Dari detak jantung jadi cinta. Hati yang hancur, dapatkah diperbaiki? Winda seorang perawat merasakan perihnya patah hati ketika memergoki kekasihnya sedang bercumbu dengan wanita lain. Pepatah berkata cinta baru memulihkan luka lama. Luis, sang pasien di tempat kerja Winda menjadi 'obat' yang hadir menyembuhkan luka hati Winda. Kisah cinta bersemi hingga mereka memutuskan untuk mengikat cintanya dalam satu janji suci. Namun takdir berkat lain, Luis mengalami kecelakaan. Harapan hidup kecil, ia akhirnya memutuskan untuk mendonorkan jantungnya untuk seseorang yang ia pilih. Mampukah Winda melepaskan kepergian Luis dan melanjutkan hidupnya? Bertekad menutup hatinya tapi sekali lagi seorang lelaki yang ternyata penerima donor jantung Luis masuk dalam hidupnya. Mampukah dia membuat Winda melupakan Luis? Detak jantung orang yang sama di tubuh yang berbeda. Dua lelaki satu jantung. Hemmm ... Cerita ini hanya karangan author, maaf jika ada kesamaan nama karakter atau kemiripan kisah. Jangan lupa masukkan novel ini kedalam library/ daftar baca kalian ... Untuk mendapatkan info tentang novel hasil karya dari author, silakan kunjungi : Fb : Pena_aQuina Ig : @pena_aquina
Sore itu...
Lampu merah no 1 vip menyala di dinding ruang jaga perawat. Perawat senior tengah sibuk mencatat data pasien yang baru masuk bangsal, kebetulan hanya ada 2 perawat sebab seorang lagi minta ijin untuk acara keluarga.
"Nda, tolong lihat pasien kamar 1 vip"kata senior Mawar.
"iya kak", jawab winda dengan segera bangkit dari tempat duduknya. Winda adalah seorang perawat berusia 22 tahun berhidung mancung matanya memancarkan keceriaan alisnya tebal hitam seperti ulat bulu dan juga bibirnya selalu tersenyum menebarkan rasa damai yang melihatnya.
"Saudara Luis, ada yang bisa saya bantu?" sapa Winda saat di dalam kamar 1 vip.
"Bantu saya ke toilet!"jawab Luis sedikit kasar. Winda pun langsung membantu pasien ke toilet. Setelah selesai urusan kamar mandi pasien Luis, perawat Winda membantu pasien kembali berbaring di tempat tidunya. "Ada lagi yang bisa saya bantu?"tanya perawat Winda.
"Tidak, pergilah!"kata Luis.
Perawat winda membalikkan badanya sambil berjalan kearah luar dia mengelus dada. "Judes banget nih pasien, bilang terima kasih pun tidak...untung tampan kalo tidak...huhft." rungut winda dalam hati.
"Stop! cepat kesini",teriak Luis. Dengan wajah galak dan senyum sinisnya. "Lebih dekat lagi!". Winda nurut aja langsung berdiri tegap disamping kanan Luis tanpa bersuara tapi tetep dengan senyum ramahnya. Tiba-tiba tangan kanan Luis menarik Winda kepelukannya, serta tangan kiri Luis memegang dagu Winda dan mengarahkan ke bibirnya. Spontan mata Winda melotot kaget. Kyaa...! apa yang dilakukan pasien ini batin Winda, seketika tanganya memberontak mendorong jauh dari Luis namun kalah kuat dari cengkraman Luis.
___________________________________
Winda duduk melamun di ruang jaga perawat, dia terbayang kejadian di kamar 1 vip. "Ini cara aku berterima kasih"kata Luis. Plaaak! seketika perawat Winda menampar pasien kurang ajar itu kemudian berjalan keluar tanpa sepatah kata apapun.
"Nda"panggil perawat mawar sambil mencolek pundak Winda. "Melamun ya? sabar sebentar lagi jam kita pulang, Haha..sudah nggak sabar pulang bareng pacar ya?" goda perawat mawar.
Winda kaget dicolek perawat Mawar. "Aah..kak Mawar ada ada aja. Cuma capek kak, pengen cepet pulang dan tidur" jawab Winda beralasan sambil bibirnya manyun manja.
--------------------------------------
Di parkiran rumah sakit seorang perawat laki-laki bersandar di samping mobil jazz silvernya. Dia adalah Ari perawat Unit gawat darurat sekaligus kekasih Winda. Seketika senyumnya mengembang saat melihat gadis cantiknya ada di kejauhan menuju ke arahnya. "Hai gadisku" sapa Ari sambil mengusap lembut kepala Winda.
"Hai juga" balas Winda tak bersemangat.
"Ok, kita makan malam dulu biar gadisku ceria lagi" goda Ari.
"Antar aku pulang saja ya, hari ini pengen cepet tidur"jawab Winda dengan manja.
"Baiklah jika itu mau gadisku" balas Ari tersenyum.
Di kamar tidur serba pink, Winda berbaring di kasur yang empuk mengistirahatkan seluruh tubuhnya. Bayang-bayang kejadian tadi sore di kamar 1 vip terlintas kembali dibenaknya, rasa marah, malu, muak bercampur aduk.
Di tempat lain di kamar 1 vip Luis mengusap usap pipinya, teringat lagi dia tentang bibir manis nan hangat, wajahnya yang merah merona namun matanya menunjukkan ketidak senanganya atas perlakuan Luis. Plaaaak!namun tamparanya dahsyat. Baru kali ini ada wanita yang berani menamparnya setelah dicium, padahal begitu banyak wanita yang ingin dekat denganya. " Wanita yang menarik" ucap Luis. Senyum licik Luis terukir jelas diwajahnya.