[TAMAT] 21+ Harap bijak dalam membaca Vol 1* Haruna Azhar, gadis berusia tiga puluh tahun yang telah dikurung oleh seorang Presdir muda yang arogant. Saat pertama kali Haruna bertemu dengan sang Presdir, Haruna telah menyinggung perasaannya. Rupanya itu adalah awal penderitaan yang akan Haruna hadapi. Demi melindungi keluarganya, Haruna rela menjadi jaminan dan tinggal di rumah sang Presdir. Perlahan-lahan, sang Presdir mulai tertarik dan jatuh cinta. Apa Haruna bisa jatuh cinta pada Presdir? Di saat hatinya terus menerus terluka dan disakiti sang Presdir. Mungkinkah cinta dapat tumbuh di hatinya? Vol 2* vol2* Syahera telah membuka hatinya untuk Rendi. Namun, gadis itu tetap menolak ketika diajak menikah. Apa alasannya bisa diterima oleh Rendi? Di saat hubungannya dengan Rendi bermasalah, cinta pertamanya kembali hadir. Kenandra yang kehilangan ingatan, kembali dengan kenangan yang telah pulih. Ia kembali mengejar cinta Syahera. Siapa yang akan dipilih oleh Syasya untuk menjadi pendamping hidup? Simak ceritanya lengkapnya, masih di sini. Follow Instagram penulis @seka.r214 Facebook Sekar Laveina
HARUNA AZHAAR
Haruna Azhaar, gadis berparas cantik, memiliki tubuh langsing. Wajah oval dan mata hitam cerah, senyuman dari bibir sensualnya selalu menarik perhatian para lelaki.
Sesuai namanya, Haruna, yang berarti sesuatu yang mekar di musim semi. Putri angkat dari Kamal Dermawan dan Anggi Ashari. Haruna di adopsi saat berusia sepuluh tahun, dari sebuah panti asuhan di pinggiran kota. Tahun ini ia berusia tiga puluh tahun.
TRISTAN IZHAM PUTRA
Tristan Izham Putra, pria dingin berwajah tampan dan paling tidak suka diremehkan oleh orang lain. Putra kedua pemilik perusahaan 'IZHAM Corporation' itu sangat peduli terhadap kedisiplinan karyawannya.
Satu kali melanggar peraturan saja, maka Tristan pastikan orang itu akan menjadi pengangguran abadi. Bukan hanya dipecat dari perusahaannya, tetapi Tristan akan mengancam perusahaan manapun yang berani mempekerjakan mantan karyawannya. Di tahun ini usianya dua puluh lima tahun.
CRISTIAN IZHAM PUTRA
Cristian Izham Putra, putra pertama pemilik perusahaan 'IZHAM Corporation' sekaligus kakak kandung dari Tristan. Cris bertolak belakang dengan Tristan yang dingin, Cris pribadi yang lebih hangat dan dikenal sebagai pria yang sangat baik. Hanya saja, Cris sulit untuk jatuh cinta setelah ditinggalkan tunangannya.
Cris selalu membantu Haruna secara diam-diam, saat Tristan menindasnya. Usianya yang sebaya dengan Haruna, sehingga mereka lebih nyaman dengan saling memanggil nama.
STEVI AMANDASARI
Stevi Amandasari, wanita ambisius berparas cantik dan pribadinya sangat angkuh. Stevi adalah mantan pacar Tristan saat SMA, sekaligus calon tunangan Tristan.
Stevi menyadari Tristan mulai tertarik dengan Haruna, hingga dengan berbagai cara, Stevi selalu mengusik Haruna. Di usianya yang menginjak dua puluh lima tahun, dia sudah mengambil alih perusahaan ayahnya, perusahaan ketiga terbesar di Asia. Urutan kedua disandang oleh 'IZHAM Corporation'
VIVI INDRIYANI
Vivi Indriyani, saudara angkat yang sama-sama di adopsi oleh Kamal Dermawan dari panti asuhan yang sama. Vivi adalah gadis periang, energik, dan sangat manja terhadap Haruna. Usianya baru dua puluh satu tahun, saat mereka di adopsi, usia mereka terpaut sembilan tahun. Saat itu Haruna berusia sepuluh tahun dan Vivi berusia satu tahun.
Kehidupan Vivi di keluarga Dermawan seperti seorang putri dan sangat dimanja oleh orang tua angkat dan kakak angkatnya, Haruna.
***
Pagi yang cerah di hari senin. Suasana sibuk di rumah Kamal Dermawan begitu terasa. Ya, karena mereka adalah keluarga sederhana yang harus bekerja banting tulang, hanya demi menyambung hidup.
Kamal Dermawan dan Anggi Ashari, mereka tidak bisa mempunyai anak karena Anggi dinyatakan mandul. Kamal begitu mencintai Anggi, sehingga ia sama sekali tidak mempedulikan hal itu. Demi melengkapi keluarga kecilnya, mereka mengadopsi dua anak perempuan. Kamal sengaja tidak merubah dan mengganti nama mereka, agar jika suatu saat orang tua kedua anak itu mencarinya, mereka mudah menemukannya.
Saat Kamal mengadopsinya, kedua anak perempuan itu bernama Haruna Azhaar dan Vivi Indriyani. Haruna akan segera berulang tahun yang ke tiga puluh tahun. Vivi berusia sembilan tahun lebih muda dari Haruna, meski mereka tahu bahwa mereka hanya anak adopsi, tetapi mereka tidak pernah merasa seperti itu. Mereka terlihat bagaikan saudara kandung, karena di keluarga itu dipenuhi oleh cinta dan kasih sayang.
"Haruna, Vivi, ayo sarapan!" panggil Anggi pada kedua anak angkatnya.
Dibalik selimut, Vivi menggeliat malas. Berbeda dengan Haruna, ia sudah berdandan cantik dan berpakaian rapi. Haruna bekerja di Bank swasta di Ibu Kota, ia hanya seorang teller di sana. Kehidupan sederhana mereka, membuat Haruna dan Vivi hanya mengenyam pendidikan sebatas SMA. Beruntung bagi Haruna, karena lulusan sepuluh tahun yang lalu dan masih bisa mencari pekerjaan dengan mudah.
"Vi, bangun. Ayo mandi!" Haruna menarik tangan Vivi supaya bangun, adik angkatnya yang manja dan suka sekali tidur.
"Kakak, Vie masih ngantuk. Lagipula Vie kan baru dipecat, jadi Vie tidak pergi bekerja. Kakak sarapan saja duluan," ucap Vivi dengan mata setengah terbuka, ia menjatuhkan tubuhnya kembali ke ranjang.
Plakk.
"Bangun, dasar pemalas!" Haruna menepuk panggul Vivi.
"Aw, Kakak! Kenapa memukul pinggulku? Nanti kalau pinggulku ini bertambah seksi, terus banyak yang naksir gimana? Kakak bisa tambah susah dapat jodoh, jika aku menikah lebih dulu!" ucap Vivi dengan gaya imut yang dibuat-buat.
"Ya, ya, ya, sekarang bangun dan mandi saja dulu. Kalau tidak kak Ikhsan kamu di bawah itu, bakal jatuh cinta sama Kakak yang sudah cantik dan segar ini," balas Haruna.
"Hah, ada Kak Ikhsan? Kenapa Kakak tidak bilang dari tadi?" Vivi segera beranjak turun dari ranjang dan berlari ke kamar mandi.
Haruna tersenyum geli melihat tingkah Vivi. Sebenarnya Haruna hanya berbohong soal Ikhsan. Ikhsan Ramadhan, pria berusia dua puluh tiga tahun, tinggal di sebelah rumah Kamal seorang diri. Dia bekerja sebagai satpam di sebuah Mall terbesar di Ibu Kota. Dia adalah pria yang ditaksir oleh Vivi, tetapi Ikhsan hanya menganggap Vivi sebagai teman.
" Dibangunin susah sekali, saat mendengar nama Ikhsan saja langsung lari terbirit-birit, haha," ucap Haruna sambil merapikan roknya. Ia sebenarnya tidak suka rok pendek ketat yang dipakainya, tetapi itu adalah seragam Bank tempat ia bekerja. Rok abu-abu itu benar-benar membuat pinggul Haruna terlihat seksi, dan Haruna merasa sangat risih ketika berjalan. Pinggulnya yang bergerak saat berjalan itu, bisa membuat lelaki berpikiran liar.
Setelah merasa sudah rapi, Haruna keluar dari kamarnya dan menghampiri Anggi di dapur.
"Selamat pagi, Ma," sapa Haruna.
"Selamat pagi, Sayang. Vivi mana?" Anggi menatap ke belakang Haruna, karena biasanya Vivi selalu berjalan di belakang Haruna.
"Masih di kamar, Ma," ucap Haruna.
"Selamat pagi, Haruna. Selamat pagi, Ma." Kamal menyapa Haruna dan Anggi, lalu duduk dan menunggu Vivi.
"Pagi, Pa," jawab Haruna.
"Selamat pagi, Papa. Hari ini kedai tutup kan?" Anggi duduk di depan Haruna.
"Ya," jawab Kamal tersenyum.
"Lho, Pa, kenapa tutup?" Haruna belum tahu kenapa Kamal harus menutup kedai makan mereka. Meski hanya kedai makan sederhana, tetapi makanan di kedai itu sangat cocok dengan lidah anak-anak muda jaman sekarang yang suka sesuatu serba pedas. Kedai itu selalu ramai, dari pagi sampai malam hari.
"Bibi Mila meninggal dunia, kamu tahu kan, Sayang." Kamal mengingatkan.
"Oh, ya ampun, Haruna lupa. Kalau begitu Haruna akan mampir melayat kesana sebentar sebelum bekerja."
"Selamat pagi, semua," ucap Vivi yang sudah selesai mandi dan berdandan.
"Bintang utama kita sudah hadir, ayo duduk dan sarapan." Anggi menyendokkan nasi goreng untuk Kamal, lalu Vivi, baru untuk Haruna dan dirinya sendiri. Mereka selalu mewajibkan untuk makan pagi bersama, karena hanya di waktu pagi saja mereka berkumpul. Sore hari biasanya hanya Haruna dan Anggi saja yang di rumah, sebelum Vivi di pecat dari minimarket, tempat ia bekerja sebelumnya.
Mereka sarapan dalam diam, karena menurut Kamal jika makan sambil berbicara itu tidak baik. Karenanya mereka selalu membicarakan sesuatu sebelum makan, saat makan nanti tidak ada lagi yang bicara.
Keluarga bahagia mereka selama ini, selalu membuat iri para tetangga. Bukan iri yang negatif, tetapi mereka iri dengan keharmonisan, ketentraman, kerukunan mereka. Selama ini, tidak ada satu orang tetangga pun yang pernah mendengar keributan di rumah itu.
Mereka tidak tahu, jika badai akan segera datang. Memporak porandakan keluarga harmonis mereka.