Alice semakin sulit untuk dilihat. Wujudnya semakin transparan. Cahaya dari lampu jalan yang benderang mulai menemus raganya. Lizzie mulai bangkit ke duduk dan beringsut ke tepi tempat tidur, melawan rasa sakit yang masih terasa di pinggangnya demi meraih dua telapak tangan Alice yang saling menempel itu.
Selain susah untuk dilihat, wujud Alice juga susah untuk digenggam. Walau begitu, Lizzie tetap berusaha untuk menangkup dua tangan kakaknya. Ia membayangkan kalau ia benar-benar sedang menggenggam tangan Alice dan bukan udara kosong.
"Aku sungguh menyesal pada apa yang sudah terjadi padamu, Lizzie. Aku merasa gagal memberikan contoh kakak yang baik untukmu."
Lizzie menggeleng. "Kau sudah melakukan semua hal yang menurutmu terbaik untukku. Dan aku juga selalu berpikir kau tidak pernah mau memberikanku yang terburuk."
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com