanggil oleh seseorang.
"Aga!" dengan reflek, bukan hanya Aga yang menoleh, tapi juga Miko dan Berry. Ketiga pria itu mendapati tiga gadis berdiri di samping meja mereka dan matanya fokus melihat gadis tersebut.
"Ya?" seperti orang linglung, Aga menatap si pemanggil dengan tampang bodoh. Kaget mungkin, karena gadis yang memanggilnya itu memang dikenal dengan si cantik berwajah datar.
"Ada yang perlu kami bicarakan sama lo."
"Ha?" benar-benar berwajah bodoh sekali si Aga sekarang. Entah kemana perginya pikiran warasnya. Matanya bahkan menatap gadis tersebut dan juga Miko secara bergantian.
Miko yang tak tahan untuk tak menendang tulang kering kaki Aga, melakukannya dengan senang hati. "Lo mikir apa?" geram Miko dengan gigi bergemelatuk.
"Sakit, Mik!" Aga memelototi Miko dengan mengelus kakinya akibat tindakan kurang ajar sahabatnya itu. Mengabaikan gadis yang tadi memanggilnya. Karena pelototan yang diberikan Miko kepada Aga dan memberi isyarat kepada lelaki itu segera berbicara dengan gadis yang masih berdiri di sana, akhirnya Aga tersenyum canggung.
"Duduk dulu lah, Cher!" katanya berusaha untuk tenang." Setelah gadis yang dipanggil Cher dan teman-temannya duduk di satu meja dengannya, barulah Aga Kembali berbicara.
"Mau bicara apa, Cher?" Begitu tanyanya.
"Masalah tugas kita, Kewirausahaan," jawab, Cher, atau Cherry to the point. Khas Cherry sekali.
"Ooo, masalah itu," kata Aga dengan senyum kecut. Pasalnya mungkin dia tadi sedang memikirkan hal yang tidak-tidak karena tiba-tiba Cherry, yang bahkan di dalam kelas saja mereka tak pernah berinteraksi lebih, kini mendatanginya dan mengatakan akan berbicara sesuatu.
Tidak salah kan kalau dia berpikiran macam-macam? Meskipun endingnya pemikiran itu langsung ambyar kemana-mana setelah mendengar jawaban Cherry yang tepat sasaran.
Maka setelahnya, mereka langsung membahas tentang tugas tersebut bersama. "Kita akan membuat proposal lebih dulu untuk diserahkan kepada Pak Agung agar modalnya bisa cair," Cherry memulai, "proposal yang kita buat juga nggak boleh asal-asalan, karena kalau menurut Pak Agung proposal itu nggak masuk akal, kita hanya akan di ribetkan sama pembuatan proposal saja dan nggak bisa mengurus yang lain."
Kewirausahaan adalah salah satu mata kuliah dari jurusan akuntansi yang berhubungan tentang bagaimana kita membuka usaha, berapa modal awal yang akan digunakan, dan berapa pendapatan atau untung yang akan diperoleh. Kewirausahaan juga merupakan salah satu mata kuliah yang langsung bisa dipraktekkan dari materi-materi yang sudah diajarkan agar mahasiswa bisa belajar secara langsung bagaimana mendirikan sebuah usaha.
Meskipun pak Agung bukan dosen yang killer bahkan cenderung santai, tapi beliau tak ingin pekerjaan mahasiswanya hanya di kerjakan sebisa mereka dengan kata lain asal-asalan. Hal itu sudah diberitahukan awal-awal kuliah dulu.
"Ini adalah kerangka dari proposalnya dan beberapa menu usulan dari kami," Cherry menyerahkan kertas dengan tulisan tangan dan beberapa coretan di sana tanda sudah pernah di revisi sebelumnya.
Aga menerima dan membaca sungguh-sungguh tulisan yang ada di sana. Karena tak ada obrolan lain antara Aga dan Cherry, gadis itu memainkan ponselnya dan mendapat chat dari temannya yang duduk di sampingnya. Kening gadis itu mengernyit dan menatap temannya bertanya. Sedangkan yang ditatap memberi kode untuk membaca chat yang dikirimkan.
Ara -- Cowok di depan lo itu, coba lihat, ganteng banget.
Cherry sama sekali tak menyangka dengan pembahasan Ara yang betul-betul tak berfaedah sama sekali. Bahkan dia sama sekali tak mempedulikan dan mencoba jelalatan dengan menatap ke sana kemari dan menemukan lelaki tampan. Namun tak urung karena reflek, matanya memandang lelaki yang dimaksud oleh Ara, yang jelas saja dia tadi sempat melirik Ara terlebih dahulu.
Dan voila, pandangan Cherry bertubrukan dengan pandangan lelaki yang dimaksud oleh Ara. Mereka sama-sama saling memandang untuk beberapa saat namun Cherry lebih dulu memutus pandangan mereka. Tak ada senyum atau basa-basi yang dikeluarkan oleh keduanya bahkan untuk mengurai kecanggungan tersebut.
Karenanya, Cherry merutuki kelakuannya sendiri karena dengan bodohnya melakukan hal yang tidak seharusnya dia lakukan.
*.*