webnovel

Last Boss

Auteur: Sonzai
Fantaisie
Actuel · 124.7K Affichage
  • 181 Shc
    Contenu
  • 4.7
    10 audimat
  • NO.200+
    SOUTIEN
Synopsis

Kenapa Iblis itu harus dibunuh? Pertanyaan itu muncul di kepalanya ketika ia diminta untuk mengisi kuisioner setelah dirinya berhasil mengakhiri game yang baru saja keluar kemarin. Edward, dia adalah seorang pelajar SMA tahun terakhir yang memiliki hobi bermain game. Dia adalah seorang maniak, hampir semua game yang dikeluarkan 2 atau 3 tahun sudah ia selesaikan. Game baru keluar, Aester World, ia menamatkannya hanya dalam waktu kurang dari 48 jam. Game menunjukkan credit staff yang terlibat bergerak ke atas sebagai tanda akhir dari permainan, namun ketika kredit selesai muncul sebuah pertanyaan. Ia berpikir jika itu hanya ulasan untuk iklan game mereka, namun semakin lama muncul pertanyaan yang semakin aneh. Hingga terakhir muncul sebuah pertanyaan yang tidak bisa ia jawab. Kalau begitu, bagaimana jika Kamu menjadi Raja Iblis? Monitor seketika berubah menjadi warna putih, cahaya dari layar menjadi sangat terang daripada biasanya sampai membutakan matanya untuk sesaat, lampu kamar tiba-tiba menyala sangat terang lalu meledak. Ruangannya bergetar hebat seolah di terjang gempa, ia melompat dari kursi karena panik, berlari kearah pintu keluar. Ketika matanya terbuka, semuanya berubah. Tidak ada lagi ruangan sempit yang berantakan, tidak ada lagi cahaya monitor yang menjadi sumber cahaya ruangannya. Semuanya berubah, hanya ada ruangan luas dengan cat merah gelap, ranjang yang luas, dan seorang perempuan yang siap melayaninya kapan saja. Ia berubah menjadi Boss Terakhir dari game Aester World, mungkin itu terdengar sangat luar biasa namun tidak untuknya ketika tahu takdirnya akan berakhir di tangan sang pahlawan. "Jangan bercanda! Aku tidak mau hidup ku berakhir! Aku akan bertahan hidup dan mengubah takdir ku!"

Chapter 1Chapter 1 - Game terburuk

Jari-jarinya menari diatas papan ketik, hanya layar itu yang menjadi sumber cahaya di ruang yang gelap. Jarinya terus menari diatas papan ketik, mengontrol karakter pada komputernya. Angka-angka diatas bar merah itu terus menurun sampai angka 0 bersama dengan bar merah yang semakin berkurang habis, hanya meninggalkan bar kosong.

Congratulations!

Muncul sebuah tulisan emas yang megah bersamaan dengan kembang api di sekitarnya. "Akhirnya selesai …," Anak laki-laki itu menyandarkan tubuhnya, menghela nafas setelah akhirnya menjadi yang pertama menyelesaikan boss terakhir dari game yang baru saja rilis kemarin.

Aester World, sebuah game fantasy dengan sistem yang benar-benar dibuat semirip mungkin dengan dunia nyata, karakter bisa mudah lelah, perlu tidur dan perlu makan, jika tidak bar merah (Health Poin) akan terus berkurang, skill yang di dapat juga harus melewati latihan berulang kali. Sistem game terburuk yang pernah ia mainkan, ia tidak tahu kenapa ia membeli game seperti ini, mungkin instingnya memaksanya untuk memainkan game seperti ini.

Sudah cukup lama tulisan selamat itu terpampang di layar monitor, tidak menghilang sama sekali. Menekan tetikus, menekan papan ketik, tidak ada yang terjadi.

"Bug? Serius!? Aku belum menyimpan proses gamenya!"

Waktu 24 jam untuk menamatkan game RPG paling buruk terasa terbuang sia-sia, tidak ada yang bisa ia lakukan selain mengulang kembali dengan memuat proses permainan sebelumnya. Menghela nafas berat, tubuhnya mengejang sesaat sebagai tanda tubuhnya perlu mengeluarkan air.

"Terserahlah, aku akan ke toilet," Gumamnya merasa jengkel.

Ia meninggalkan komputernya yang masih menampilkan tulisan yang sama. Langkahnya terhuyung-huyung menuju toilet yang tidak jauh dari komputernya, efek tidak tidur selama 24 jam begitu terasa untuk seorang pelajar baginya, tetapi itu bukanlah untuk yang pertama kali.

Menutup pintu toilet, bersandar sambil membuang air seni. Rasa kesal ketika mendapat bug itu masih ia rasakan, tapi bagi seorang gamer sepertinya itu bukan masalah besar, ia sudah ingat bagaimana pola serangan boss itu jadi akan mudah baginya untuk mengulang permainan. Selesai dengan urusan panggilan alam, ia keluar dari toilet dan kembali ke meja komputer.

"Ah …"

Tampilan komputernya berubah, tidak ada lagi tulisan megah itu tapi berganti dengan sebuah pertanyaan yang hanya memberikan pilihan 'Yes' atau 'No'

'Apakah Kamu menikmati permainan ini?'

Ia menghela nafas lelah, ingin langsung beristirahat tetapi proses gamenya masih belum ia simpan dan ia tidak bisa menyimpannya karena diberi pertanyaan dari game itu. Bukan sebuah pertanyaan yang aneh, itu adalah hal biasa ketika menamatkan sebuah game. Biasanya game akan meminta pendapat para pemain yang berhasil menyelesaikan game mereka, dan nantinya jika pendapat pemain bagus maka pendapat pemain akan dipasang bersama iklan game mereka. Jika sebaliknya, mereka akan mengabaikannya, setidaknya itulah anggapan Edward yang sebenarnya tidak peduli dengan hal seperti itu.

"Meski sistem mendapat skillnya buruk dan tidur, makan, mandi itu benar-benar menyebalkan. Tapi permainan ini bagus dari beberapa aspek, ya terserahlah … Yes," ucapnya kepada diri sendiri kemudian memilih 'Yes' sebagai jawabannya.

'Bagaimana menurutmu tentang boss terakhir?'

Sebuah pertanyaan lain muncul di layarnya namun bukan dijawab dengan pilihan tetapi sebuah kotak kosong yang bisa di isi langsung dengan mengetikkan pendapatnya.

Edward semakin gusar, ia menghela nafas dengan kasar "Ini jadi seperti survey, ya terserahlah. Mungkin mereka nanti akan memudahkannya, walau bagiku masih termasuk mudah," ucapnya

Ia tidak langsung mengetikkan sesuatu pada kotak di layar itu, Edward termenung sesaat memikirkan sesuatu tentang boss terakhir yang cukup membekas dalam pikirannya. Boss terakhir itu seorang Raja Iblis, Kaisar Iblis yang hanya ingin ras-nya tetap hidup. Dia bukan Kaisar Iblis yang jahat, tapi kenapa pahlawan membunuhnya? Itu yang tidak ia mengerti dan tidak dijelaskan sama sekali alasan pahlawan membunuh Raja Iblis, hanya alasan biasa yang dipakai game RPG pada umumnya yaitu Raja Iblis akan menghancurkan dunia, tapi ia merasa jika alasan itu bukanlah alasan yang sebenarnya setelah ia mendengar Raja Iblis mengatakan itu disaat akan dihabisi olehnya.

Ia mengisi kolom kosong itu dengan apa yang ia pikirkan sebelumnya sekaligus memberikan pertanyaan yang ada dipikirannya sebelumnya, menekan tombol 'enter'.

'Kalau begitu, bagaimana jika Kamu menjadi Raja Iblis?'

"Eh?"

Tidak ada pilihan ataupun kotak kosong, semua kontrol juga tidak berfungsi. Ia tidak bisa mengetik, menekan tombol kombinasi untuk keluar darurat dan menggerakkan kursor panah.

'Bagaimana jika Kamu memahami apa yang dirasakannya?'

'Dengan begitu pertanyaan mu dapat terjawab'

'Kemarilah.'

Layar komputer seketika berubah menjadi warna putih, cahaya dari layar menjadi sangat terang daripada biasanya sampai membutakan matanya untuk sesaat, lampu kamar tiba-tiba menyala sangat terang lalu meledak. Ruangannya bergetar hebat seolah di terjang gempa, ia melompat dari kursi karena panik, berlari kearah pintu keluar.

"Aaaaaaaaaaaahg!"

Sebelum mencapai gagang pintu, ia sudah tertelan oleh cahaya itu dan kesadarannya menghilang. Ia tenggelam, semakin jauh dari cahaya, sekarang hanya ada kegelapan di sekelilingnya.

'Menerima karakter, membuat ulang struktur karakter.'

Sakit, dadanya terasa sangat sakit seolah di tusuk oleh pedang berkali-kali. Ia meronta, meraih apapun yang bisa ia raih tapi sayang tidak ada apapun di sekitarnya.

'Berhasil.'

Suara itu, ia bisa mendengarnya. Suara yang sangat mengganggu yang di telinganya sampai ingin menarik dan mencabut telinganya karena tidak tahan.

'Memuat data karakter.'

"Hu-uh?"

Selesai

"Apa yang–."

Ia berhasil membuka matanya, sebuah titik cahaya biru kecil berada tepat di depan wajahnya. Melihat sekeliling, tidak ada lagi cahaya, hanya ada titik itu yang menjadi cahaya di tempat yang gelap lalu ini juga bukan kamarnya.

'Konfirmasi untuk melihat data.'

"Suara apa itu? Apa yang terjadi sebenarnya?"

'Konfirmasi untuk melihat data.'

Kebingungannya tidak terjawab, suara itu hanya terus berulang-ulang setiap 3 detik.

"Ah terserahlah!"

Anak itu tanpa pikir panjang menekan titik cahaya biru itu, suara yang sedang berbicara seketika langsung tertahan untuk sesaat.

'Konfirmasi selesai.'

Menampilkan data

Sebuah layar abu-abu transparan dengan tulisan putih rata kiri muncul di hadapannya, menunjukkan nama, umur, ras dan level.

"Apa … Apaan ini?" Ucapnya terkejut menatap semua tulisan di layar itu.

Nama: Void

Umur: 980 tahun

Ras: Iblis

Level: 200 (MAX)

Lirikan matanya terhenti ketika membaca skill yang berada di bawah baris level, hanya ada tiga skill.

"Skill ini …"

Ia sangat ingat dengan ketiga skill itu, skill yang digunakan boss terakhir yang ia lawan. Ia masih ingat pola serangan dan kapan skill itu digunakan, karena itu ia yakin tidak salah saat melihat tiga skill utama itu.

Skill: [Claws of Hell] [Blasts of Evil] [Devours Darkness]

'Konfirmasi memakai karakter.'

Suara itu kembali bersamaan dengan munculnya titik biru di bagian bawah data itu. Tidak ada pilihan lain, suara itu juga kembali berulang dengan jarak waktu yang sama seperti sebelumnya. Tetapi ia tidak terganggu, ia termenung sesaat mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

"Ah terserah, mungkin aku hanya bermimpi."

Ya, terlalu aneh baginya untuk mengalami ini. Ia terlalu sering membaca novel bertema dunia lain atau dunia game, tidak tidur selama 24 jam membuatnya sedikit berhalusinasi.

"Ayo selesaikan ini, dan tidur."

Ia memejamkan matanya dan menekan titik itu lagi untuk menghentikan suara yang terus berbicara.

'Konfirmasi selesai.'

'Melakukan pemindahan.'

"Eh?"

Rasa lelahnya menghilang, rasa kantuknya juga menghilang, kini ia membuka matanya dengan lebar menatap ke arah langit-langit yang belum pernah ia lihat. Sekelilingnya tidak lagi gelap, ia bisa melihat tembok dengan cat merah, lemari, meja dan juga ranjang, ranjang yang jauh lebih besar daripada miliknya. Tempat itu, bukanlah kamarnya.

"Aku dimana?"

Ia merasa sedikit berat di kepalanya seolah ada sesuatu yang menumpuk di kepala, ia meraba dan bisa merasakan sesuatu yang seharusnya tidak ada di kepalanya. Sangat besar, serasa seperti tulang yang keluar dari kepalanya. Ia melompat dari ranjang dan berlari ke cermin di atas meja.

"Ti--tidak mungkin, kenapa Aku memiliki tanduk!?"

Sebuah tanduk besar, melengkung ke depan ke arah pandangannya, wajahnya dan pakaiannya berubah. Ia tidak lagi memakai seragam sekolah yang dua hari belum ia lepas, ia memakai jubah hitam dengan kerah yang besar sampai menghalangi kedua sisi kepala juga bagian belakang kepalanya.

*Tok tok

"Tuan Edward, sarapan sudah siap."

Suara seorang gadis, memanggilnya dengan panggilan tuan. Apa yang terjadi sebenarnya? Semuanya berubah dalam sekejap, ia masih ingat sensasi saat ia bermain game dan emosi yang muncul karena bug tidak jelas, ia beberapa saat lalu masih di kamar kecilnya, tapi kenapa ia berada disini?

'Ayo, kemarilah Kaisar Iblis.'

Ia teringat kembali panggilan itu, panggilan saat dirinya belum tertelan oleh cahaya. Saat ini hanya ada satu anggapan mustahil dikepalanya, sesuatu yang masih tidak ia percaya itu akan terjadi.

"Jangan bilang … Aku benar-benar menjadi Kaisar Iblis!?"

To be continue

Vous aimerez aussi

Difraksi Fragmen

Edwin Albern, bocah berusia tujuh tahun dipaksa oleh keluarganya berkeliling dunia hanya untuk melihat sisi gelap dari kehidupan manusia. Dunia yang dia tinggali ternyata lebih busuk dari pada yang dia kira, tempat di mana martabat manusia dan nilai kehidupan tidak dapat ditentukan. Kebahagiaan yang dia lihat selama ini seolah-olah hanya kebohongan yang dipamerkan. Pembunuhan, pembantaian, perbudakan dan kekejaman lainnya telah bocah itu saksikan dengan kedua matanya sendiri. Tidak ada tempat aman! Hak asasi manusia tidak lebih dari catatan yang kapan saja bisa diabaikan. Setiap kota yang dia kunjungi selalu ada manusia yang melakukan kejahatan semudah bernapas. Sejak berusia lima tahun dia sudah mengetahui bahwa keluarganya adalah mafia, mereka tidak lebih dari sekelompok penjahat. Karena Edwin yang kecil dan polos dipenuhi idealisme keadilan membuatnya menjaga jarak dengan keluarganya. Bahkan kematian orang tuanya beberapa bulan setelah dia mengetahui pekerjaan mereka tidak sedikit pun menyentuh hatinya. Tapi pandangan hidupnya berubah setelah upacara pemakaman. Kakaknya, anggota keluarganya yang tersisa menceritakan segala hal tentang keluarganya. Mereka mungkin dikenal sebagai mafia, tapi kenyataannya yang mereka lakukan adalah berbeda. Mereka melakukan pekerjaan demi melindungi tempat mereka. Sepotong kebohongan terungkap, tentang dua orang yang bermain peran bahkan rela menipu putranya sendiri. Setelah perjalanannya selesai, bocah kecil itu membuat keputusan, bahwa sekarang adalah gilirannya bermain peran.

MattLain · Fantaisie
5.0
276 Chs

Tanril: Telaga Api

Legenda satu orang yang bisa menahan kepungan ratusan ribu pasukan, menaklukkan puluhan ribu tentara elit, serta menghentikan Perang Saudara berkepanjangan. Wander Atale Oward adalah anak kelima dari Likuun dan Chiru’un. Sejak kecil ia adalah anak yang lemah dan sakit-sakitan. Ketika ia sudah bersekolah, ia menjadi bulan-bulanan anak-anak saudagar di sekolahnya, ditindas dengan licik, hingga dikeluarkan dari sekolah. Wander tetap berkeinginan untuk mempelajari “Rijeen” atau seni bela diri. Ia mendesak ayahnya untuk mencarikan lagi guru baginya, hingga akhirnya ia diterima sebagai murid tunggal seorang ahli Rijeen yang eksentrik bernama Kurt Manjare. Kurt tidak mengajarkan ilmu bertarung, tetapi mengajarkan Teknik mengelola dan menguasai Khici. Kurt tahu bahwa Wander adalah anak yang istimewa. Wander terlahir sebagai “Tanril’, atau ia yang memiliki telaga api Khici dalam dirinya. Untuk bisa memanfaatkan itu, Wander perlu diarahkan dengan benar. Dalam bimbingan Kurt, Wander mengalami kemajuan pesat. Kemudian, Kurt ternyata mengungkap bahwa ia bukanlah guru sejati Wander. Ia hanya dipesan untuk mengajari Wander hal=hal yang mendasar, tetapi ia perlu mencipta sendiri Rijeen-nya di bawah bimbingan guru sesungguhnya bernama Jie Bi Shinjin yang misterius. Pada usia belasan tahun, Kerajaan Telentium, tempat tinggal Wander mengalami pergolakan. Raja negeri itu mangkat. Takhta kerajaan menjadi perebutan berdarah, hingga negeri terbelah dan pecah perang saudara. Pasukan Pangeran Pertama yang penuh ambisi kini mengarah menuju kota kelahiran Wander, Fru Gar. Atas pesan gurunya, Wander berusaha mempertahankan kota ini sekaligus berusaha menyelamatkan keluarga dan para penduduk kota.

Jadeteacup · Fantaisie
4.9
309 Chs
Table des matières
Volume 1

audimat

  • Tarif global
  • Qualité de l’écriture
  • Mise à jour de la stabilité
  • Développement de l’histoire
  • Conception des personnages
  • Contexte mondial
Critiques
Aimé
Nouveau

SOUTIEN