Kau bisa menutup matamu dari hal-hal yang tidak ingin kau lihat. Tapi kau tak bisa menutup hatimu dari hal-hal yang tak ingin kaurasakan. 

Saat kau berharap, sebenarnya kau sedang menyiapkan diri untuk mendapatkan kekecewaan. 


Orang yang kuat bukanlah dia yang tidak pernah menangis, tetapi orang yang terus istiqomah di tengah godaan

Yang fana adalah waktu. Kita abadi: memungut detik demi detik, 
merangkainya seperti bunga sampai pada suatu hari kita lupa untuk apa
-Sapardi Djoko Damono

Boleh kalo kalian kirim qoutes ke aku:)

Many people are experiencing different stages of life from happiness to the heartache
 
 Sometimes there's many questions about your life 
 
 Sometimes you try to give up on your life but you want to fight 
 
 And you thought love isn't true 
 
 
 This book will inspire you to go on with your life 
 
 Qoutes, thoughts and some advices will give you
 
 
 This is a friendly book
 
 
 All rights reserved
 
 By the author 
 
 bamnieellandmic
 
 " Copying own of their works is illegal according by the law "

Hai teman-teman readers Wanita dititik Terendah, apa kabar semuanya? Tentunya semuanya baik dalam lindungan Tuhan.
Teman-teman, di sini ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan... Hihihi :* yaitu;
01. UCAPAN TERIMA KASIH
Saya mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada kalian semua yang udah mau singgah di novel saya ini. Kalau boleh jujur sih, saya membuat novel ini tanpa belajar, tanpa pengalaman, dan tanpa bimbingan lho.. ini novel pertama saya.
Saya tahu di dalam novel ini banyak sekali kekurangan yang kalian temui, saya mohon maaf untuk ketidaksempurnaan saya itu. Tetapi di dalam kekurangan yang ada di novel ini, kalian teman-teman readers selalu men-support saya, saya sangat terharu.
Saya juga tahu, saya bukan seorang author yang profesional, jarang update dan jauh bangat dari kata-kata memuaskan, karna ini bukan pekerjaan full saya. Saya seorang karyawan yg juga mengais rezeki dari perusahaan orang. Dan lagi dan lagi kalian memaklumi hal itu, saya sangat bersyukur memiliki kalian ~~ baik yang silent reader mau pun yang aktif dalam vote, komentar, juga review, apapun itu saya sangat menghargai kalian.
Sekali lagi terimakasih buat rangking karena vote kalian, rating karena review kalian, dan semangat karena komentar kalian dimana semuanya selalu mendukung saya.
Teman-teman, berakhir sudah bagaimana perjalanan cerita dari sebuah dendam itu menjadi cinta, dan kita sudah berada di penghujung cerita dari volume pertama novel ini. Dan kita akan kembali ke volume kedua yang pastinya lebih mengandung candu. Saya akan kasih sedikit spoiler buat volum kedua ini, 
02. SPOILER VOLUME-2
"Di malam pernikahan Achiera juga Hans, Hazel juga Zyan membuat sebuah rencana besar yaitu ingin menjatuhkan nama Achiera di depan Hans. Sepasang suami istri Hazel juga Zyan menyamar menjadi pelayan dan memberikan minuman yang mengandung afrodisiak (perangsang) kepada Hans juga Achiera agar mereka minum dan sampai tidak sadarkan diri.
Keesokan paginya, ketika Hans terbangun dia melihat bukan Achiera yang berada di samping nya melain kan Hazel. Dengan marah Hans pun bertanya dimana Achiera, 
"Hazel apa yang kau lakukan di sini? Dimana istri ku?" Teriak Hans.
"Hans... Kau mencari istri mu setelah menghabiskan malam dengan ku?" Ucap Hazel sambil terisak, sengaja dia menunjukkan tanda-tanda merah yang menempel di seluruh tubuh nya, nampak seperti tanda dari lelaki brutal yang kehausan nafsu.
"Lihat yang kau perbuat ini." Lanjut Hazel.
"Persetan dengan mu, keluar dari kamar ku! Dimana Achiera ku?" Teriak Hans.
"Hans... Apa yang kau lakukan? Kau menggoda ku, dan menarik ku kesini." Ucap Hazel marah.
"Jangan mengundang emosi ku! Dimana Achiera?" Tanya Hans lagi dengan dingin.
Tiba-tiba pintu kamar hotel tempat Hans melangsungkan resepsi pernikahan pun di ketok oleh seorang pelayan.
"Tuan Hans Matthew, dengan sangat menyesal saya memberi tahu bahwa semalam istri anda memesan gigolo dari tempat kami katanya untuk menemani malamnya dan saya ke sini untuk menagih tagihannya." Ucap wanita itu.
Hans menatap tajam ke arah wanita yang ada di pintu itu, dengan berani dia pun berkata;
"Saya mohon maaf, saya tidak berani. Tetapi itulah kenyataannya, istri anda ada di kamar 108 dan seperti nya gigolo itu belum kembali." Ucap sang pelayan dengan gugup.
Dengan bergegas Hans pun langsung pergi ke arah kamar yang di sebut oleh pelayan itu dan jrenggg....
Hans pun menemui Achiera sedang tidur sambil memeluk lelaki asing yang ada di sampingnya, hal itu sama percis seperti sebagaimana Achiera memeluk Hans tiap malam, tidak hanya itu bekas cupang yang menempel di tubuh Achiera ada di segala sisi, membuat Hans semakin jijik.
Melihat hal itu, emosi pun memenuhi jiwa Hans dan langsung memecahkan bunga yang ada di kamar itu membangunkan Achiera.
"Achiera.....!" Ucap Hans kuat,
"Dasar wanita jalang...!" Lanjut nya. (Stoop)
Kira-kira apa yang akan terjadi pada Achiera selanjutnya ya, mengingat Hans yang sangat membenci sebuah pengkhianatan? Apakah kali ini Achiera bisa selamat dari Hans dan berhasil melawan Hazel?? 
BACA DI VOLUM-2.
03. PRIVILAGE,
Selain itu teman-teman, disini saya juga akan membuat privilage atau hak istimewa,kalian bisa membaca 10 bab terkawal selama sebulan, di beli yaa jika penasaran 🤭 (Saya mengemis lho).
04. KUIS
Dan karena saya sangat bersyukur memiliki kalian, saya akan mengadakan KUIS BERHADIAH.
KUIS INI TIDAK AKAN DI PUNGUT BIAYA APAPUN, TERMASUK ONGKOS KIRIM KE SELURUH INDONESIA ITU GRATIS.
Kuis nya adalah, 
Dari sebanyak 95 bab dalam volume pertama, silahkan pilih sendiri mana bab/chapter yang sangat kalian sukai lalu buat qoutes atau kata-kata mutiara untuk bab yang kalian sukai itu di feed Instagram milik kalian. 
Syaratnya;
•Follow akun Ig saya @chrisdora17 juga akun @webnovel.id (Kalian harus wajib follow, jika tidak di anggap batal lho)
• kasih tagar #Wanita_dititik_terendah dan #Chrisdora_Grey
•tag dan mantion akun saya juga webnovel dalam postingan bab/chapter yang kalian sukai, pastikan akun kalian jangan privat yaaa, biar saya tahu.
Dan nanti bulan depan (April) akan di umumkan 3 orang pemenang, dari qoutes/ kata-kata mutiara yang paling cocok dengan bab yang kalian sukai.
Untuk lebih jelasnya lagi, kalian boleh lihat nanti di postingan feed Instagram saya yang terbaru hari ini ya( 29 February)
Dan contoh singkatnya saya buat di sini sedikit,
"MENUNGGU~~~"
Buat seseorang yang sedang dalam masa penantian, kata yang dia butuhkan hanyalah "iya aku datang atau tidak" bukan kata "Akan aku usahakan."
Ketahuilah, menunggu dengan kata "akan aku usahakan itu, bagaikan pungguk yang merindukan bulan. Seakan terlihat dekat, tetapi tak ter-raih.
Karena semua hal itu perlu kepastian, entah itu tentang memulai, mempertahankan atau bahkan melepaskan, termasuk dalam hal menunggu.
(Nah kalian bisa buat yang lebih kecil dari hal ini juga boleh, seperti qoutes yang hanya 4 baris juga gpp, yang penting se-kreatif mungkin dan di pastikan itu buatan sendiri ya. Kata-kata mutiara itu di buat dalam berupaa gambar atau foto yang bisa di masukkan ke dalam feed Instagram, dan di bawahnya kalian bisa buat kata-kata dari bab novel Wanita dititik Terendah  itu dalam bentuk caption. Intinya lihat feed IG saya saja ya)
From A novel Wanita dititik Terendah chapter 69.
"Sebenarnya mungkin bukan dia yang tidak ingin menunggu ku, hanya saja mungkin takdir terlalu senang dalam memainkan perannya. Karena aku hanya terlambat satu langkah dari lelaki itu, seandainya saja aku lebih cepat mungkin dia sudah menjadi milikku sekarang." Ucap Steven menjelaskan.
"Dari perkataan mu, sepertinya kau tidak membenci dia yang sudah meninggal kan mu!" balas Kaili.
"Bagaimana mungkin aku membenci nya, namanya juga menunggu. Di dalam menunggu itu hanya ada 2 kemungkinan orang yang ditunggu datang atau seseorang yang baru yang akan datang." Ucap Steven,
(Seperti ini contoh singkatnya, ribet Sebenarnya menjelaskannya... Maka dari itu untuk lebih jelas lagi, silahkan lihat contoh dari postingan feed Instagram saya yang terbaru ya, di tanggal 29.)
Bocoran sedikit utk hadiah kuis nya,
"Itu ada 3 jenis benda, yang aku yakin kalian juga pasti suka. Dan benda itu di cetak nama "A Novel Wanita dititik Terendah" yang akan ada nama kalian juga di bawahnya... Hehehhe.
Sekian info saya,
Terima kasih.
Love
Chrisdora Grey


Volume-3 (Kesempatan kedua)
Volume 3 dimulai dari 6 tahun kemudian, ya. Saya salah adjust.

Karena sebuah kesalahpahaman yang beruntun, serta penyiksaan yang dilakukan Hans dengan seenaknya, semakin membuat Achiera berada di titik terendah dalam hidup. 
Antara memilih terus hidup atau menggugurkan kandungan, membuat Achiera berada dalam posisi yang sulit. 
Pilihan konyol yang tidak bisa diterima akal sehat!
Sehingga mendorong Achiera memberanikan diri untuk pergi meninggalkan Hans.
6 tahun berikutnya Achiera kembali ke negara F, membuatnya harus bertemu Hans. Dan Hans berencana untuk mengejarnya kembali setelah mengalami penyesalan yang mendalam di hari pertama Achiera pergi. 
Dapatkah Achiera memaafkan Hans dan memberinya kesempatan kedua?

***
Volume-2 (Ujian cinta) 
Cinta itu memang benar adanya, tetapi tidak ada yang tahu sampai di mana besar cinta itu, jika tanpa pengujian. Karena sesungguhnya, segala sesuatu itu perlu diuji untuk menunjukkan keberadaannya. 

Hans sudah menyerah pada dendamnya, dan menikahi Achiera. Namun, di hari pertama pernikahan, kekuatan cinta mereka diuji, melalui jebakan. Dia mendapati Achiera sedang tidur dengan mesranya dengan seorang gigolo.
Dapatkah Hans mempercayai Achiera? Mengingat sikap Hans, yang selalu membenarkan isi pikirannya! 
Bisakah mereka melewati ujian yang dikirim Sang maha cinta melalui mantan pacar Hans?
Temukan semua teka teki itu, hanya di sini. 

****
Volume-1 (Cinta yang mengalahkan haluan dendam) 
Ketidak sengajaan Achiera memasuki ruangan dan menumpahkan wine ke atas dokumen-dokumen kerja tuan muda Hans matthew, mengakibatkan sang tuan muda kehilangan kesempatan kerja samanya yang sudah ditargetkan selama 1 tahun serta penghinaan dari klien itu membuat sang tuan muda marah besar. 

Bukannya meminta maaf, Achiera Grey malah menampar sang tuan muda dari Matthews group. 

Setelah dicari tahu ternyata Achiera adalah anak dari musuh bebuyutan yang sudah mengahancurkan kehidupannya di masa lalu!! 
Mengetahui hal itu mendorong Hans untuk meneruskan balas dendam yang sudah lama dikubur. 
Dapatkah dia membalaskan dendamnya? 
Dan sebenarnya masalah apa yang menyebab Hans harus bermusuhan dengan ayah Achiera? 


###PERHATIAN!
Dalam novel ini pasti banyak kesalahan. Walau memang, saya tidak sengaja melakukannya. Jika terlihat, tolong beri tahu. Semua komentar yang mendukung, akan diterima.
*Sudah diperingati sebelumnya~~

...Cover Resmi, dibuat oleh @gisel.arts
ΔUpdate 2 bab setiap hari, 06Am/07Pm GMT+7.00

Ayo berinteraksi di sosial media, 
@Chrisdora17 (instagram)
Chrisdora Grey (Fb) 
Chrisdora Books (Fb fans page)

•
Novel saya yang lain; 
Cinta yang (tidak bisa) Kutinggalkan (ongoing)

Cole heard of what happened and shook his head. He understood they wanted answers so did he, but he knew they would never get answers that way. She wasn't that type of person. Cole understood Chase and Dylan weren't like that with her but did she?

Isabelle couldn't sleep even though she asked to go to sleep because she was tired. That was yet another lie. Well she was tired but not the way she made it sound. She was tired of the running, the secrets, her life. She wanted to be Isabelle, but she knew her past wouldn't let her. Getting up for another day was all that she had left. 

Isabelle knew the alpha's weren't terrible men or the type to take advantage of her, and she should have told them that. But she was to focused, too emotionally drained to say anything. Today was Jane's funeral. Putting on a black ruffly dress shirt, and black dress pants. She walked over to her vanity and put on her makeup. She didn't have much here so Dylan bought her stuff without her knowledge. He actually surprisingly had good taste. Putting her hair up in a pony tie she curled the end and looked at herself in the mirror, and a scar caught her eye. With the brown hair the scar was noticiable it ran across her skelp. There was also one that sat right on the top of her forehead where the hairline was. The only way to see it is if her hair was up.

Shaking her head she took her hair out of the ponytail. Letting her brown smooth hair fall down her back covering up her scars. She was ready. Walking to the door she hesitated it would all be real she would see Jane's body again. Nobody knew why she died except Isabelle. Right on her nightstand was a book that would never let her forget. Turning around she walked up to the book and flipped through it one more time. This time a page caught her finger and she opened it another hand written note from Steven. It was another quote from the very book in her hand that read, "I was too young to know how to love her." It made her scoff he never knew how to love her. It didn't matter if he was young or old that man didn't know how to love.

Slamming the book shut she walked to the door opened it and looked into the room. Steven will one day take all this from her like he did to Jane, Isabelle had to be ready.

Walking out to the living room Cole was in black Dylan in dark navy blue and Cole in red. She could try and tell them it wasn't traditional, but they would never listen. Instead they stood there mouth open she was drop dead gorgeous.

"Alright men ready?" They all nodded and Zack walked in the door Isabelle invited him to go as well. 

Walking out the door they headed to the funeral.
They arrived at a big willow tree with a field that went on for miles. Beautiful purple and blue flowers were found throughout. Isabelle and Jane's friends gathered around along with the Alpha's and Zack. Isabelle was going to speak. Walking to the front of the crowd Isabelle's nerves got to her. All it took was a look at the alpha's to calm her.

"Thank you all for coming for those of you that knew Jane you were lucky. For those of you that didn't I'm going to tell you a story. I'm know for that, story telling. I started it shortly after I moved here, Jane was eight. I pulled out a book call Winnie the Pooh and she whined saying how it was a children's book and I smiled at her. Telling her a very important lesson, that sometimes to understand something you have to take a step back, pause for a second. The body might be old, but you want to keep the mind young and beautiful. If you do you will live your days worry free, or as free as it can be. As I got done reading tears ran down her face and she hugged me. She asked if we could take a couple good qoutes from the book to live by, and I said sure wondering what they would be....

Well one we would always hug. I make it something I teach all kids I read to that a hug is always the right size. That one is one of my favorites, because when your having a terrible day hugging always makes you feel better....

One day I was having a bad day, and for a few months after reading Winnie the Pooh she would say she was Pigglet and I was Pooh. So I looked at her and said,  "I don't feel very much like Pooh today." She looked at me and patted my leg and said "There, there I'll bring you honey and tea until you do." It made me smile. Or the time she was afraid of something she would call out and say, "Pooh?" I'd say "Pigglet" to play along and she would say, "Nothing just making sure it was you." Even though after a few years she grew out of the Winnie the Pooh she would everyonce in a while come up to me and say "We'll be friends forever won't we?" I would respond with "Even longer." 

To this day sometimes I realize I'm waiting for her to walk up to me with another quote, but she wont. So I'm here to do it. In every book there is some sad part well in every good book their is, and a few qoutes really work today. Like how she probably "Never realized that we were making memories, we just knew we were having fun." That was Jane's thing fun all the time. Honestly I know at the end of every story if it's someone's life, or just some storybook there is always a goodbye. "How lucky am I to have someone that makes saying goodbye so hard." If Jane was here she would look at me and say "Goodbye....? oh no please. Can't we go back to page one, and do it all over again?" With that I will tell her something she told me one day and was. Before I even heard Winnie the Pooh and I saw you "I knew and adventure was about to happen." Well kid this is our new adventure sadly we are walking a different road. "Just remember to watch your step, because if you don't you might step on a piece of forest that was left out."

Isabelle teared up as she said these last words, and put her hand on the glass coffin. Two of her best friends were buried here.

"I hope to my two best friends who are laying here that you always have room to run. That every sunset is perfect, and the rain is just enough to keep the flowers colorful. Climb the willow tree branches they are perfect places to nap."

A few men that the Alpha's hired carried the coffin towards the willow tree where there was a hole made. This was the part she couldn't watch and so she turned away. Perfect timing to feel herself again Chase's chest holding her. After crying and the crowd starting to disappear. She lifted her head and looked past Chase and saw a face. No, no, no, no her body tensed up in Chase arms. It was Steven standing in the crowd. No it couldn't have been she was just imagining it.

Chase feeling her shake moved her and asked if she was okay. Rubbing her eyes she nodded and looked back in Steven's direction, so did Chase but there was no one there. 



As her smile appeared a frown came from the guy in front of her. "What is so funny?" He questioned as he took a knife and traced it on her knee "Hmmm what is so funny?"

The petite woman, beautiful women sitting tied up only smiled more. It didn't matter that the man was stronger than her, nor did it matter that she might not make it out of this alive. All that mattered is that she held on just until they got there. 

"You are." She started to laugh, "You think that by torturing me I will tell you anything, that I will give up those that I love? If so you are dead wrong."

His voice was never warm to begin with, but up until now there was a softness in his voice. Used to get most women to give him the information he wanted, but it turned cold and chilling.

Leaning up to speak in her ear he whispered "Most people I have tortured have said the same thing, and I have broken each and everyone of them. There is nothing special about you, you will break just like the rest." With those chilling words he quit messing around, and plunged the knife into her leg. 

She did not scream, instead she closed her eyes begging that she could reach her mates through the bond. Hoping they would come and save her. Right as the knife was pulled out to be used to make this young girl scream, both of them could hear the sound of bullets. Leaving two emotions in the room, one of satisfaction and happiness. The other one of terrior as he had kidnapped her. 

"What's wrong, worried?" The girl grinned through the pain.

"Not in the slightest." The man turned hiding his face from her. 

Before he could think of what to do the door opened. It was not opened slowly, but so hard, and fast that if it had received anymore force the door would be off it's hinges. Standing in the doorway was a man with a red suit and brown hair. The man doing the torturing tried to take off only to turn back in horror, as the man turned into a wolf and ripped him to shreds.

She didn't know who stepped in the room, but she knew they were here for her, by the way the man screamed in agony. Her back was faced to the guest so all she could do was wait. Wait for him to save her, when he stepped in front of her, her heart melted.

"Chase." It was the only word she could muster with all the pain. 

He cut through her restraints, and lifted her in his arms. "Isabelle stay with me baby, I'm here just stay awake." He begged but worry set in, as his women was growing unconscious in his arms. 

He was finally here, finally here to save her, but was it to late? Maybe had she never fallen in love with him, or the others she wouldn't be on the edge of death.

This book takes you on a journey of four lives. Isabelle the omega who had her heart broken, and believed every last alpha was the same, all being cruel.

While the other three were like brothers, Cole the leader, the other two being Dylan, and Chase. They lived life to the fullest, and the darkest. Once caring about people, only to destroy the ones they loved in the end. The three of them decided to no longer care.

But when they meet a beautiful thief, they realized she did not only break into there house, but into there hearts. Could she be different, and survive there world, or would she be doomed by the past?

Believing there world to be bad for her, only to find out her world held the same darkness, or maybe even more. Does fate bring these four people happily ever after, or does it merely taunt them to believe they can, only to be destroyed for good.


(THIS BOOK IS MATURE, BUT STARTS SLOW. YOUNG READERS NOT ADVISED, OR PEOPLE WHO CAN'T HANDLE THESE TYPES OF BOOKS.)

"Syut!!! tuh mulut kagak bisa diem apa?!" Wara terpaksa membekap mulut Tara agar tak mangeluarkan suara lagi.

"Iya, maaf!" ujar Tara mengangguk, akhirnya Wara melepaskan tangannya dari mulut Tara.
"Eh liat-liat!" kata Bagas. "mereka udah ngarahin senjata ke orang itu!" ujar Bagas menunjuk seseorang yang tengah berjalan sendirian di lorong gang.

Dor!!!
Sekali tembakan orang itu jatuh tersungkur dengan bercak darah yang keluar dari dadanya.

"Udah tua bukannya insaf malah makin menjadi," ujar Nala.

Tak!
Nala menancapkan pisau di perut orang itu, lalu darah segara keluar dari mulut dan perutnya.

"Mau nambahin?" kata Nala pada ketiga rekannya.

Tak!
Rekan Nala yang tak lain adalah Nila memotong tangan target mereka.

Tak!
Runi memotong tangan kiri dengan wajah yang dihiasi smirk.

Tak! Tak! Tak!
Yara memotong kedua kaki target mereka dengan bonus menebas kepalanya dengan samurai.

"Beres!" kata mereka berempat bersamaan.

"Mau dikemanain mayatnya?" tanya Yara.

"Buang ke jurang!" ujar Nala.

"Ada kata-kata untuk terget kita kali ini, Yar?" tanya Nala. Yara mengangguk.

"Setelah kau dapatkan, jaga jangan lepaskan atau kau khianati, dia adalah berlian yang menjadi incaran!" ujar Yara.

Nala menepuk bahu Yara. "Kita pulang," kata Nala yang diangguki mereka.

                                   ♧♧♧
"Gila! ternyata mereka benar pembunuh?!" Bagas menutup mulut tak percaya.

"Wow, 16 tahun dan cewek udah jadi pembunuh?! dan apa tadi, mereka memakai samurai coy! gue tambah penasaran dengan mereka," ujar Tara. Bagas Wara dan Buma yang tadinya melihat tempat bekas berdirinya padmarini kini beralih melihat Tara.

"Apa? emang kalian gak penasaran gitu?" tanya Tara saat melihat mereka bertiga kompak memandanginya.

"Gue juga penasaran! apa kita lebih dalam nyelidiki mereka?!" kata Bagas meminta pendapat.

"Gue setuju, kita suruh aja Cira cari tau lebih tentang mereka!" usul Tara.

"Lah, ade gue jadi tumbalnya dong!!!" kata Bagas.

"Ya, mau gimana lagi? Yara aja yang kita kira lembut ternyata kejam juga, kalian gak liat waktu dia motong kaki dan leher orang itu? ngeri woy!!!" Ujar Wara bergidik ngeri, kembali mengingat bagaimana tak ada hatinya mereka memutulasi orang tadi.

"Iya, sih. Yaudah ntar kita suruh Cira!" kata Bagas.

"Jangan sampai Cira tau kalau kita ngintai mereka, terserah kalian mau bilang apa!" kata Buma.

"Gimana ngomongnya itu goblok?!" Tara menjitak kepala Buma.

"Bodoamat! gue mau balik!" kata Buma tak mau ambil pusing lalu meninggalkan para Abangnya yang melongo di tempat.

"Dasar Adik bontot biadap!" teriak Tara.

"Cabut!" kata Bagas. Mereka pergi dengan hati yang semakin penasaraan akan gank padmarini.

                                  ♧♧♧

"Cira!!!" Teriak Bagas terus menggedor pintu kamar adiknya.

"Apa sih, Bang?" kata Cira malas setelah membukakan pintu untuk Bagas.

Tara dkk tak ada di rumah Bagas, mereka membiarkan Bagas yang akan berbicara pada Cira, tak mau ambil pusing. Sahabat biadap emang gitu.

"Abang mau ngomong!" kata Bagas.

"Yaudah ngomong aja!" kata Cira yang masih berada di pintu menghalangi jalan masuk Bagas.

"Abang gak dibolehin masuk nih?" kata Bagas menaik turunkan alianya.

"Gak!" sentak Cira.

"Lagi PMS yah?" tanya Bagas dengan nada manja.

"Gak!" kata Cira judes.

"Yah, kok gitu?" tanya Bagas mulai memanyunkan bibirnya.

"Pasti ada maunya kan!" Cira telah tau watak abangnya yang satu ini, tak akan pernah menghampirinya jika bukan karna meminta bantuan.

"Tau aja, Ade abang emang pinter deh!" Bagas mencolek dagu Cira.

"Ck. yaudah masuk!" Cira menyingkir dari hadapan Bagas dan membiarkan kakaknya masuk.

Bagas dan Cira kini duduk berhadapan di atas sofa yang memang disediakan di kamar Cira.

"kamu gak penasarah sama cewek yang nyelametin kamu lalu?" tanya Bagas memulai.
"Abang ada apa dengan mereka? Abang juga kemarin nanya tentang gank mereka," kata Cira, sedangkan Bagas mulai panas dingin mencari alasan.

"Ya-- ya Abang di suruh sama teman Abang. Asal kamu tau yah, Abang dulu sekolah di sekolahan kamu juga. Abang dengar dari teman Abang mereka itu cewek gak baik, makanya Abang tanya ke kamu! kan kata pak ustadz gak boleh soudzan," elak Bagas.

Cira menatap bagas menyelidik, sedangkan Bagas semakin gugup karna di pelototi Cira.

"Yaudah! Cira juga udah lumayan dekat sama kak Yara, ntar Cira nyari tau lebih dalam tentang mereka, Cira juga lumayan kepo, hehe," kata Cira cengengesan.

Bagas bernafas lega mendengar jawaban sang adik. "Abang tinggal yah, jangan lupa tanya kek Kak Yaranya, tapi hati-hati juga," ucap Bagas, Cira mengangguk mengiyakan dan menampilkan cengiran lebarnya.

Setelah menutup pintu Cira, akhirnya Bagas bisa bernafas normal kembali, semoga adiknya bisa di andalkan.

"Hallo?" selepas kepergian Bagas Cira langsung menelphone Yara meminta untuk bertemu.

"Iya, Halo? kenapa sayang?" jawab Yara. Saat di sekolah Yara sempat meminta nomor telphone Cira.

"Cira bisa gak ketemu sama Kak Yara?" tanya Cira.

"Kan biasa di sekolah ketemu. Kalau gak, kamu ke markas aja!" Di seberang sahabat Yara memandanginya yang tengah menelphone dengan Cira.

"Yar, siapa?" tanya Runi. Yara mengkode Runi untuk bersabar menggunakan tangannya.

"Sayang, kok diam?" tanya Yara, pasalnya Cira hanya diam saja.

"Eh, iya deh. Besok Cira ke markas Kakak yah," kata Cira akhirnya menuruti Yara.

"Ok!" panggilan terputus.

                                 ♧♧♧
"Siapa?" tanya Runi saat melihat Yara telah memasukkan kembali poselnya ke dalan saku celana.

"Cira, dia mau ngajak ketemuan, tapi gue udah bilang ke markas kita aja," kata Yara.

"Oh." Runi mengangguk, sedangkan yang lain ikut mendengarkan.

"Eh, kalian ngerasa gak sih kalu Cira itu beda?" tanya Yara. Nala yang tadinya baring kini terduduk karena pertanyaan Yara.

"Dia anak baik!" kata Yara tiba-tiba.

"Gue setuju, dia kayaknya anak yang tulus," timpal Nila yang di angguki mereka bertiga.

Diam sejenak, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing hingga Nila membuka pembicaraan.

"Bayaran kita udah masuk belum?" 

"Bentar gue cek!" kata Nala memeriksa handphonenya.

"Udah!" katanya.

"Bagus! sumpah gue gedek ama tu orang, bisa-bisanya dia selingkuhin istrinya!" kata Runi mengingat alasan mereka membunuh orang tadi.

"Laki-laki emang gitu!" kata Nila.

"Gak semua, kalian aja yang terlalu dingin, coba buka mata dan hati kalian. Pasti kalian tau rasanya," kata Yara.

"Kayak lo tau aja!" sinis Nila.

"Seenggaknya gue gak kayak kalian, gue bosen selalu ngingatin kalian!" Yara menghembuskan nafas gusar.

"Bikinin Qoutes!" kata Runi.

"Apa-apa qoutes, apa-apa qoutes tapi gak pernah di laksanain qoutes gue!" sindir Yara.

"Biar semangat, cepat!" kata Runi, Yara memutar bola mata malas tetapi masih memberikan qoutesnya.

"Cepat!" sentak Nila dan Runi bersamaan, sedangkan Nala hanya melihat saja tanpa berkata sepatah katapun.

"Saya mikir dulu ibu Anila dan ibu Arunika!" ucap Yara gedek.

"Yaudah! cepetan!" kata Runi dan Nila tak tau malu.

"Terserah!!!" ujar Yara, ia berfikir sebentar lalu mengungkapkan yang ada di pikirannya.

"Kehangatan tak pernah datang di antara kita. Namun, di sini saya akan selalu mendukung dan memberikan pelukan untuk kalian, tapi tak selamanya. Suatu saat nanti saya akan pergi," kata Yara yang mampu membuat mereka bertiga bungkam.

"Qoutes pertama, gue lanjut yang kedua?!" kata Yara, mereka mengangguk.

"Dunia kejam, buat dalam genggaman lalu rasakan kehangantan," kata Yara.

"Lanjut tiga?" tanyanya meminta persetujuan, mereka kembali mengangguk.

"Sakit, perih. Awal mula kebahagian yang terpendam bersama kehangatan yang berada dalam diri seseorang." Yara tersenyum yang dibalas senyuman oleh mereka bertiga.

Yara merentangkan tangannya menyambut mereka dalam dekapan. "Gue gak akan dingin kayak kalian, tolong jangan pernah rasain sendiri, gue akan ada di sisi kalian," bisik Yara.

"Makasih," kata Runi.
"Yara gue the best!" ujar Nila. sedangkan  Nala hanya diam tersenyum.

"Gak mau ucapin sesuatu?" tanya Yara pada Nala.

"Selalu seperti ini," kata Nala mengembangkan senyumnya.

"Anala kita tersenyum guys," seru Yara semangat.

"Ha ha ha." mereka tertawa bersama.

"Gue tau pasti masa lalu kalian penuh dengan kekejaman dunia." batin seseorang

                                  *TBC*

4 pria tampan yang berambisi untuk mengalahkan semua musuh dari gank mereka, semua gank yang berasal dari sekolah terkenal.

Hingga tiba saatnya, niat untuk menyerang gank di suatu sekolah luntur seketika hanya karna fakta yang mengatakan bahwa anggota dari gank itu adalah 4 orang gadis.

Suatu hari, salah satu dari pria itu mendapat informasi bahwa gank yang beranggotakan 4 gadis itu ternyata pembunuh, mereka tak pernah merasakan indahnya dunia, apalagi kisah remaja.

Timbul niat untuk menolong dan rasa iba yang bergejolak, membuat mereka memutuskan untuk mendekati para gadis itu dan membuat mereka merasakan indahnya kisah remaja.

Akankah niat semula yang hanya ingin membantu menjadi mencintai?
Bisakah mereka membuat para gadis yang terkenal kejam itu luluh?

kau membunuhku...
Dari pertemuan tak sengaja itu kau telah membuat hatiku menjadi manis melebihi madu,
Saat aku tak sengaja menyentuh kulitmu yang halus seperti permen kapas,
aku mulai menggilaimu seperti semut yang mecari gula,
Saat aku mencoba tidur dan ingin melupakan dirimu bayangan wajahmu yang manis seperti lolipop terus berputar-putar dalam pikiranku,
aku tak tahu mengapa tuhan mengirimkan malaikat sepertimu di dunia yang hambar ini,
apakah kau datang sebagai permen dengan rasa yang baru?,
sungguh aku tergila-gila padamu...
senyummu yang mengembang seperti permen karet membuatku tak berkutik untuk mencintaimu lagi dan lagi,
kau sangat mempesona...
saat aku berada di sisimu entah mengapa hatiku meleleh seperti marshmellow,
aku merasa sangat nyaman di sisimu karena kau seperti permen jahe yang menghangatkanku dari suramnya dunia,
Pikiranku terus menggilai dirimu...
aromamu yang manis membuatku terlelap dalam mimpi gulali yang mewah,
aku terhanyut dalam rasa manisnya coklat di setiap helai rambutmu,
ku mohon kembalilah ke duniamu karena keberadaanmu membuatku menjadi gila,
ku mohon jangan menjadi permen jelly yang sangat menggiurkan karena aku tak bisa menahan diriku untuk selalu dekat denganmu,
Tolong jangan biarkan aku berharap padamu agar aku bisa terbiasa hidup tanpa kehadiranmu di sisiku.




Permen adalah salah satu cemilan yang menjadi favoritku karena rasanya yang manis tapi terlepas dari itu permen memiliki banyak jenis dan di antaranya sudah ku sebutkan di atas.Kali ini aku mengangkat kutipanku membahas tentang permen karena sebelumnya ku pikir setiap kutipanku terlalu hambar,dari judulnya saja kebanyakan aku membahas antara dunia gelap dan terang jadi aku memaksudkan kutipanku kali ini tentang permen agar di buku ini setidaknya ada satu kutipan yang menjadi pemanis.Baiklah langsung saja,kemarin saat aku mencoba menyusun tiap kata untuk kutipan ada artikel Qoutes yang bunyinya seperti ini "life is like candy,sometimes it's sweet and sometimes it's sour but this is your life.I believe You can make your world yourself" makanya dari kalimat ini aku menambah semangatku untuk menyusun kata dan sekedar informasi saja di kutipanku di atas tidak ada sedikitpun yang merujuk pada qoutes inspirasiku itu karena perbedaannya sudah sangat singnifikan.Aku membahas tentang seseorang yang sedang jatuh cinta dan tergila-gila sedangkan quotes itu merujuk pada mencintai diri sendiri.Namun terlepas dari itu aku sangat menginginkan kisah kalian seperti permen khususnya kisah cinta kalian yang selalu berakhir manis,aku harap kalian juga bisa menemukan seseorang yang sangat manis seperti permen dan sangat langka agar hubungan kalian bisa awet sampai ajal menjemput.Untuk arti dari judul tantalizing candy sendiri adalah permen yang menggoda dan silahkan kalian tafsirkan sendiri setiap kata dari kutipanku.


buku ini saya tulis berdasarkan kisah perjalanan hidup yang saya jalani selama ini.saya harap pengalaman saya menjadi pelajaran bagi yang membacanya apalagi kalian yang memiliki nasib seperti saya.
saya adalah anak introvert dan korban depresi, beberapa kali bahkan setiap waktu saya ingin mengakhiri hidup namun saya kembali ke kenyataan bahwa saya harus mencintai diri saya sendiri agar saya dapat membungkam dunia dan membuktikan bahwa saya bukan pecundang yang lari dari kenyataan.
saya harap kalian jangan putus asa dan tetaplah tersenyum.
Buku ini saya tulis menurut sudut pandang psikolsogis saya tentang bagaimana saya menangani depresi saya selama bertahun-tahun.
saya mengungkapkan perasaan dengan beberapa kalimat atau kata yang aneh namun terlepas dari itu semoga kalian bisa memahami yang akan saya sampaikan.
Buku ini berdasarkan pengalaman dan sudut pandang saya jadi akan berbeda dengan beberapa buku yang mungkin kalian telah baca yang memiliki karakter tokoh.Saya sangat berharap dari buku ini saya bisa menolongmu secara psikologis agar kau tak merasa sendiri lagi,

After stepping out of the chopper, Soha started to sweat nervously. She can kill people without even batting an eyelash but standing in front of him is much more tuff than anything else. 

She took a long deep breath to calm her raging heart, as it was hammering in her chest. 

" Abhi? Where are you? " She called Abhirup but no one replied. She realized that she was standing on the terrace of the tallest building in the city, as she can see the whole city from there. 

The surroundings lit up, there was a path covered with rose petals, and a table with two chairs was placed in the centre. The terrace was decorated with so many flowers. There were beautiful qoutes on each sides of the path. She started to read them carefully. 

" I saw that you were perfect and so I loved you. Then I saw that you were not perfect, and I loved you more. "

" Your flaws are perfect for the heart, that is meant to love you. You are my definition of perfect, if you live for 100 years, I hope to live for 100 minus 1 day, so I never have to live without you. "

" If I could give you one thing in my life, I would give you the ability to see yourself through my eyes, only then would you realize how special you are to me. "

Soha's eyes teared up reading those lines, her heart warmed up. She searched for the man restlessly, she wants to run in his embrace and hug him tightly. But the man was nowhere, then a sudden voice made her turn behind holding her breath. 

" If I had to explain the reason why I find you so pretty and sweet, I would explain it by saying that you are my heart's beat. 

If I had to describe you in a few words, I wouldn't say sexy or amazing I would describe you with the phrase, you are my reason for being. 

I LOVE YOU SO MUCH.....  💖 " The man was standing in full glory, with a large bouquet of red roses. He declared his love loud and clear. Soha forget everything the moment she saw him, as he said those three magical words, she just ran in his embrace and hugged him tight. 

Abhirup hold her tightly in his arms. He had waited for this moment for a long time. He kissed her head and made her look at him. She stared in his eyes, her face was wet with tears, he wiped away the tears using his fingers and smiled. 

" Everytime I look at you, I notice your beauty that is out of this world. You shine brighter than the sun and you sparkle like the night stars. When I stand in front of you, I become breathless, I love you. " He kissed her forehead and hugged her again. 

     Soha giggled listening to his poetry. Her.         eyes sparkled with genuine happiness, her.       heart warmed up with his lovely romantic gestures. 

She didn't replied to his proposal, and he didn't asked her to reply. The moment she jumped in his embrace, he got her answer. He decided to give her time till she decides to say those three words from her lips herself. 

" 100 roses? " Soha asked surprisedly taking the bouquet from him. She started counting them. 

" Yes, my love. Now come, sit. " Abhirup nodded while taking her hand and guiding her to the table. 

" So, do you like the surprise? " He asked after sitting on the chair. Soha was watching the city, it was a very beautiful view from there.

" I love it, this place is beautiful, and those lines were also perfect. " She answered to his question with a blushing face, and thanked him for the surprise. " Thank you for this awesome surprise. " 

Abhirup shook his head and smiled playfully, then said, " Don't thank me so early my love, because tonight is just the starting, from now every single day you will get surprises. "

" Close your eyes, There's another surprise for you. " Abhirup asked her to close his eyes, but her eyes widened more. " I asked you to close your eyes, why are you widening them? " After contemplating for a moment, she closed her eyes. One moment she didn't feel anything but another moment she felt a light touch on her ankle, then felt a cold metal over her ankle. 

" Now you can open your eyes. " Abhirup sat up after tightening the pair of anklet over her ankle and permit her to open her eyes. 

Soha open her eyes and pulled up her skirt up enough to see her ankles, a pair of dazzling anklets were shining brightly over her ankle. She gasped in surprise. " How do you know that I love to wear anklets? " Soha asked looking at him shockedly. " I know everything about your likes and dislikes, my love. Now tell me, do you like it? "

" Oh my gosh, its so so beautiful, I love it. " She giggled while playing with it. Abhirup felt satisfied watching her glowing face. 

He served dinner for them, her favourite lucknowi biriyani, kababs, rogan josh and shahi tukra, gulab jamun and rosogolla in deserts. Soha sniffed the aroma of her favourite mughlai dishes and smiled fondly. This man surely knows how to make her happy. 

" You know, you are spoiling my habbits. " Soha said finishing her dinner, Abhirup smiled. ' I can do anything to see this smile on your face. I promise you, I will do everything in my power to make you smile like this every moment of your life forever. ' He promised to himself in his heart.

self love qoutes novel

"Qoutes"

Qoutes putri

My diary-qoutes

Self love

f&

Wanita dititik Terendah

Sold to the Alpha's

padmarini

Shadow : the secret of heart

we are destined (my arrogant billionaire )

People search self love qoutes also like: