Kim Yerin. Pecinta hujan yang selalu merindu akan kehangatan yang telah lama hilang menjadi buih dalam memori senja. Kehilangan orang tercinta tentu saja bukan perkara mudah bagi seorang gadis manja sepertinya. Kehilangan semangat hidup dan menjadi seorang yang sangat tertutup, mungkin adalah imbas yang paling kentara terlihat. Sudah lebih dari 5 tahun Yerin hidup sebagai lautan tanpa mentari. Ia adalah genangan dalam yang layak diselami namun selalu terhalang gulita yang menyelimuti. Sedangkan neneknya semakin menua dan tak mungkin menjalankan perusahaan seorang diri. Ia sangat membutuhkan cucu satu satunya itu sebagai penerus dan pewaris tunggal. Hingga akhirnya neneknya memutuskan untuk menghadirkan seseorang yang mungkin saja bisa membuat tawa Yerin kembali. Seseorang yang mungkin bisa membawa Yerin ke jalan dengan benderang harapan. Choi Jungkook, seorang anak pelayan dari keluarga Kim yang sudah mengabdi selama bertahun-tahun bahkan sebelum Yerin lahir. Bukan kebetulan juga bukan perencanaan, Nenek Kim sedikit menaruh harap saat ia pertama kali melihat Choi Jungkook mengunjungi ayahnya yang sedang bekerja dikediamannya. Tentu Choi Jungkook tidak pernah menolak perintah, terutama dari nenek Kim yang sudah dia anggap sebagai neneknya sendiri. Diumurnya yang ke 17 akhirnya Jungkook memenuhi permintaan nenek Kim untuk menjadi seorang bodyguard bagi seorang Kim Yerin. "Jung... Kenapa kau mau berteman denganku?"
Seperti yang selalu dunia ajarkan, bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan. Namun ada kalanya ketidaksempurnaan itu adalah salah satu bentuk Tuhan sangat mencintai makhluknya. Jika saja Tuhan selalu mengambil apa yang kau punya, Tuhan pasti akan memberimu sesuatu yang bahkan lebih besar dari apa yang diambilnya darimu. Percayalah Tuhan tak tidur, mengawasimu dan menjagamu ditiap detik nafas yang berembus melewati penghidu mu.
Tidak ada istilah sesuatu menggantikan sesuatu. Karena sesuatu terdahulu tidak akan pernah tergantikan oleh sesuatu yang baru. Hanya akan ada kenangan serta sejarah yang melekat dalam masa lalu. Membuatnya seperti sangat berharga hingga memberi sebuah pengajaran bahwa sesuatu tidak akan pernah bisa kembali walau kau memintanya hingga akan menukar nyawamu sendiri. Semuanya berharga, semuanya berarti. Kenangan buruk pun kenangan baik, semuanya adalah masa lalu yang tak akan pernah terulang.
Roda kehidupan senantiasa akan berputar walau kau hanya diam saja tanpa melakukan apapun. Namun jika hanya berdiam diri, tentu bukan pilihan yang tepat. Mengurung diri, serta membatasi pergerakan dengan tembok kokoh berupa rasa takut. Ketakutan akan masa lalu yang semakin menghantui, walau tak berniat memiliki trauma apapun, namun seperti memori itu selalu membuatnya ingin menyerah.
Ketakutan bukan untuk dipelihara, ia harusnya dihancurkan. Namun menghancurkan rasa takut, tidaklah jauh berbeda saat kau menghancurkan ego. Ia kokoh meskipun tidak terlihat sama sekali. Meskipun begitu, ia juga rapuh saat keyakinan mulai menjalari setiap desiran darah. Dan pada akhirnya ketakutan harus dilawan, meskipun berat, semuanya akan baik-baik saja.
"Jung...Aku takut... Sangat..."
[]