[Sedang Direvisi] Mereka sudah lama saling mengenal. Selama delapan tahun, mereka adalah seorang teman baik, dan selama dua belas tahun mereka adalah pasangan kekasih. Dua dekade telah mereka lewati. Delapan tahun, orang-orang mengagumi keakraban mereka; lima tahun adalah kutukan; dua tahun adalah keindahan; dan selebihnya, kutukan lima tahun yang lalu kembali seperti hal manis yang membuat mereka memahami banyak hal. Lima tahun. Pada awal hubungan mereka, Ai Zhiyi bertahan dan meninggalkan harga dirinya, begitupun dengan kekasihnya, Chu Weixu. Ai Zhiyi adalah pemuda biasa yang menjalin hubunga dengan seseorang karena sebuah keberuntungan. Sementara itu, Chu Weixu adalah pemuda kaya, terhormat, dan bermartabat, yang menjalin hubungan dengannya karena nasib. Ai Zhiyi hanya terlalu betah dengan kisah percintaan mereka yang membosankan ini, sehingga ia menjadi keras kepala. Mungkin saja dia juga sedang terjebak, sehingga membuat waktunya terbagi dalam tiga masa yang berbeda. Chu Weixu mencintainya, tetapi dia dan juga keluarganya adalah dua hal yang sangat bertolak belakang. Namun, pada akhirnya waktu yang menjawab semua kerumitan pada hubungan mereka. Chu Weixu, "Jika kau memandang laut, luas, bukan? Tapi, jika kau membandingkannya dengan cintaku, itu bukan apa-apa." Ai Zhiyi, "Kau sangat pandai merayuku." Chu Weixu, "Bagimu, itu terdengar aku sedang merayumu, tapi tidak. Itu sebenarnya apa yang aku rasakan dari lubuk hatiku. Aku mencintaimu sampai mati." ------------------------ Sampul milik sendiri. - Novel ini adalah DRAMA dan memiliki alur yang sangat lambat, jadi mohon bersabar. - Kekerasan/pemerkosaan, tapi tidak rinci/intens. - Terkesan lebay. - Bahasa yang digunakan "baku dan sangat kaku" karena saya menerjemahkannya tanpa diedit terlalu serius. LOL Desember, 2020 ------------------------
Di kelas musik.
Para siswa memainkan biolanya dengan gembira, menunjukkan kepiawaiannya saat menekan not-not pada fingerboard eboni. Jari-jari mereka dengan terampil menggilir senar untuk menghasilkan simfoni orkestra yang indah.
Orang-orang yang melewati aula tidak bisa untuk tidak melirik sambil tersenyum begitu musik dimainkan.
Alunan nada terdengar riang, membenamkan suasana dalam kegembiraan. Seolah-olah angin juga menghasilkan lagu-lagu indah diikuti kicauan burung di balik jendela.
Setelah menyelesaikan tangga nada terakhir, hening sejenak, yang segera digantikan oleh tepuk tangan meriah.
Di depan para siswa, Ai Zhiyi sedang duduk sambil tersenyum, menatap mereka dengan mata berkaca-kaca. Kepuasan diam-diam memenuhi hatinya seolah-olah dia kehilangan kata-kata pujian.
Ai Zhiyi memandang mereka semua dengan bangga dan hampir menangis.
Bagaimana bisa? Dua bulan kemudian akan diadakan pertunjukan musik pada hari wisuda. Kepala meminta Ai Zhiyi untuk memainkan lagu "Kebahagiaan"' bersama para siswa sebagai persembahan, yang memiliki tangga nada yang sulit; bahkan Ai Zhiyi nyaris tidak menguasainya.
Namun, dengan kerja keras selama tiga minggu, akhirnya Ai Zhiyi mampu membawakan musik dengan sempurna.
Namun yang membuatnya bangga adalah mengetahui murid-muridnya bisa mempelajarinya hanya dalam waktu sebulan, Ai Zhiyi tidak pernah tersentuh seperti sekarang.
Dari usia enam belas hingga tujuh belas tahun, Ai Zhiyi mengakui bakat musik murid-muridnya sangat bagus. Dia bersinar dengan mantap sambil menyeka matanya.
Ai Zhiyi telah bekerja di tempat ini selama tiga tahun, dan para siswa sangat mengaguminya. Selain baik hati dan mudah bergaul, dia juga pandai menjelaskan pelajaran musik.
Dia memiliki perawakan yang halus dan lembut dan terlihat sangat sopan dan ramah, membuat orang cenderung tidak membencinya.
Dia tampan dan memiliki bulu mata panjang dengan alis tipis. Orang sering menganggapnya sebagai pria tampan di kelas musik, bahkan siswa memujinya dengan 'cantik', 'berdedikasi', dan 'menyihir'—kata-kata yang terdengar feminin untuk pria dewasa seperti Ai Zhiyi.
Begitu kelas usai, dia memasukkan biolanya ke dalam tasnya, sambil berkata, "Kerja bagus. Sampai bertemu lagi minggu depan." Suaranya masih terdengar anggun dengan nada nyaring, dan orang-orang takjub melihat senyuman di akhir kata-katanya.
"Terima kasih, Pak Ai!" para siswa bereaksi dengan antusias sambil mengemasi barang-barang mereka.
Di dekat pintu, seorang wanita dewasa, tinggi, dan cantik sedang menunggu dengan sabar sambil tersenyum dan sepertinya juga menikmati musik.
Wanita itu memiliki fitur wajah yang lembut, cantik dan anggun. Matanya bulat dan cerah tetapi ada ketegasan di dalamnya. Bibirnya manis dan tipis, diwarnai dengan lipstik merah mengkilap. Rambut hitam panjangnya berkilau dan bergelombang tergantung di pundaknya. Begitu dia melihat Ai Zhiyi datang, dia juga langsung berdiri.
Di depan wanita anggun itu, Ai Zhiyi berbicara, "saudari Nian (Nian = ingatan), maaf membuatmu menunggu terlalu lama." Nada suaranya terdengar bersalah.
Wanita yang berdedikasi itu bernama Chu Xinian. Dia menggelengkan kepalanya, menjawab, "Tidak masalah. Aku juga menikmati musiknya."
Ai Zhiyi menyeringai.
Saat mereka berdua berjalan menuruni tangga, Ai Zhiyi bercerita tentang kesulitannya dalam mengajar. Namun, di tengah kata-katanya, sesuatu terlintas di benaknya.
Pada awalnya, dia ingin mengajukan pertanyaan tetapi sesuatu terus menghentikannya, jadi hanya ada keheningan.
Setelah hampir lima menit, Chu Xinian terdengar mendesah lesu. Dia melirik Ai Zhiyi, dan berkata, "Sudah berapa lama aku tidak datang mengunjungimu? Enam bulan? Delapan ... sembilan ... hm, aku lupa. Tapi sudah lama sekali, bukan?"
Ai Zhiyi tersenyum tipis. Dia menurunkan sedikit matanya sambil menerka-nerka, dan menemukan bahwa itu memang sudah cukup lama, sekitar hampir setahun lamanya.
Ai Zhiyi ingin mengajukan pertanyaan kembali, tetapi Chu Xinian pertama-tama memberi tahu alasannya seolah-olah dia bisa membaca pikiran Ai Zhiyi.
"Aku sangat sibuk. Ayah memintaku untuk mengurus beberapa hal karena saudara tertuaku punya urusan lain, jadi aku harus berkontribusi."
Mendengarkan ini, Ai Zhiyi tiba-tiba merasa nostalgia. Berpikir, jika dia tidak melarikan diri dengan kekasihnya, nasib mereka mungkin akan berbeda, dan dia dan kekasihnya tidak akan berakhir di kota ini. Pria yang dicintainya akan menjalankan perusahaan seperti saudara kandungnya, sementara dia akan berada di agensi seperti ibunya.
Tapi dia seharusnya tidak menyesali apa pun selain mengenang kisah-kisahnya yang perlu dikenang, lalu melupakan hal-hal yang memang pantas untuk dilupakan.
Namun, kenyataan yang dia hadapi benar-benar berbeda. Dia bahkan tidak bisa melupakan satu hal pun di masa lalunya, menempel di otaknya seperti kertas dengan lem. Jika dia memaksa untuk melepaskannnya, maka itu akan meninggalkan bekas yang jelek.
"Zhiyi, kau baik-baik saja?" Chu Xinian bertanya dengan khawatir melihat gerak-gerik Ai Zhiyi. Dia berhenti berjalan dan menatap Ai Zhiyi dalam-dalam.
Ai Zhiyi sangat rapuh saat mengingat masa lalunya. Hanya karena dia pandai memanipulasi emosinya, dia bisa dengan santai menjawab, "Tidak apa-apa. Hanya sedikit lelah."
Chu Xinian mengerutkan kening, ragu dengan kata-kata itu. Namun, Ai Zhiyi agak gigih, jadi wanita itu menyerah. Wajah curiga Chu Xinian menjadi tenang, dan dia berbicara, "Kalau begitu, ayo istirahat di restoran yang tidak jauh dari sini. Kudengar makanan di tempat itu enak-enak lho, jadi ayo kita coba."
Menyelesaikan kata-katanya, Chu Xinian meraih lengan Ai Zhiyi dan memaksanya untuk mengikutinya.
Ai Zhiyi berusaha menolak dengan kata-kata, "Tidak, tidak, aku tidak bisa. Weixu akan khawatir jika aku pulang terlambat."
Mendapatkan alasan itu, Chu Xinian tiba-tiba berhenti. Wajahnya tampak muram, tetapi begitu dia menoleh ke arah Ai Zhiyi, wajahnya tiba-tiba menjadi cerah. Dia berkata dengan cemberut, "Kau bisa menghubunginya, kan? Bilang padanya kau akan terlambat. Aku datang jauh-jauh untuk menemuimu, apa kau berniat untuk meninggalkanku sendirian?"
---
Catatan: Xinian ditulis dengan karakter yang sama dengan "tahun-tahun sebelumnya", tetapi ketika Xiaoiyi memanggilnya "Nian", dia suka mengubah nadanya.