webnovel

KARASU

Fantasy
Completed · 150.7K Views
  • 228 Chs
    Content
  • 5.0
    88 ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

"Aku mendengar suara kepakkan sayap yang menyedihkan .. Dia yang bertengger disana. Seakan memberi isyarat .. Kematian yang dekat" Sagiri terbangun sebagai seorang Karasu makhluk tanpa ingatan. berbekal THE BOOK of JOKER dan sebuah gun ia harus menghabisi ribuan Joker, yaitu orang-orang yang harus di hentikan masa hidupnya secara paksa. demi satu harapan terbesar Sagiri semasa hidupnya. lalu pertemuan itupun terjadi. sagiri harus menghadapi salah satu jokernya yang merupakan takdirnya, Naoki pemuda malang yang selalu mengalami hal buruk dalam hidupnya. Sagiri mulai bimbang dengan dirinya. ia dihadapkan 2 pilihan. menghabisi Naoki atau Mengabulkan harapan besarnya. apa sebenarnya harapan terbesar Sagiri? lalu pilihan apa yang akan Sagiri ambil?

Tags
4 tags
Chapter 1HAJIMATTA (prolog)

Rambut hitam panjang terlepas dari kaitan di telinganya, saat ia menunduk menatap kosong kalender di pangkuannya. Jari-jari lentiknya mengusap pelan permukaan kertas licin itu. Suara konstan mesin mesin khas rumah sakit seakan menjadi lagu pengantar tidur. Bedanya, suara itu berbunyi sepanjang waktu.

"Sayangnya virus itu kebal dengan obat obat yang selama ini Sagiri minum, saya tidak tahu lagi harus bagaimana. Kita hanya bisa menunggu", suara dokter terngiang-ngiang dalam benak nya. Kini ia menyesal menguping pembicaraan walinya dengan sang dokter.

"Dua bulan..", nafasnya berat. Hanya tersisa dua bulan hidupnya..

Hari berganti hari.. kalender sudah tidak lagi ada di meja atau di pangkuannya. Terlalu frustasi baginya melihat hari semakin berlipat menuju batas yang dokter perkirakan. Semakin lemah.. bahkan untuk menangis.

Sebelum semuanya menjadi semakin kelam. Ia melarikan diri. Mencabut selang infus di lengannya, melepas semua – yang entah apa namanya itu – yang menempel di seluruh tubuhnya, benda itu tersambung dengan mesin-mesin berisik di samping ranjangnya. Wajah pucatnya tak berekspresi bahkan ketika darah segar mengalir dari lengannya akibat selang infus.

Dengan tenaga yang susah payah ia kumpulkan. Ia terhuyung-huyung menuju tangga darurat di ujung lorong. "Pukul 2 malam", bisiknya pelan menilik ke arah dinding lorong di arah kanan, jam hitam besar bersanding di sana dengan detik-detiknya yang tak bersuara.

Tanganya beberapa kali menopang beban tubuhnya ke dinding. Dengan terseok-seok ia menaiki satu persatu anak tangga, sekarang ia sudah ada dihadapan sebuah pintu besi yang berat dan berderit saat dibuka. Tidak ada seorangpun disana. Ya! Siapa orang aneh yang pergi ke lantai paling atas gedung ini pukul 2 malam, selain orang putus asa seperti Sagiri? Hantu mungkin.

Angin malam yang tak pernah ramah menerpa wajahnya. Dinginnya bagai ratusan jarum kecil yang menusuk pori-pori. Tanpa alas kaki ia sempoyongan menyusuri ruang terbuka. Disana tidak ada apa-apa, hanya ada penampungan air besar dan pipa-pipa besar pembuangan exhaufan. Pandangannya tertuju pada pagar besi pembatas yang sudah mengelupas dan meninggalkan noda merah tua pada lantai beton, aroma karat menguar kuat dari sana. Lantainya basah akibat air hujan, beberapa genangan yang ia pijak mengeluarkan bunyi keciprak pelan dan membasahi sedikit ujung celana piyamanya. sedikit demi sedikit ia mendekati pagar yang tingginya hanya satu meter.

Sagiri memanjatnya..

Di hadapannya pemandangan gelap terang yang memukau. Gedung-gedung perkantoran menjulang, Tokyo tower yang kokoh berdiri menyapa dengan kedip-kedip lampu merah terangnya.

Sudah tidak ada harapan apapun yang bisa menjadi alasannya untuk kembali turun. Jika ia kembali, ia hanya tinggal menunggu kematian datang padanya, tertidur dengan rasa sakit menyiksa yang selalu datang tanpa tahu diri, menghabiskan biaya pengobatan yang mencekik orangtuanya. Lalu bukankah menjemput kematian akan jauh lebih baik baginya?

Sagiri hanya ingin semuanya cepat berlalu.

Otaknya berseru untuk lekas terjun, setelah ini mungkin orang tuanya akan sangat terpukul, terluka, menderita. Tapi, duka tidak abadi.

Perlahan waktu akan berjalan menjauh. meninggalkan yang sudah tidak ada, menjadikannya hanya sebuah kenangan. sebuah foto di Butsudan (altar Budha) yang diletakan di sudut ruang keluarga.

Matanya memburam, semua pemandangan hebat di hadapannya sekarang kabur. hanya tampak seperti pendar-pendar cahaya. Lalu, air mata itu jatuh. Pandangannya jernih kembali. Tapi, tidak dengan pikirannya, masih buram.

Hatinya menjerit dan saat itulah suara-suara itu datang.

"Apa yang kau inginkan?" suara itu.. pelan

Kakinya bergetar, hanya beberapa inci dari tepi gedung. Dari tempat ia berdiri, terlihat lampu-lampu kendaraan yang berjajar seperti sungai cahaya. Di dalamnya, berisikan manusia manusia lelah yang rindu akan alam mimpinya. Tapi kau tahu? Tokyo tak penah tidur.

"Apa yang kau inginkan?" suara itu lagi.. semakin jelas.

"Apa yang kau inginkan?" dia menoleh mencari-cari sumber suara. Tak ada siapapun disana.. hantu? Ah.. dia tak lagi peduli, sebentar lagi mungkin dia akan jadi hantu.

"Apa yang kau inginkan?" seperti semakin menuntut sebuah jawaban.

Ia merentangkan tangannya, seakan bersiap untuk terbang. Matanya tak lagi menatap kosong sungai cahaya yang menghipnotis. Terpejam erat menghindar dari kenyataan. Suara-suara semakin banyak berbisik di telinganya bertanya hal yang sama.

"Aku ingin ... bahagia", bibirnya berbisik .. ia melompat.

Tidak ada lagi suara. Tidak ada lagi rasa dingin dari angin yang menerpa.

Tidak ada apa apa..

Hampa.

***

You May Also Like

L'AMORE NON ESISTE (Tidak Ada Cinta)

"Lo marah karena omongan gue tadi kan? Jawab gue Sheina." Tanya Vincent sambil terus menatap wajah Sheina.       Sheina memberontak dan hendak menjauhkan tubuhnya dari Vincent namun segera ditahan oleh Vincent. Vincent langsung menarik pinggan Sheina agar semakin mendekat dan kini tubuh mereka sudah saling menempel.     "Lep.. Ahhh lepasin kak. Nanti bibik bisa liat." Ucap Sheina berusaha menurunkan tangan Vincent dari pinggannya.     "Gue ngak peduli, yang penting sekarang lo jujur, lo marah karena ucapan gue yang tadi kan?" Vincent kembali bertanya namun tetap tidak ada jawaban dari Sheina.     "Jawab Sheina." Ucap Vincent kali ini dengan suara yang lebih keras dari yang tadi. Sheina yang sudah mulai kesal melihat sikap Vincent langsung memberanikan diri menatap mata Vincent tajam.     "Mau lo apa sih kak? Lo ngapain sih masih deket- deket gue hah? Lo ngapain masih susul gue ke sini. Lo ngak mau kan kalo gue suka sama lo? Iya kan? Dan satu- satunya cara agar gue ngak suka sama lo ya gue ngak sering- sering lagi ketemu sama lo." Jeda Sheina, lalu melepaskan tangan Vincent dengan sepenuh tenaga.     "Lo ngak usah ketemu gue lagi, gue ngak mau ketemu sama lo lagi kak." Ucap Sheina yang membuat Vincent terdiam sejenak.     "Emang harus ya lo jauhin gue? Gue bukan ngak suka kalo lo cinta sama gue, tapi gue cuman ngak mau lo sakit hati Sheina, dan lo ngak harus jauhin gue. Lo harus selalu ada di samping gue, ngak boleh ada orang lain yang jadi pelindung lo selain gue." Ucap Vincent yang membuat Sheina tertawa.     "HAHAHHAAAHAHA, hebat.. hebat.. hebat banget lo kak. Emang lo siapa gue makanya lo bisa ngatur- ngatur gue sampai gue ngak boleh deket sama orang lain selain lo? Emang lo siapa gue hah? Jawab gue, jawab gue Vincent" Teriak Sheina tanpa memanggil Vincent dengan embel- embel kakak lagi, emosi Sheina semakin menjadi- jadi akibat ucapan Vincent tadi.     "Gue emang bukan siapa- siapa lo, tapi lo penting buat gue, dan gue ngak mau kalau lo harus deket sama orang lain selain gue."     "Munafik, brengsek, egois lo bener- bener egois kak. Lo bukan siapa siapa gue tapi lo ngatur- ngatur hidup gue. Urus aja hidup lo, gue bisa urus hidup gue sendiri kok, lo ngak perlu ikut campur sama hidup gue."     "Gue berhak ikut campur sama hidup lo." Ucap Vincent.

Mega_Dream · Fantasy
4.9
160 Chs
Table of Contents
Volume 1 :Affliction
Volume 2 :Black Bird
Volume 3 :TAKA
Volume 4 :Come back
Volume 5 :MEMORY
Volume 6 :NEW LIFE