Ku pandangi pepohonan yang ada sepanjang jalan. Meniti berapa banyak jenis pohon yang manikku temui. Bahkan mungkin ribuan pohon dengan jenis yang berbeda. Sekiranya itu bisa mengalihkan pemikiran yang memenuhi otak cantikku ini.
Ku hembuskan nafas perlahan. Mengingat sudah cukup jauh jarak yang ku tempuh dari rumah. Dulu, mungkin perjalanan ini masuk dalam daftar list yang ingin kulakukan. Tapi yang ku rasakan kini sesak memenuhi dada. Huh... Perjalanan yang membawaku ke kehidupan yang baru.
Tepukan dipundakku mengalihkan etensiku dari pepohonan yang sudah berganti sawah. Indah.... Itu yang kupikirkan.
"Ini minum dulu." Katanya. Yang ku balas senyuman singkat. Kualihkan lagi atensiku ke samping. Mendengar helaan nafas dari sosok di sampingku, membuat aku melakukan hal sama.
Hening.
Kuambil roti yang ada dalam tas di pangkuanku. Sesaat ingin ku gigit, aku teringat dia yang ada di sampingku. Ku lihat dia sedang memejamkan mata sambil bersedekap. Ragu untuk membangunkan dia, aku memilih memakan roti yang ada di tanganku. Sesuap dua suap. Aih.... Ternyata ada untungnya aku membawa roti ini. Jaga-jaga rakyatku kelaparan di tengah jalan.
"Kenapa?" Suara itu menghentikan kunyahanku. Ku liat dia memastikan apakah beneran dia yang berbicara.
"Kenapa tadi liat aku?" Ulangnya yang keliatannya mengetahui kebingunganku.
"Oh... Ini." Ku sodorkan roti yang kuambil dari tas dan dia hanya melihatnya dengan alis menyatu.
"Mau Ndak." Lanjutku.
"Oh." Ucapnya sambil menerima roti yang ku ulurkan padanya.
"Terimakasih." Katanya yang ku balas dengan deheman.
*****
Lampu jalan sudah nyala. Matahari pun kembali ke peraduannya. Sejenak ku tatap sang senja yang memukau penikmatnya. Walau terhalang gedung tapi cahayanya tetap mengintip dibalik celah-celah yang ada.
Bus yang kita tumpangi berhenti ke masjid sekitar untuk istirahat dan melaksanakan solat magrib. Sesaat aku masih kelihatan bingung karena memang ini kali pertama aku kesini.
"Yuk turun." Ajaknya.
Aku mengambil mukena yang ada di sampingku. Memang sengaja mukena tidak kumasukkan ke tas besar biar memudahkan bila solat nanti.
Aku mengikuti di belakannya. Hampir sampai di pelataran masjid dia melipat lengan kemeja yang di pakainya.
"Nanti tunggu aja disana." Ucapnya sambil menunjuk kursi yang ada di samping plataran masjid. Aku mengangguki ucapannya. Toh aku hanya mengenalnya disini. Ya... Ku iyain aja kan katimbang aku hilang nyempil di puluhan orang ini.
Usai melaksanakan solat magrib rombongan bus ada yang makan ada pula yang beli oleh-oleh. Ternyata ini tuh tempat yang digunakan untuk istirahat serta solat gitu. Di samping masjid banyak toko oleh-oleh yang menjajakan dagangannya.
Melihat sale pisang rasanya rakyat kecilku meronta-ronta ingin itu. Haish dasar rakyat rakus. Kualihkan pandanganku ke sekitar masjid mencari keberadaan dia. Kulihat dia membawa kantung kresek hitam di kedua tangannya. Menghampiriku dan memberikan bungkusan itu kepadaku. Pas kulihat oallah ternyata makanan. Baik juga ini orang, tau aja aku sedang lapar.
"Dimakan dulu Dil." Ucapnya. Weh, ini aku gak salah denger kan, dia manggil namaku loh. Lahiya baru denger aku ini.
"Makasih." Ucapku yang dibalas anggukan olehnya.
Kita makan dalam diam. Setelah selesai dia membuang bekas kami ke tempat sampah yang ada di samping kanannya.
"Melihat apa?" Tanyanya.
"Sale pisang." Jawabku.
"Mau beli?"
"Boleh?" Tanyaku memastikan.
Dia mengangguk. "Ayuk." Ajaknya dan berdiri mendahuluiku.
Setelah mengambil beberapa makanan kita menuju kasir dan di sana aku melihat es krim ku ambillah satu. Dia melihatku dan bergeleng pelan. Lah kenapa coba?
Ternyata dia yang membayar semua. Baiknya ya ampun.
Kita kembali ke bus karna sebentar lagi kita melanjutkan perjalanan. Aku masuk terlebih dahulu disusul dia dibelakang ku. Setelah dirasa semua sudah masuk bus meninggalkan pelataran parkir.
"Kira-kira sampe jam berapa?" Tanyaku sambil melihatnya.
Dia terlihat kaget dengan ucapanku mungkin.
"Sekitar 2 jam lagi." Jawabnya. Aku mengangguk trus menoleh ke samping. Lampu jalan di kota malam hari memang indah. Berbeda di desaku. Lah jadi rindu rumah.
Alasan aku menyukai jalan kota adalah lampu-lampu yang menyala. Entah kenapa rasanya adem gitu melihatnya. Apalagi kalo aku sedang banyak pikiran. Pasti kalo liat ini serasa plong gitu.
Ku ambil permen di tas. Jangan heran mengapa tasku ada banyak makanan. Aku sangat suka ngemil. Ku buka permennya dan kumasukkan ke mulut biar gak ngantuk. Sayang kalo pemandangan ini ku tinggal tidur.
Sunyi menyergap seisi bus. Mungkin pada tidur. Aku masih tetap memandang keluar. Sesaat kurasakan benda yang menyelimuti tubuhku. Kaget dengan itu, aku menoleh dan melihat raut terkejut dari dia.
"Dingin. Pakailah." Ucapnya.
"Makasih."
Lah iya jaketku ada di tas besar dan itu berarti di bagasi bus ini. Ku pakai jaket pemberiannya dan tercium aroma menenangkan dari jaket tersebut.
Lama kelamaan mataku mulai mengantuk. Mungkin efek kelelahan selama hampir seminggu tanpa henti menyiapkan segala keperluan. Ditambah aroma menenangkan membuat mataku mengantuk.
Tapi aku mencoba tetap terjaga. Bagaimanapun pemandangan lampu-lampu masih menarik perhatianku. Sesaat aku tersadar, jika jaketnya diberikan padaku dia gak pake dong ya. Kulihat dia yang bersedekap dada dengan mata terpejam. Mungkin dia juga sama lelahnya.
Perlahan tapi pasti kantuk menyerang ku dan mataku tertutup. Dan ketika aku masih setengah sadar aku Merakan tubuhku di tarik perlahan ke samping dengan hati-hati. Dan menyandarkan kepalaku ke pundak.
Aku ingin mengubah posisi ke semula tapi rasa kantuk yang teramat dan harum menenangkan membuaiku ke alam mimpi.
****
Aku merasakan gunjangan pada pundak ku dan tepukan di pipiku. Dengan memicingkan mata dan meregangkan otot leher aku melihat sosok dia menepuk pipiku.
"Sudah sampe. Yuk turun. Mukenanya jangan di tinggal." Ucapnya.
Aku bangun dengan sisa kesadaran yang belum full. Mengambil mukena dan beberapa makanan, aku mengikuti dia turun. Ternyata kita paling akhir turunnya.
"Udah bangun mbaknya mas?" Tanya orang tersebut.
"Udah pak." Jawab dia sambil tersenyum dan melenggang ke tempat duduk sekitar.
Aku merasa kikuk dan berpikir apakah aku sudah d bangunin? Sampai-sampai bapak itu tanya ke dia? Aih Dil sifat memalukan ala-ala mu kapan coba berkurang?
"Kita tunggu taksi sebentar." Ucapnya
Aku hanya mengangguk dan duduk di sampingnya. Taksi yang ia pesan sudah sampai dia membantu membawa tasku yang besar dan aku membawa tas yang lumayan kecil.
Sekitar lima belas menit kemudian kita sudah sampai ke tempat yang dituju.
Kehidupan barumu di mulai Dil.....