Kehadirannya selalu membuat nyawa melayang layaknya sesosok malaikat pencabut nyawa. Padahal sosok hanyalah seekor kelinci. Lebih tepatnya 2 ekor kalau melihatnya dengan indra keenam. Warna hitam dengan nampak yang mengerikan hanya bisa ditangkap mata itu. Pertumpahan darah di mana-mana menyambut kedatangan mereka. Tapi ini bukan perang. Kelinci hitam itu bukan dari dunia nyata. Itu perwujudan sebuah balas dendam seorang gadis yang bernama Lizzie dari masa lalu. Balas dendam yang benar-benar susah untuk dihilangkan dan melakukan berbagai cara supaya dendamnya terpenuhi. Sedangkan kelinci yang dapat dilihat tanpa indra keenam merupakan perwujudan seorang anak laki-laki bernama Thomas dengan tujuan yang sama dengan Lizzie. Ia juga ingin mengetahui keberadaan adiknya yang saat ini sedang tinggal bersama orang yang sudah membunuhnya dengan kejam. Ya, Lizzie dan Thomas sudah mati, dan salah satu diantarnya beruntung bisa berenkarnasi. Akankah mereka bisa memenuhi hasrat dendamnya untuk membunuh orang itu? Atau sebaliknya? Apa mereka akan pergi dengan damai, agar tidak makan korban lagi karena 'kejahilan' kelinci itu? Siapa sebenarnya Lizzie dan Thomas?
Seekor kelinci melompat-lompat di antara puing-puing besi yang terbelah dan berserakan. Mengikuti irama semburan api yang meletup-letup di sekitarnya. Suara jeritan memohon bantuan membuatnya semakin semangat untuk melihat-lihat daerah porak-poranda itu.
Kelinci itu tidak ingat mengapa ia bisa berada di sini. Ia juga merasa tidak seharusnya berada di sini, di dunia ini. Meskipun begitu, ia tetap mengikuti ke mana langkah kakinya pergi.
Ia haus seperti sudah seminggu tidak minum. Membuatnya harus mencari sesuatu yang bisa diteguk di daerah yang panas karena api itu.
Tiba-tiba terdengar suara seperti tetesan air. Ia pun mengikuti arah suara itu dan membawanya ke sebuah pohon besar. Terlihat kumpulan besi remuk yang menempel di pohon itu. Bisa dibilang, benda itu menabrak keras ke arah pohon. Sangat remuk sehingga tidak terlihat lagi bentuk aslinya. Kelinci itu mendekat ke arah sebuah cairan mengalir yang berasal dari besi itu.
Cairan itu tidak terlihat jelas karena api tidak menerangi sampai sana, membuat malam merabuni penglihatannya. Perlahan ia menyentuhkan mulutnya ke cairan yang mulai membentuk genangan itu dan menyicipinya. Ia ketagihan untuk menjilati cairan itu. Mementingkan rasa hausnya dibanding mengetahui apa itu sebenarnya.
Suara berbagai sirine menggema. Bala bantuan akhirnya datang. Kelinci hitam masih tidak mempedulikan keributan itu. Sampai sebuah sorotan lampu senter mengarah kepadanya dan menerangi sebagian kecil daerah itu.
"Hey, lihat!" seru seorang polisi yang memegang senter.
"Apa?" kata rekannya. Lalu ia mengikuti arah pandang rekan kerjanya karena penasaran apa yang membuatnya terlihat kaget.
"Kenapa dengan kelinci hitam itu? Seharusnya kita membantu korban di dalam mobil remuk itu!"
"Iya aku tahu. Tapi lihatlah, hewan itu menjilati darah korban yang mengalir dari sana!"
"Oh astaga!" Ia baru syok setelah memperhatikannya lebih jelas.
Sesudah rasa dahaganya terpenuhi, kelinci itu berbalik badan, memperhatikan kedua polisi yang kaget melihatnya. Saat polisi itu mendekat, ia baru pergi menjauh.
Menghilang di kegelapan tanpa jejak