"Nggak usah cemas. Bukan masalah besar, kok."
Damar tahu, Kirana baru saja berbohong. Dia terlalu mengenal perempuan itu.
"Jangan bilang dia udah berulah," celetuk Damar, mencoba menebak masalah yang mungkin sedang mengusik hati Kirana.
Kirana menghela napas, lalu tertawa ringan mendengar apa baru saja yang dikatakan Damar.
"Segampang itu kamu bisa tahu. Situ aslinya cenayang, ya?" canda Kirana.
Damar ikut tertawa sebentar. "Kamu sendiri yang bikin itu kelihatan terlalu jelas. Mana cincin tunanganmu?"
Kirana refleks menyentuh jari manis kirinya yang memang tampak kosong pagi ini. "Kalau aku bilang ketinggalan di rumah, kamu percaya?"
"Coba cari alasan lain yang lebih masuk akal. Gunakan otak cerdasmu itu, Kirana."
"Tapi ini masih terlalu pagi untuk mempekerjakan otak cerdasku. Dia harus bekerja keras siang sampai malam nanti," balas Kirana tak kalah sarkas dari Damar.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com