webnovel

The Twin Lions

Realista
Contínuo · 226.8K Modos de exibição
  • 471 Chs
    Conteúdo
  • 5.0
    62 Avaliações
  • NO.200+
    APOIO
Sinopse

Aslan, seorang petarung jalanan yang besar di pinggiran kota Jakarta. Mendadak dikejutkan dengan kedatangan seorang wanita muda di sasana tempatnya berlatih. Wanita itu mengaku sebagai sahabat Leon, kembarannya. Dia meminta Aslan untuk menggantikan posisi Leon setelah ia mengalami kecelakaan hebat dan kini terbaring koma. Akankah Aslan menerima tawaran wanita tersebut dan berpura-pura sebagai Leon yang sangat jauh berbeda dengannya? Ikuti kisahnya hanya di The Twin Lions. ***** Terima kasih buat yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca cerita ini. Jangan lupa tambahkan ke dalam daftar bacaan dan berikan dukungan kalian dengan memberikan vote, review dan komentarnya. Terima kasih.. ^^

Tags
3 tags
Chapter 1Double Sided Mirror 1

Menjelang tengah malam, sebuah bangunan tua terbengkalai di pinggir kota Jakarta mendadak ramai. Semua orang memadati bagian bawah bangunan tersebut. Dengan diterangi cahaya dari lampu sorot dengan penerangan berpuluh-puluh watt. Dua orang petarung bersiap di tengah arena. Seorang wanita berjalan sambil membawa papan yang menunjukkan ronde pertama pertarungan tersebut. Begitu bel dibunyikan, dua orang petarung itu maju dan mulai menyerang lawannya.

"Aslan, Aslan."

Suara riuh penonton yang sedang menyaksikan seorang juara bertahan yang mereka juluki sebagai 'Singa Lapar' karena kebiasaannya yang selalu menyerang lawannya dengan serangan terarah dan mematikan. Tatapan tajam Aslan ketika berhadapan dengan lawannya membuat lawannya gentar, namun disaat bersamaan membuat para penonton wanita berteriak mengelu-elukan dirinya.

Penonton akan semakin menggila ketika Aslan mulai menyeringai. Itu adalah tanda ketika ia akan menghabisi lawannya dan menyelesaikan pertarungan tersebut. Meski dengan wajah yang sudah dihiasi oleh bulir-bulir keringat dan luka pada sudut bibir dan pelipisnya, nyatanya pesona ketampanan Aslan semakin membuat kaum hawa tergila-gila dan semakin berteriak mengelu-elukan dirinya.

Sementara itu, di sisi lain dari arena tempat Aslan bersiap menghabisi lawannya. Dua orang Bandar yang mempertaruhkan pertandingan tersebut berdiri tegang menyaksikan pertandingan tersebut.

"Si Aslan emang ngga ada matinya," ujar seseorang yang berdiri di sebelah Bandar yang jadi penyelenggara tinju ilegal tersebut.

"Berkat dia, tempat gue jadi rame terus," sahut Bandar tersebut.

Mata Bandar yang menjadi tuan rumah pertarungan dua jawara itu berbinar-binar ketika ia melihat Aslan yang mulai kembali menyerang lawannya.

----

Di dalam mobil yang sedang berjalan melintasi kepadatan lalu lintas kota New York, Nadia kembali membacakan jadwal kegiatan yang harus didatangi oleh Leon. Sambil duduk di sebelah Nadia, Leon mendengarkan jadwal yang sudah disusun oleh Nadia dengan wajah dingin tidak peduli dan tatapan mata yang hanya tertuju pada layar ponselnya.

"Did you listen what I thought to you?" tanya Nadia yang merasa diabaikan oleh Leon.

"Hmmm," gumam Leon tanpa mengalihkan perhatian dari layar ponselnya.

Nadia menghela napasnya dan mengetes Leon. "Kita bakal ketemu siapa pas makan malam nanti?"

Leon akhirnya mengangkat wajah dari layar ponselnya dan menatap Nadia. "We meet Mr and Mrs Widjaya. Mereka calon mitra kita di Jakarta nanti, kan?"

Nadia kembali menghela napasnya. "Gue pikir lu ngga dengerin."

"Gue denger, kok. Semua omongan dari mulut lu yang kaya orang lagi siaran radio itu." Leon lalu kembali mengalihkan perhatian pada layar ponselnya.

Nadia hanya berdecak pelan mendengarkan ucapan Leon. Bukan pertama kalinya Leon menyebutnya penyiar radio ketika ia membacakan jadwal kegiatan Leon yang seakan tidak ada habisnya. Dari pagi hingga malam jadwal kegiatan Leon diisi dengan pertemuan-pertemuan dan rapat-rapat bersama dengan para Investor yang menawarkan kerjasama pada perusahaan telekomunikasi milik keluarganya.

"Lu mau lanjut denger siaran radio, ngga?" tanya Nadia.

"Go ahead. Biar suasana di dalam mobil ini ngga sepi," sahut Leon tanpa menoleh pada Nadia.

Nadia melirik kesal pada Leon dan kembali membacakan jadwal kegiatannya sampai malam nanti.

-----

"Tiga."

"Dua."

"Satu."

Wasit membentuk tanda silang dengan tangannya. Tanda bahwa lawan Aslan sudah tidak sanggup berdiri lagi.

Seketika penonton bersorak. Wasit sudah memberikan tanda bahwa lawan Aslan sudah kalah. Ia kemudian meraih tangan Aslan dan langsung mengangkatnya ke udara. Penonton kembali meneriakkan nama Aslan.

Aslan tersenyum lebar sembari memukul-mukul badannya. Bandar yang menjadi penyelenggara acara tersebut ikut tertawa lebar. Sekali lagi Aslan membuatnya kembali meraih keuntungan. Ia menatap Aslan yang masih merayakan kemenangannya untuk yang kesekian kalinya.

Sementara Bandar lain yang menelan kekalahan hanya memandang sinis ke arah Aslan yang kembali memenangkan pertandingan sambil membuang puntung rokoknya. Ia menginjak puntung rokoknya yang masih menyala dan berjalan pergi meninggalkan arena tersebut.

Selesai dengan selebrasi kemenangannya, Aslan segera keluar dari arena dan mendatangi Bandar yang bertaruh untuknya. Bandar itu tersenyum ketika Aslan berdiri di depannya. "Lu emang ngga pernah mengecewakan."

Aslan mengangkat sudut bibirnya sembari berdecak pelan. "Udah, ngga usah banyak omong. Mana bagian gue?" ia menengadahkan tangannya pada Bandar tersebut.

Bandar itu menyeringai pada Aslan sembari menghitung uang yang ada di tangannya. Ia kemudian memberikan seperempat dari penghasilannya malam itu kepada Aslan.

Aslan tersenyum menerima uang tersebut. "Kapan ada pertandingan lagi?"

Bandar yang ada di hadapannya tertawa. "Santai dulu, Lan. Baru juga menang. Jangan serakah gitu, lah. Kasih kesempatan dulu buat yang lain."

Aslan tertawa mendengar ucapan Bandar tersebut. "Ngga usah sok gitu, lah, Bang. Gue tau, lu lebih untung kalo gue yang berantem. Ngaku lu?"

"Iya emang lebih untung kalo lu yang berantem. Tapi, lu itu aset gue. Kalo lu keseringan tampil, yang ada nanti lama-lama ngga ada yang mau pasang taruhan sama gue. Aset terbaik harus dijaga dengan baik juga," ujar Bandar tersebut sambil menepuk lengan Aslan. "Badan lu juga harus dijaga."

Aslan kembali tertawa mendengar ucapan Bandar tersebut. "Ya udah, gue pulang dulu."

Seseorang berperawakan kurus tiba-tiba berlari menghampiri Bandar tersebut dan Aslan. "Gawat, Bang."

Bandar itu menoleh. "Gawat kenapa?"

"Polisi udah tau tempat ini," seru pria kurus tersebut. "Mereka lagi di jalan mau ke sini."

Tiba-tiba terdengar suara sirine mobil patroli Polisi dari kejauhan dan semakin lama semakin mendekat. Sontak orang-orang yang ada di arena tersebut berhamburan untuk melarikan diri. Tidak terkecuali dengan Aslan. Sambil mengenakan jaket jeansnya, Aslan berlari ke arah motor trail miliknya. Ia segera naik ke atas motornya dan segera mengenakan helmnya. Sedetik kemudian, Aslan sudah memacu motornya meninggalkan arena tersebut.

-----

"Knock, knock," seru Nadia ketika ia melihat Leon yang tiba-tiba terdiam.

Leon langsung terkesiap dan menoleh pada Nadia. "What?"

"I need your sign," ujar Nadia. "Here." Ia menunjuk pada kolom dimana Leon harus membubuhkan tanda tangannya.

"Oh, sure." Leon langsung meraih ballpoint berwarna hitam dengan ukiran kepala singa pada bagian penutupnya. Ia kemudian membubuhkan tanda tangannya pada bagian yang ditunjuk Nadia.

"Kayanya lu butuh sedikit liburan," seru Nadia setelah Leon membubuhkan tanda tangannya.

Leon menggeleng sambil menutup dokumen yang baru saja ia tanda tangani dan memberikannya kembali pada Nadia. "Belum waktunya kita mikirin liburan. Target tahun ini belum tercapai."

Nadia memutar bola matanya. "Lu selalu bilang begitu dari tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya. Gue heran, target apa yang lagi lu kejar."

Leon melirik dingin pada Nadia. "Jangan banyak omong. Kerja yang bener."

Nadia sedikit memanyunkan bibirnya, lalu berjalan pergi meninggalkan Leon di ruangannya. "Padahal dia sendiri yang tiba-tiba bengong," gerutunya sembari menutup pintu ruangan Leon.

-----

Motor yang dikendarai Aslan akhirnya tiba di kawasan pesisir Utara Jakarta. Ia memarkirkan motornya di pinggir pantai dan berjalan ke arah dermaga kayu yang menjorok ke tengah laut. Malam sudah larut dan air laut mulai pasang. Namun lampu-lampu di rumah yang ada di perkampungan Nelayan masih menyala. Kehidupan mereka baru akan dimulai.

Aslan duduk di ujung dermaga dan mengeluarkan sebungkus rokok dari saku jaketnya yang sudah belel. Sambil menikmati semilir angin laut yang dingin menusuk luka di ujung bibir dan pelipisnya, Aslan menghirup dalam rokoknya. Sembari menghembuskan asap rokoknya, mata Aslan memandang jauh ke ujung lautan, seolah sedang bertatap muka dengan seseorang yang entah ada di mana.

*****

Don't forget to follow my Instagram Account pearl_amethys

and my Spotify Account pearlamethys untuk playlist yang berisi musik yang saya putar selama menulis cerita ini.

Karya asli hanya tersedia di platform Webnovel.

Você também pode gostar

DEWASA: Cita, Cinta dan Perselingkuhan.

Sinopsis Cerita 18+ yaa.. Bocah nyingkir dulu. Masa SMAku sudah diujung tanduk. Tinggal menghitung hari saja menjelang tamat. Melihat teman-teman sepermainan kini sudah mulai terasa jauh. Teman-teman yang dulunya setara denganku, tiba-tiba sudah berada di level yang berbeda. Omongan mereka praktis tidak lepas dari kuliah, kuliah dan kuliah. Setiap kali aku menyamperi teman-teman, dimana saja di setiap sudut sekolah, pasti ada saja yang menanyakan soal dimana aku akan kuliah. Cuma bisa aku jawab, "belum tau lagi. Lihat nanti saja." Ekonomi keluargaku terlalu sulit. Tidak mungkin rasanya bisa kuliah. Adikku saja bertiga, dan masih sekolah semuanya. Mamakku bekerja serabutan saja ke ladang orang yang digaji perhari. Meski begitu, jika hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja, kami tidak pernah kekurangan. Di belakang rumahku ada sawah, ada sungai kecil juga. Sawah itu selalu kami tanam sepanjang tahun. Jadi, kami tidak pernah membeli beras. Kadang kalau tidak ada uang sama sekali, berasnya bisa kami jual sedikit. Sungai kecil di belakang rumah itu juga banyak ikannya, yang aku tangkap pakai perangkap setiap hari. Sementara untuk sayur-sayuran, di belakang rumah kami itu juga banyak ditanam sama Mamakku. Cuma ya yang satu itu yang sulit bagi kami. Memperoleh uang tunai. Aku sebagai anak tertua tentu menyadari juga posisiku. Setelah tamat SMA, harusnya aku bisa membantu Mamakku mencari nafkah untuk keluarga. Hanya saja, posisiku menjadi sulit saat ini, karena aku memiliki pacar yang terus mendesakku untuk kuliah. Dia bahkan manawarkan uang tabungannya untuk aku pinjam, agar aku tetap bisa melanjutkan pendidikan sampai ke Perguruan Tinggi. Apakah Cinta tulus ini bisa bertahan sampai akhir...???

Alan_caz13 · Realista
Classificações insuficientes
5 Chs

THE POWER IN YOU - SMA SELAMAT PAGI INDONESIA

(Remake Cerita On Progres) -TRUE STORY- Aku tidak bisa memilih aku dilahirkan dimana, tetapai keadaanlah yang membuatku protes kepada Tuhan. Mengapa Tuhan aku dilahirkan dirahim orang yang miskin. ketika kusudah goyah dengan kehidupan ini, hanya satu yang bisa membuatku bertahan. "KELUARGAKU" Mereka selalu menyemangatiku dengan berbagai hal, termasuk sebuah kata-kata mutiara darinya. "Kita tidak akan pernah tau kita dilahirkan dimana, menjadi apa, kondisi yang seperti apa, tetapi kita semua memiliki kesempatan untuk merubah itu semua. karena semua pilihan ada digenggaman tanganmu. Because The Choice Is Yours" ------------ Ini adalah sebuah kisah nyata dari dari anak kacung, dekil, kurang pergaulan, hingga menjadi orang yang bernilai. Ya dia adalah Bayu yang telah temukan sebuah talenta dan juga Gift didalam dirinya. The Power In You ----------- SMA Selamat Pagi Indonesia Adalah sebuah sekolah gratis yang di peruntunkan untuk anak-anak yatim-piatu dan kurang mampu dari seluruh Indonesia. Dimana sekolah ini memiliki keunikan sendiri dari sekolah Lainnya. Memiliki laboratorium Kewirausahaan terbesar di Indonesia dengan nama Transformer Center. Sekolah ini bertempatkan di Jl. Pandanrejo No. 002 Kec. Bumiaji Batu. ---------- #Mohon maaf kalau ada sedikit garam,merica,dan cabai dalam setiap Chapter# Thanks guys for reading this story I hope You always fine and enjoyed with the story I will tell you something You are the Best.

1996Tama · Realista
4.9
10 Chs

Dzikir Cinta

"Neng, Aa boleh cium tangannya?" Asiyah mengangkat dagu perlahan, memindahkan pandangannya dari kancing baju dada suaminya menuju wajah sang suami. Pandangan mata mereka beradu, Asiyah tersipu, Salman tersenyum malu-malu. Perlahan tapi pasti Salman menggerakkan kedua tangannya yang gemetar, mengangkat lembut kedua tangan mungil istrinya yang terasa dingin. Salman mencium kedua tangan putih itu, mengecup dengan penuh cinta dan kasih, ia memindahkan kedua tangan Asiyah ke dadanya dengan masih mendekapnya dengan sebelah tangan saja. Tangan kanan Salman naik keatas ubun-ubun istrinya, Salman mulai berdoa dengan menengadahkan tangan kirinya yang masih menekan kedua tangan Asiyah didadanya. Salman berdoa khusyuk dan pelan, memohon keberkahan atas istri yang sudah Allah berikan kepadanya. "Hari ini, Aa sudah sah menjadi suami kamu, doain Aa semoga selalu bisa mendampingi kamu sampai akhirnya kita berjumpa di Jannah Allah nanti ya, kalaupun andai akhirnya maut yang memisahkan kita, Aa gak akan melarang kamu buat nikah lagi ya. Karena Aa sayang kamu karena Allah" Assalamu 'alaikum Jazakumullahu khoir untuk para pembaca Di next novel ini akan bercerita tentang pemeran utama Asiyah Abdullah yang terpaksa bercerai dengan suaminya yang soelh karena sesuatu. Akankah ia mendapatkan jodoh yang lebih baik dari Allah? Nantikan lanjutan kisahnya ya. Novelnya sudah selesai, akan di posting part demi part karena beberapa bagian masih proses revisi sedikit. Jazakumullahu khoiron 

RirinPutriAbdullah · Realista
5.0
22 Chs
Índice
Volume 1
Volume 2 :A New Life

Avaliações

  • Taxa Geral
  • Qualidade de Escrita
  • Atualizando a estabilidade
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo
Opiniões
Gostava
Mais recente
Rendra_Harris_2900
Rendra_Harris_2900Lv3
angrytangerine
angrytangerineLv3

APOIO