webnovel

Tessa!

"Telat 40 menit. Selamat, kau baru saja membuat rekor telat paling lamamu selama ini," sindir Tessa saat seorang pemuda berkacamata datang tergesa-gesa dengan sebuah tas selempang besar.

"Ada urusan tadi," jawab Chip sambil mengatur napasnya kembali. "Ron? Apa yang kau lakukan di sini?" heran Chip saat melihat lelaki berambut cepak yang sedari tadi merangkul Tessa dengan mesranya.

"Ed sakit. Aku tidak tega membiarkan kalian berdua masuk ke tengah hutan. Kekurangan satu orang dalam satu grup sangat berpengaruh, ok," jelas Ron sambil mengelus rambut Tessa.

Chip memutar bola matanya. Ia tahu ucapan Ron tadi hanya bualan belaka. Ron yang terkenal paling pemalas untuk menyusuri hutan sekitar bersama tim itu bisa menjadi rajin jika Tessa setim dengannya. Jadi bukan karena 'tidak tega', tapi karena ada seorang anggota tim Tessa yang sakit.

"Oh ok." Chip memalingkan pandangannya pada kuda-kuda di dalam kandang dan mencari kuda kelabunya. Saat matanya sedang fokus mencarinya, tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya dari belakang dan cukup mengagetkannya.

"Mencari kuda barumu?" Ternyata itu Tessa.

"Ya, apa lagi?" Chip sekali lagi mengedarkan pandangan pada kuda-kuda itu dan mencoba mengingat-ingat seperti apa rupa bentuknya. Sampai matanya terhenti pada seekor kuda di sudut kandang. Kuda berwarna kelabu yang tidak bisa diam. "Di mana Ron?" tanya Chip sambil melangkah mendekati kuda itu.

"Mengambil peta," jawab Tessa yang mengekor di belakang Chip dan berhenti di depan kandang kuda berwarna kelabu itu. "Kenapa dia begitu ketakutan? Ini kudamu kan?" heran Tessa saat melihat kuda itu terus menghentak-hentakkan kakinya dan mencoba berlari ke sana-ke mari di kandang kecil berukuran 3x4 meter itu.

"Mungkin dia belum terbiasa," kata Chip. Matanya tertuju pada sosok yang menyeramkan di atas punggung kuda itu. Sosok lelaki tua berwajah hancur melengkung kedalam karena hantaman keras berkali-kali yang merupakan penghuni kandang kuda.

"Terbiasa dengan... Mr. Gill? Pengurus kandang yang tewas karena hantaman kaki kuda gila itu?" sambar Tessa lambat sambil mengikuti arah pandang Chip. Namun ia tidak melihat apa-apa, hanya aura mencekam yang ia rasa.

Chip mengangguk. Lalu ia menghela napas dan mencoba menenangkan kuda itu. "Tak apa Schonevy. Tenang saja, ada aku di sini." Chip meraih kepala kuda itu dan mengelus-elusnya dengan lembut. "Dia tidak akan melukaimu."

"Schonevy? Nama aneh lagi setelah kudamu yang pensiun itu, Cystesy," keluh Tessa. "Ok, sudah aku putuskan. Aku tidak akan menerima saran namamu untuk anakku dan Ron nanti," ujarnya sambil melipat tangan.

"Apa kau yakin kalau Ron itu pria yang tepat untuk menggantikan ayahnya Jane?" kata Chip memastikan sambil terus memeluk kepala kuda itu dengan penuh kasih sayang. Bisa dibilang seperti inilah cara Chip untuk membentuk ikatan dengan kudanya.

"Ya. Aku yakin, Jane juga sudah menerimanya" Tessa membuka liontin berbentuk persegi panjang yang terkalung di lehernya. Terdapat sebuah foto keluarga. Seorang lelaki berpakaian pilot dan seorang gadis kecil yang duduk dipangkuan Tessa. Terlihat harmonis dan penuh kehangatan yang terpancar dari senyum mereka.

Setelah kudanya cukup tenang karena sosok itu sudah menghilang, Chip memasangkannya tali dan membuka pagar pembatasnya. Ia mengajaknya keluar untuk dipakaikan pelana seperti kudanya Tessa dan Ron yang sudah tertambat di luar kandang. "Aku harap pernikahan kalian nanti lancar."

"Aku harap kau cepat menemukan jodoh yang lebih baik dari Kimberly," balas Tessa sambil tersenyum jahil.

Chip memandangnya datar dengan ucapan yang cukup sensitif itu. Sedangkan Tessa tergelak menanggapinya.

•••

"Sepertinya CCTV bukanlah ide yang bagus, Chip," gumam Tessa. "Di mana benda itu?" Ia mulai kesal lantaran sudah berjam-jam mereka tidak menemukan letak CCTV itu.

"Di sekitar sungai di depan sana kata peta ini," ujar Chip sambil memperhatikan kertas peta itu dengan pencahayaan senter. Sesekali ia merapatkan syal di lehernya dan menggesek-gesekkan kedua tangannya untuk mencari kehangatan. Suhu saat bulan yang semakin meninggi di musim gugur sangat memaksanya untuk berpakaian hangat dengan syal dan sarung tangan.

"Mungkin ada di depan sana," ucap Ron setelah ia melihat petanya. Ia langsung memacu kudanya mendekat ke sungai. Lebih tepatnya, sebuah tebing yang memisahkan 2 daratan dan jauh dibawahnya terdapat sungai. Ron disusul dengan Chip dan Tessa di belakangnya.

"Itu CCTV-nya kan?" tunjuk Tessa pada sebuah benda yang tergantung di sebuah pohon. CCTV dengan lensanya yang sudah pecah karena suatu hantaman.

Chip menghampiri Tessa dengan kudanya. "Iya ini," jawabnya. "Sepertinya ada yang melempar batu ke benda itu," terka Chip.

"Pasti pemburu!" kata Ron yakin.

"Mungkin juga hewan," timpal Tessa.

Saat Ron dan Tessa berdebat tentang siapa yang harus bertanggung jawab itu, tiba-tiba mata Chip menangkap sesuatu yang aneh di depannya. Tepat di dalam gelapnya hutan, tampak sepasang mata merah menyala dengan tatapan tajam mengarah padanya. Karena penasaran, Chip langsung menyoroti sepasang mata itu dengan senternya.

Tapi saat cahaya senter menyorotinya, kedua mata merah itu menghilang entah kemana.

Tidak ada apa-apa di sana.

Perasaan Chip mulai tidak enak. Instingnya berkata kalau ada hal buruk yang akan menimpanya. Saat ia mencoba mencari tahu apa yang akan terjadi, tiba-tiba saja...

"Tenang Vio!"

Terdengar suara Tessa dan kikikan liar seekor kuda. Chip langsung berbalik badan bersama kudanya.

Kuda coklat Tessa dan kuda hitam Ron mulai bertingkah aneh. Kedua hewan tunggangan itu saling menghentakan kaki dan terlihat ketakutan. Tessa dan Ron sibuk menenangi kuda masing-masing. Mereka tidak tahu kalau...

Lizzie duduk di belakang Tessa dan ia mencakar paha kuda itu sambil memegangi ekor kuda Ron. Saat Lizzie sadar kalau Chip sudah melihatnya, ia hanya mengembangkan senyumnya. Senyuman yang sangat lebar seperti ingin menyantapnya dan mencicipi setiap tetes darahnya bagai seorang psikopat.

Ekor kuda Ron akhirnya bisa terbebas dan kuda itu langsung berlari cukup cepat menyusuri pinggir jurang. Bertepatan dengan sosok Lizzie yang menghilang dari belakang Tessa.

Tapi tiba-tiba saja kuda Chip panik dan tidak bisa diam. Ia sudah mengira kalau Lizzie kali ini berada di belakangnya untuk menakut-nakuti kudanya yang masih belum terbiasa itu. Chip segera turun dari pelana dan membiarkan kuda itu berlari entah kemana. Namun Lizzie lagi-lagi menghilang dari belakang kudanya.

"Chip!"

Teriakan Tessa menghentakkannya dan membuatnya menoleh ke depan.

"Cepat turun dari kudamu!" peringat Chip saat tahu kuda Tessa semakin berjalan mundur ke arah jurang karena Lizzie yang muncul di depan kuda itu dan menyudutkannya.

"Kakiku tersangkut!" Tessa berusaha membebaskan kakinya dari pijakan pelana kuda. Ia benar-benar tidak tahu siapa yang sudah mengikat kedua kakinya itu dengan sangat erat.

Chip ingin sekali menghampirinya, tapi Lizzie yang tembus pandang itu menunjukkan tangan kanannya yang mengerikan ke arah Chip--seakan mengancamnya--sambil maju ke depan dan menakuti kuda itu dengan wajah seramnya.

Tapi ia tak habis ide untuk menolongnya. Ia meletakkan tasnya lalu mengeluarkan sebuah senapan dari dalam dan mengarahkan senapan itu ke kuda Tessa. Ia sangat berhati-hati mengarahkannya agar tidak salah sasaran ke Tessa yang sedang berusaha membebaskan kedua kakinya dari tali dengan pisau itu. Senapan langsung meluncurkan sebuah jarum penenang dan tepat tertancap pada leher kuda setelah menembus raga Lizzie. Namun kuda itu masih terus meronta, tidak menunjukkan tanda-tanda melemas karena obat penenang itu. Chip kembali mengarahkan senapannya dan menembaknya berkali-kali. Tapi tetap tidak berpengaruh. Butuh waktu untuk membuat hewan malang itu jatuh.

Tinggal satu meter lagi Tessa dan kudanya bisa terjatuh ke dalam jurang di belakangnya. Chip mulai memberanikan diri dan tidak menghiraukan Lizzie. Saat ia hendak berlari ke arah Tessa, tiba-tiba saja ada yang menghantamnya kuat dari belakang dan membuatnya tersungkur ke depan.

"TESSA!!!"

Tepat saat Tessa jatuh bersama kudanya, Ron datang dan menjatuhkan tubuhnya--setelah sampai di tepi jurang--untuk bisa meraih Tessa.

Tap!

Tangan Tessa akhirnya bisa ia raih. Tapi kaki kanannya masih tersangkut di pelana kuda.

"Aaagh!!" Tessa meringis kesakitan saat kaki kanannya patah karena menahan beban kuda itu. Tubuhnya yang terasa tertarik dari dua arah membuatnya tersiksa.

Kedua otot lengan Ron sangat terlihat jelas. Ia menahan beban tubuh manusia dan kuda yang bisa mencapai 190 kg itu.

Sudah dipastikan Ron juga tersiksa menahan sakit di kedua tangan dan perutnya walau tubuhnya sudah terbentuk seperti binaragawan.

"Ron, lepaskan aku atau kau akan ikut jatuh bersamaku," lirih Tessa. Kuda di bawahnya meronta-ronta, membuat kakinya semakin nyeri dan terasa ingin putus.

"Aku tidak akan melepasmu!" balas Ron.

Tiba-tiba mata Tessa menangkap suatu sosok tepat di sebelah Ron. Sosok mengerikan dengan mulut sobeknya dan benang-benang di pipinya juga leher yang menunjukkan tenggorokannya. Sosok itu tersenyum sambil mengarahkan tangan kanannya yang kering dan tajam ke kepala Ron. Tessa terbelalak saat membayangkan apa yang akan makhluk itu lakukan pada Ron.

"R-Ron! Cepat pergi dari sini!"

"Bodoh! Aku tidak akan pergi tanpamu!" hardik Ron sambil berusaha menarik Tessa. "Chip!! Cepat bantu aku!"

Chip mengeluarkan pistol angin dari sarung pistol yang terpasang di pinggangnya dan langsung menembakkan pelurunya ke arah kepala Lizzie saat ia akan mencelakai Ron.

Dugaannya tepat. Peluru itu tidak menembus kepalanya, melainkan tertancap masuk ke dalam kepalanya.

Mulut Lizzie terbuka lebar menahan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia tidak menyangka kalau Chip akan tahu tentangnya sejauh ini.

•••

"Aarrgh!!"

Tiba-tiba Thomas jatuh tersungkur dari sofa sambil memegangi kepalanya.

"Tho-Thomas! Apa yang terjadi!" khawatir Alice.

Thomas tidak menjawab. Ia terus mengerang kesakitan menahan sakit yang berasal dari kepalanya. Sesuatu seperti menusuk otaknya beberapa kali dengan keras dan membuatnya berdarah hebat. Tapi sebenarnya, tidak ada yang menembus kepalanya. Terlihat sehat dan baik-baik saja.

"Lizzie," ucap Alice saat ia menyadari sesuatu. "Apa kau dengar sesuatu darinya?" Ia mencoba membantu Thomas untuk duduk.

"Iya." Rasa sakit itu perlahan mulai menghilang. "Dia merutuki seseorang," lirihnya.

"Siapa? Di mana dia sekarang?"

Lagi-lagi Thomas terdiam sambil memegangi kepalanya. Otaknya kembali berputar, menerka apa yang sedang Lizzie lakukan diluar sana. Fokus mendengar siapa yang sudah membuatnya murka dan ingin membunuhnya.

Napas Thomas tertahan saat tahu siapa yang Lizzie maksud. Tenaganya mulai kembali pulih dan rasa sakitnya mulai berubah nyeri. Ia bangkit dibantu Alice.

"Kita harus ke sana," kata Thomas seraya menarik tangan Alice untuk mengikutinya.

"Aku tidak bisa." Alice mempertahankan posisinya. "Apa kau lupa? Kalau kau muncul bersamaku, rencana kita akan hancur berantakan"

"Oh ya, benar." Thomas baru teringat. Ekspresinya berubah menjadi cemas.

"Tenang saja, Aku akan memantaumu. Aku pastikan kau selamat sampai bertemu dengan Lizzie," kata Alice setelah ia membaca ekspresinya. "Dan ingat, jangan berpikiran tentangku saat kau bertemu dengannya. Kau harus mengikuti apa yang ia mau. Anggap saja pertemuan kita tidak pernah terjadi."

Thomas mengangguk pasti sambil menyunggingkan senyum. "Terima kasih atas segalanya." Ia langsung keluar dari kamar Kimberly tanpa menunggu respon Alice.

•••

Angin dingin pembawa pilu menghampiri. Awan kelam membantu bulan untuk bersembunyi. Menghindari suasana suram dan melewati waktu yang terasa membeku. Hanya deburan sungai yang terdengar. Bahkan semakin jelas suara deburannya. Seakan menyoraki kemenangannya karena telah menelan dua korban sekaligus. Korban yang dianggapnya sebagai tumbal.

"Sial...sial...sial." Ron masih tengkurap. Ia mengepal tangannya dan memukul batuan yang ia tiduri itu.

Chip menggenggam erat liontin Tessa yang ia selamatkan itu. Ia benar-benar merasa bersalah karena hanya bisa menyelamatkan benda kecil itu. Tepat saat kedatangannya, Ron melepas tangan Tessa dan Chip menggenggam liontinnya. Namun tali liontin itu tidak mungkin bisa menahan mereka. Dan alhasil, mereka pun jatuh ke dalam jurang. Kalimat 'I love you, Ron' sempat keluar dari mulut Tessa sebelum ajal menjemputnya.

Chip bisa mengerti keadaan Ron saat ini. Sakit hati, sedih, benci dan kesal menjadi satu. Ia tidak bisa meminang Tessa dalam pernikahannya di musim semi nanti. Pernikahan sederhana dengan tema kebun bunga yang sudah direncanakan sejak lama, pupus sudah. Tidak ada Tessa, tidak ada pernikahan.

"Ron, aku turut berduka cita." Chip mengelus punggung Ron dan bermakud menenangkannya, walau ia sendiri sama hancurnya dengan Ron karena kehilangan sosok kakak yang penuh perhatian.

Tiba-tiba Ron menepis tangan Chip. "Ini salahmu, Tobias!" Ron mengangkat wajahnya dan menatap Chip dengan penuh amarah.

"I-iya aku minta maaf. Tapi ini sepenuhnya bukan salahku," elak Chip.

Ron menghapus kasar air mata yang terus keluar dari pelupuk matanya sambil berdiri. Chip juga ikut berdiri dan sedikit mundur dari Ron.

"Ini semua salahmu! Salahmu!" Ron melangkah cepat ke arah Chip dan langung menggenggam kerah Chip.

Bau anyir darah tercium olehnya dan ternyata darah itu berasal dari punggung tangan Ron. Goresan cukup dalam yang terus mengeluarkan darah. "A-apa yang terjadi dengan tanganmu?"

Rahang Ron masih mengeras dan cengkramannya semakin kuat. Darah terus keluar dari goresan itu karena tekanan di tangannya. Tak lama kemudian, kepalanya merunduk. Merunduk semakin dalam dan bersandar di dada Chip sambil terus mencengkram kerahnya.

"Tessa. Dia... Dia sengaja melukai tanganku!" Ron kembali terisak. "Dia tidak yakin kalau aku bisa mengangkatnya. Dia tidak ingin aku mati bersamanya. Dia..." Ia kehabisan kata-kata karena pikirannya sedang kacau dan tak sanggup menyusun kata-kata itu.

Chip memandangnya nanar. Ia membiarkan Ron menangis sepuasnya dan mengeluarkan semuanya sampai tak tersisa.

"Hey Tobias, kau tahu alasan ketiga kenapa Tessa sengaja melukai tanganku?" Ron mulai terdengar lebih tenang. Namun ia masih merunduk dan mencengkram kerah Chip.

"Tidak. Memang apa?"

"Dia... Dia bilang kalau kau dalam bahaya. Ucapannya mulai terdengar aneh saat itu," jelas Ron lambat. "Makhluk mengerikan, mengancam nyawamu. Dia menyuruhku membantumu, bukan sebaliknya."

Chip mulai merasa janggal dengan kalimat yang Ron lontarkan. Pasalnya ia baik-baik saja saat itu. Ia langsung menolong Ron setelah memastikan Lizzie tidak mengganggu mereka dengan menembaknya beberapa kali tepat di bagian kepala. Dan Lizzie pun berlari tanpa arah menjauh dari mereka.

"Oh ya?" Nada Chip terdengar tak percaya.

"Aku mendengarnya sendiri, bodoh!" bentak Ron. Ia masih tidak mau memandang Chip.

"Kenapa dia lebih mementingkan nyawamu dibanding nyawanya sendiri? Kenapa dia lebih perhatian padamu? Apa yang sudah kau lakukan pada Tessa sampai ia berbicara aneh tentang makhluk mengerikan itu hah?!"

Ron langsung mengangkat kepalanya kembali cukup cepat dan menghantam dagu Chip. Hantaman yang cukup kuat itu membuat lidahnya tergigit oleh gigi taringnya sendiri.

"JAWAB AKU!" bentak Ron. "Kenapa kau tidak sigap menolongku?! Kenapa kau menembakkan pistol anginmu?! Apa yang kau tembak?!" Bisa terlihat dengan jelas urat-urat di pelipisnya. Kedua alisnya bertaut dalam dengan wajahnya yang kemerahan dan siap untuk meledak kapan saja.

Chip tidak bisa menjawabnya. Lidahnya masih terlalu perih untuk mengeluarkan kata-kata. Ia bisa merasakan darah memenuhi mulutnya. Ia pun meludah untuk mengeluarkan darah itu.

Karena sudah tidak tahan, Ron langsung menghampiri Chip dan meluncurkan tinjuan keras di wajahnya tanpa sempat menghindar. Ron juga menendang perutnya dengan sangat keras dan membuatnya terpental beberapa meter.

"Kau masih tidak mau menjawab, eh?" Ron mendekat ke arah Chip yang meringkuk sambil memegangi perutnya. Ia terbatuk dan batuknya mengeluarkan darah. Darah dari luka di lidah yang tak kunjung berhenti.

Ron kembali menendang perutnya sebelum ia mencengkram kerah Chip kembali dan memaksanya untuk menatapnya. "JAWAB AKU, TOBIAS!! APA KAU MENIDURI TESSA SELAMA KALIAN BERADA DALAM SATU RUMAH SINGGAH?!"

Chip menggeleng lemah sambil menggenggam pergelangan tangan Ron yang kekar itu. Bermaksud minta dilepaskan. Chip benar-benar menyadari kalau ucapan-ucapan Ron mulai tidak jelas.

Ron tidak menggubrisnya, lagi-lagi ia meluncurkan pukulan tepat di rahangnya. Dan lagi-lagi Chip tersungkur, namun kali ini kacamatanya terlepas.

Ia mencoba bangkit untuk mengambil kacamatanya sambil menahan rasa sakit yang terus-menerus ia terima setelah luka di lidahnya.

Ia bersusah payah berjalan menggunakan kedua lututnya untuk mengambil kaca mata itu. Setelah terambil dan ia bisa memasangnya kembali, tiba-tiba saja ada sebuah lengan yang melilit lehernya dari belakang dan memaksanya untuk berdiri.

Lilitan itu tidak terlalu kuat untuk menahannya bernapas. Namun dari posisinya, lilitan satu tangan itu bisa mematahkan lehernya kapan saja dengan tangan lainnya.

"Kenapa kau terus menggenggam liontin kekasihku?" tangan Ron menarik tali lionti itu dan melepasnya dari genggaman Chip. "Hey! Berikan padaku!" geram Ron ketika ia terus menggenggam liontin itu. Karena Ron mempunyai tenaga lebih besar, akhirnya Ron bisa mengambilnya dan menorehkan sedikit luka di telapak tangan Chip akibat sisi-sisi liontin yang tajam.

Chip kembali meringis sambil memejamkan matanya. Saat ia kembali membuka mata, sosok Lizzie berdiri di depannya beberapa langkah. Tersenyum puas dan penuh kemenangan.

"Tobias memiliki perasaan pada Tessa," ucap Lizzie.

"Apa selama ini kau ada perasaan dengan Tessa? Sampai-sampai kau terus menggenggam liontinnya," kata Ron lambat. "Kau sungguh keterlaluan, Tobias" Ron menguatkan tangannya dan menahan laju napas Chip. Ia pun meronta-ronta minta dilepaskan.

"Karena itu ia bermain belakang denganmu, ia menyembunyikan hubungannya darimu bahkan ia juga merahasiakan anaknya yang sengaja Tessa aborsi darimu," ucap Lizzie dengan sumringah yang sangat lebar dan menampilkan deretan gigi tajamnya dan keroposnya.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN SELAMA INI?!" geram Ron semakin menjadi-jadi sambil terus menguatkan lilitan tangannya.

Kali ini Chip mulai naik pitam. Ia paling benci dengan tuduhan-tuduhan yang 100% tidak benar itu. Ia merasa payah karena tidak menyadari kalau Lizzie lah dalang dari kematiannya Tessa sampai amarah Ron yang meletup-letup tidak jelas. Ia lah yang harus bertanggung jawab atas semua ini.

Disaat napasnya benar-benar terasa habis, Chip langsung mengeluarkan pisau dari sakunya dan ia tancapkan di pinggang Ron. Otomatis Ron langsung membebaskannya.

Chip berjalan menjauh dari Ron beberapa langkah sebelum akhirnya ia berlutut karena terlalu lemas kehabisan oksigen. Cepat-cepat ia lepaskan syalnya supaya udara bisa masuk lebih lancar. Setelah cukup banyak oksigen memenuhi paru-parunya, ia kembali berdiri dengan susah payah. Dan berhadapan dengan Lizzie yang menunjukkan senyum remehnya.

Chip mengeluarkan pisau lainnya dan ia tebas leher Lizzie dengan pisau itu. Tapi tidak bisa. Pisau itu malah menembus melewatinya. Chip mulai menarik kesimpulan.

"Tobias!!" Ron kembali berdiri tanpa mencabut pisau itu dari pinggangnya. Ia berjalan gontai ke arah Chip untuk kembali menghajarnya.

Lizzie yang dihadapannya ini adalah Lizzie yang tembus pandang. Lizzie yang terlihat seperti bayang-bayang arwah yang selalu menembus apapun.

Dan yang harus dilakukan Chip adalah membuat Ron bisa melihat Lizzie dan menjelaskan ia lah pelaku utamanya.

Chip langsung bergeser ke samping saat menyadari Ron mulai menangkapnya. Ron hampir saja terjatuh karena tidak bisa menangkapnya dan ia juga menembus Lizzie.

Ron sempat tidak menyangka kalau Chip bisa menghindarinya. Ia pun berbalik badan menghadap ke arah Chip yang siap dengan kuda-kudanya dan mata tajamnya yang terlihat fokus.

Ron tidak mempedulikan perubahan yang terjadi pada Chip, ia langsung saja menerjangnya dan mendaratkan pukulan padanya. Tapi dengan lincah, Chip bisa menghindar dan menangkis pukulan-pukulan itu. Bahkan ia juga melompat saat Ron bermaksud menjatuhkannya dengan menyelengkat.

Ketika kesempatan terbuka untuk Chip, ia langsung meluncurkan serangan balik. Ia meninju rahang, perut, pinggang dan mengakhirinya dengan menendang pelipis lawan menggunakan gerakan lompat dan memutar. Ron pun tersungkur. Ia mengerang kesakitan saat pisau itu semakin menusuknya dalam.

Chip melihat sekitarnya untuk mencari sosok Lizzie yang ternyata berada di belakangnya. Sedang memperhatikan pertarungan mereka dengan senyum mengerikan yang tak kunjung hilang.

Ron kembali bangkit dan menyerangnya. Chip tidak ingin berlama-lama mengingat keadaan Ron mulai memburuk.

Saat Ron melayangkan pukulan ke wajahnya dari samping, Chip segera menunduk dan ia berpindah posisi ke belakang Ron sambil menarik pisau itu dari pinggangnya dengan cepat. Ron mengadu kesakitan dan membuatnya berlutut. Ini kesempatan Chip untuk menikamnya karena ia sudah lebih rendah darinya.

Tepat di depan Ron ada Lizzie yang sangat tidak sabar untuk melihat klimaks pertarungan itu. Namun Ron masih tidak bisa melihatnya. Chip pun mengangkat pisau itu dan siap-siap menikam leher Ron. Tangannya langsung melesat dan Ron menutup mata, pasrah akan keadaan.

Tapi tiba-tiba mata pisau itu berhenti mendadak. Hanya menempel pada leher Ron.

"Ron! Buka matamu!" perintah Chip sambil menggerakkan tubuhnya. Chip tidak peduli rasa nyeri pada lidahnya saat menyentuh setiap sisi-sisi mulutnya. Ia mencoba terbiasa dengan rasa nyeri itu.

Ron pun membuka matanya. Terlihat sosok gadis berwajah menyeramkan dengan mata merahnya semerah darah yang terbelalak tidak menyangka.

"Dia... Dia yang sudah mencelakai kita," kata Chip lambat. "Dia yang sudah membunuh Tessa dengan menakut-nakuti kuda kita dan mengikat kedua kaki Tessa pada pelana. Dan dia yang sudah memancing emosimu sampai kehilangan akal," jelasnya. "Dia juga yang membuat kita saling membunuh seperti ini"

Chip menelan ludahnya yang bercampur dengan darah. "Aku menembaknya dengan pistol angin saat ia berusaha menebas kepalamu menggunakan tangannya."

Catatan Chip tentang Lizzie bertambah lagi. Lizzie menampakkan wujudnya pada setiap manusia yang akan menenemui ajalnya.

Lizzie terlihat sangat geram pada Chip. Ia benar-benar ingin membunuhnya dengan tangannya sendiri.

Ron berkedip beberapa kali dan ternyata Lizzie kembali menghilang dari pandangannya. Menjadi makhluk tembus pandang bagi Chip.

"Apa yang kau bicarakan hah?" Ron mengelak dan melepaskan diri. Ia berbalik badan dan mundur beberapa langkah dari Chip. "Aku tidak akan terpengaruh ucapan anehmu!" Ron mengeluarkan pisaunya dan ia hunuskan pada Chip. "Anak indigo tidak pantas hidup di dunia ini!!" teriak Ron sambil menerjang Chip dengan pisaunya.

Ron tidak dirasuki oleh Lizzie, melainkan termakan ucapannya yang terus ia lontarkan. Pikirannya yang kusut sangat mudah baginya untuk dipengaruhi. Hatinya yang hancur sangat mudah baginya untuk dinodai. Dan menutup matanya dari cahaya sangat mudah baginya seperti membunuh seekor kunang-kunang di ruang gelap nan hampa.

Chip sedikit gelagapan menghadang serangan pisau itu. Pasalnya ia tidak terlalu handal dalam menangkis benda tajam. Dan berakibat banyak goresan yang ia terima di pundak dan lengannya.

"Ron! Dengarkan aku!" Chip berusaha memanggilnya dan menyadarkannya. "Ron Oscar!!"

Tapi tidak bisa. Ron tidak mendengar panggilan Chip. Ia sudah ditulikan oleh Lizzie.

Kedua mata kelabu Ron begitu tajam namun terlihat kosong. Seakan ada yang sudah mengendalikannya.

Tidak ada cara lain selain membuatnya tak sadarkan diri.

Tiba-tiba mata Chip menangkap sosok Lizzie di belakang Ron. Ia menunjukkan satu buah cincin tuas yang bertengger di jari telunjuknya sambil tersenyum simpul tanpa menunjukkan giginya. Karena terlalu memikirkan cincin tuas apa yang diambil oleh Lizzie, ia lengah dan pundak kanannya tertusuk pisau Ron cukup dalam.

"Aargh!" Chip semakin mengerang lantaran Ron terus mendorong pisaunya masuk ke dalam dan mengikis jarak di antara mereka.

"Kau akan mati di tanganku!" Ron sedikit berbisik di telinganya.

Chip membuka sebelah matanya dan melihat ada satu granat kecil terpasang di kantung ikat pinggang Ron yang ditarik cincin tuasnya dan siap meledak tak lama lagi.

Ia harus segera pergi dari sana dan memperingati Ron supaya membuang granat itu.

Chip menarik tubuhnya menjauh dari Ron sambil menahan rasa sakit yang tak terkira dari pundaknya. Ia juga menendang perut Ron supaya dia segera menjauh dengan pisau yang masih ada pada genggamannya. Akhirnya pisau itu tertarik dan Chip segera menutup luka di pundaknya dengan tangan untuk menghentikan pendarahan.

"Ron! Cepat lempar granatmu!!" peringat Chip sambil berjalan mundur dari Ron. "Untuk apa kau bawa granat? Kau gila!!"

"Beraninya kau menyebutku gila!!" Ron benar-benar tidak menggubrisnya. Ia mulai melangkah menghampiri Chip dan menghabisinya. Ron benar-benar kehilangan akal. Ia sudah sepenuhnya terpengaruh oleh Lizzie.

Chip berbalik badan dan menjauh dari Ron. Ia tahu ia sudah tidak bisa menyelamatkan Ron lagi. Ia pun mencari tempat berlindung sebelum granat itu meledak dan menjadikannya korban selanjutnya. Tapi Ron berlari cukup cepat dan membuat jarak mereka semakin dekat!

"TOBIAS!!"

DUARR!!!

Chapitre suivant