webnovel

Gibranku

Urbain
Actuel · 99.6K Affichage
  • 398 Shc
    Contenu
  • 5.0
    27 audimat
  • NO.200+
    SOUTIEN
Synopsis

Kegagalan cinta membuat Gibran harus lebih berhati-hati untuk memilih perempuan. Hati Gibran seolah sudah lelah mengenal nama cinta, telinganya mendadak bosan mendengar kata cinta dari mulut seseorang. "Kanaya, kamu selalu ada dihatiku." Apakah salah jika Gibran tidak mencintai seseorang, selain dia? Dia, yang masih bertahta kuat di pikiran Gibran. Perempuan yang membuat Gibran tidak ingin mengenal lagi yang namanya cinta dari orang lain. Gibran harus berjuang kuat melupakan perempuan yang masih mengikat kuat di pikiranya. Semua hal tentang dia, pasti Gibran sangat menyukainya.

Étiquettes
2 étiquettes
Chapter 1Pertemuan

Sudah menjadi kebiasaan bagi Gibran pagi-pagi harus berangkat ke kantor. Ia hidup sebatang kara tanpa orang tua. Orang tuanya sudah meninggal sejak Gibran masih kecil. Ibu Gibran meninggal saat Gibran berusia 5 tahun. Sedangkan Ayahnya meninggal saat Gibran berusia 15 tahun.

Kehidupan Gibran tidaklah mudah, ia harus berjuang sendirian sejak ia berusia 15 tahun. Gibran harus mencari makan sejak ia masih kecil, soal pekerjaan sudah menjadi kebiasaan sehari-hari Gibran.

Gibran merupakan laki-laki yang pandai sejak kecil, juara satu atau dua sudah ia nikmati sepanjang hidupnya.

Gibran sekarang sudah berusia 25 tahun, ia menjadi wakil direktur di sebuah perusahaan ternama di Jakarta. Banyak perusahaan yang mengetahui kepintaran Gibran dalam berbisnis. Banyak perusahaan yang tertarik dengan cara kerja Gibran yang selalu membuat perusahaan semakin maju dan sukses.

Kalau saja Gibran punya banyak uang untuk membangun perusahaan, tentu ia sudah berjaya sekarang, tetapi kendala Gibran saat ini adalah modal. Gibran harus berjuang keras untuk hidupnya sehari-hari. Hidup Gibran saat ini memang sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Dulu ia hanya makan sehari satu kali. Namun, sekarang ia bisa menikmati hasil jeri payahnya yang sudah membuahkan hasil.

Paras Gibran yang tampan membuat Gibran menjadi pria idaman di kantor. Badan tinggi tegap, kulit putih, tampilan selalu rapi membuat para pekerja wanita di kantor seolah di hipnotis karenanya.

"Selamat pagi," sapa Gibran saat baru masuk kantor dengan para sesama kerjanya.

"Selamat pagi," balas mereka serempak.

Gibran melangkah cepat untuk masuk kantor. Ia pagi ini sedikit terlambat dari biasanya, pasalnya laki-laki itu tidak pernah terlambat datang ke kantor karena pagi tadi jalanan begitu macet membuatnya harus bersabar untuk mencapai kantor.

Gibran duduk di ruanganya dengan tatapan tegas dan serius. Tidak ada yang berani menganggunya jika posisi Gibran sedang seperti ini. Laki-laki itu tengah tenggelam dalam tugas yang ada di hadapanya.

"Gibran, tolong ke ruangan saya!" Pinta sang pemilik kantor dengan tegas.

"Baik, Pak."

Gibran segera berdiri untuk menuju ruangan Pak Abraham. Pak Abraham adalah pemilik kantor yang selalu bersikap tegas kepada semua karyawanya. Pak Abraham sangat di kenal keras, ia tidak suka pekerja yang bertele-tele, alias lelet. Begitu juga jiwa yang di miliki Gibran, ia tidak suka sesuatu yang tidak pada tempatnya. Gibran juga tidak suka sesuatu yang dilakukan dengan bertele-tele, persis dengan apa tidak di sukai Pak Abraham.

"Gibran, bulan ini omset cukup melambung tinggi. Aku suka sekali cara kerja kamu. Aku memutuskan buat menaikkan gaji kamu," ujar Pak Abraham.

"Pak! Sungguh? Terimakasih, Pak," balas Gibran.

"Iya, Gibran." Pak Abraham menepuk-nepuk pundak Gibran dengan pelan.

Gibran melangkah keluar dengan rasa bahagia yang tidak bisa ia jabarkan lagi. Gibran keluar kantor untuk mencari makanan sesuai permintaan Pak Abraham. Pak Abraham menyuruh Gibran membeli makanan untuknya. Sebenarnya ada banyak OB, tetapi Gibran yang ingin keluar untuk membeli makanan itu sendiri.

Di tempat makan itu ada seorang wanita tua yang sering Gibran temui, Pak Abraham juga mengenal wanita tua itu cukup baik. Jadi, Gibran selalu ingin ke sana sendiri saat Pak Abraham menginginkan makanan. Gibran hanya ingin meringankan beban wanita tua itu.

Gibran sudah sampai di sebuah warung kecil di kota Jakarta. Ia segera masuk dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

"Bu ... gado-gado dua," ujar Gibran dengan senang.

"Eh, Nak Gibran. Mau di bungkus atau dimakan disini?" tanya Ibu Aminah dengan senang.

"Dibungkus, Bu. Lagi ada perlu, lain waktu saya makan di sini, Bu," kata Gibran tidak ingin membuat Ibu Aminah sedih.

"Iya, Nak Gibran. Ibu tau kamu sibuk," balas Ibu Aminah memahami.

****

Setelah selesai dari warung Ibu Aminah, Gibran segera pergi menuju tempat foto copy-an. Gibran membawa dua bungkus gado-gado dari warung Ibu Aminah yang ia letakkan di bagian mobil depan.

Gibran melihat tempat foto copy-an itu sangat penuh antrian, ia jadi ragu untuk foto copy di tempat itu. Gibran memilih mencari tempat lain saja, yaitu didekat rumah sakit.

Gibran bernafas lega saat melihat tempat foto copy-an itu hanya ada dua orang saja. Gibran memutuskan untuk memarkirkan mobilnya terlebih dahulu, lalu ia turun untuk menuju tempat foto copy-an.

Ini baru pertama kalinya Gibran foto copy di tempat lain, selain tempat langganannya tadi. Gibran berharap foto copyan disini memuaskan.

Kini giliran Gibran saat antrian dua orang itu sudah pergi.

"Mas ---," perempuan itu langsung terdiam saat melihat orang yang ada di hadapannya.

Gibran merasa membeku di tempat, ia merasakan bibirnya keluh. Tatapannya hanya tertuju dengan perempuan yang tengah ada di hadapnya.

"Gi -- Gi -- Gibran." Perempuan itu menyebut nama Gibran dengan susah payah.

"Kanaya," sahut Gibran.

"Mau, foto copy apa?" Tanya Kanaya berusaha menghilangkan kecanggungan di antara mereka.

"Ini." Gibran menyodorkan kertas yang perlu di foto copy.

"Berapa lembar?" tanya Kanaya.

"10."

Keduanya lalu sama-sama terdiam. Hanya terdengar suara mesin foto copy yang menemani mereka.

"Ini sudah." Kanaya meletakkan kertas itu di meja etalase.

"Berapa?"

"Lima ribu," balas Kanaya.

Gibran berusaha mencari uang yang pas agar bisa cepat pergi dari tempat tersebut, nyatanya alam berkata lain. Ia hanya punya uang 50 ribuan di dompetnya, dengan terpaksa Gibran memberikan yang ada.

"Sebentar." Kanaya berusaha mencari kembalian untuk Gibran. Namun, uangnya hanya ada Rp.20.000. Kanaya berusaha mencari di tasnya juga agar mendapat kembalian yang cukup tetapi ia juga tidak memilikinya.

"Gibran, aku tukar uang dulu nggak papa ya? Soalnya kembalianya kurang," ujar Kanaya dengan malu.

"Kurang berapa sih?" tanya Gibran.

"Kurang 20.000," balas Kanaya.

"Udah nggak papa. Itu aja mana?" balas Gibran mulai tak santai.

"Bentar kok."

"Nggak usah, Nay," kekuh Gibran. Pasalnya laki-laki itu tidak ingin lama-lama di tempat itu.

"Aduh, aku nggak enak. Nanti kamu pulang kerja kesini lagi aja, pasti sudah ada uangnya," kata Kanaya.

"Kamu kasih nggak uangnya? Kalau nggak aku pergi." Gibran mulai gerah dengan sikap Kanaya.

"Iya, iya. Masih banget nggak sabaran, nggak suka bertele-tele, apa-apa harus cepat gitu," gerutu Kanaya.

"Nay, masih lama nggak?"

Kanaya segera mengambil uang 20.000 itu untuk ia sodorkan pada Gibran. Gibran langsung melenggang pergi dari hadapan Kanaya yang masih memandang kepergiannya.

Kanaya merasa terpesona lagi seperti dulu. Iya, dulu saat mereka masih berhubungan dekat. Sudah hampir tiga tahun Kanaya tidak bertemu Gibran, dan hari ini mereka bertemu lagi.

BACA TERUS KISAH GIBRAN

NANTIKAN PART SELANJUTNYA

SEE YOU

SALAM

NUR KHUSNA.

Vous aimerez aussi

Mr. A

Baca aja dulu. Kalo suka kasih apresiasinya. Support. Perjalanan seorang master yang terlahir dari keluarga kaya. Perjalanan yang tak mudah bahkan tak habis dipikir, kenapa itu terjadi. Perjalanan tragedi, perjalanan tangis, perjalanan persaudaraan, perjalanan persahabatan, perjalanan pengkhianatan, perjalanan perang, dan tak akan lepas dari perjalanan cinta sebagai bumbu romansa. Namun, semua takdir dan perjalanan hidup sudah dituliskan oleh sang pencipta. Apakah masalah ini akan terselesaikan ketika kehadiran seseorang menjadi sumber kelemahan? Masihkah tersimpan rasa? ........ Setelah dikhianati oleh cinta pertamanya. Kehidupan A berubah total. Dari yang dulunya sangat baik berubah menjadi sosok yang tidak peduli terhadap orang lain, sama sekali. Namun, kedatangan seorang gadis bernama Jie membuatnya kembali mengecap rasa cinta. Ia perlahan mencintai Jie. Tiba dimana sesuatu hal yang tidak diduga terjadi, yaitu A ditembak seseorang dan itu membuatnya koma selama berbulan-bulan. Dua tahun kemudian ... Bukannya tambah membaik, A semakin menjadi-jadi kala ia membentuk sebuah kelompak geng motor yang bernama Agandara. Bukan hal semata A membentuk geng motor tersebut, melainkan demi kesenangannya. A mengalami frustasi ketika orang yang ia cintai malah meninggalkannya tanpa alasan dan memilih oranglain. Ya, Jie meninggalkannya. A berusaha mencari alasan kenapa gadisnya itu meninggalkannya, tapi setiap kali ia mendekati Jie, gadis itu selalu menghindarinya. Ia pikir setelah bangun dari koma yang ia lihat adalah wajah Jie. Memang yang ia lihat saat itu adalah wajah Jie, tapi bersama lelaki lain. Lihat, ia kembali dikhianati. Ia juga bingung, dengan keadaan hidupnya yang semakin hancur. Cintanya hancur. Mulai saat itu, A bertekad memecahkan teka-teki kehidupannya. Terlebih alasan kenapa Jie meninggalkannya. "Ya, aku bisa kehilangan cinta pertamaku, tapi tidak dengan yang satu ini. Aku akan mendapatkanmu, Jie. Pasti." Hai! Jangan lupa tambah collection juga. Beri power stone sebanyak-banyaknya dan jangan lupa review kalian agar cerita ini banyak yang suka.

Widhi_7581 · Urbain
Pas assez d’évaluations
216 Chs
Table des matières
Volume 1

audimat

  • Tarif global
  • Qualité de l’écriture
  • Mise à jour de la stabilité
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte mondial
Critiques
Aimé
Nouveau

SOUTIEN