“Jangan pernah berharap kamu akan betah tinggal di rumah ini. Aku akan membuat rumah ini menjadi neraka terakhirmu. Aku tidak terima ibumu menikahi ayahku! Belum kering pemakaman Mamiku, dengan mudah ibumu masuk kedalam rumah ini hanya ingin mendapatkan harta instan milik ayahku, benar begitu bukan?” Cerocos Igho tak menerima Alyn menginjakan kakinya di kediaman Manaf Brawijaya. Memang sangat menyesakan hati Alyn, namun ia hanya bisa menelan setitik air liurnya untuk membasahi kerongkongannya yang kesat. Ia berusaha menerima dengan lapang dada semua penghinaan dan tuduhan salah itu, hanya demi membahagiakan ibunya. Meski dalam hati, Alyn harus mengubur jauh perasaan yang tersimpan atas ketertarikannya pada Igho selama ia berada dalam satu kampus dengan pria itu. Alyn bertekad untuk mengubah sikap angkuh Igho, dan ia ingin Igho bisa menerima Ibunya di tempat itu, karena dengan begitu Ibu Alyn yang mengidap penyakit berat bisa mengikuti berbagai terapi di bawah pengawasan Manaf Brawijaya. Apakah Alyn bisa bertahan melihat orang yang ia sukai terus menghina dan menuduhnya yang macam-macam? Apakah Alyn berhasil meluluhkan hati Igho yang penuh dengan kekecewaan? Semua terjadi hanya karena dosa lama sang orang tua yang berbuah menjadi sebuah karma.