webnovel

Matahari Tenggelam

Author: nanasku
Teen
Ongoing · 14.2K Views
  • 8 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Berawal dari tulisan yang salah alamat.

Chapter 1Dia

Malam ini terasa sangat menakutkan, hujan deras disertai angin dan petir membuat ku terbangun di tengah malam. Ku lirik jam yang menggantung di dinding kamarku, pukul 00:45. Aku mencoba menenangkan fikiranku dan mengacuhkan suara-suara yang terjadi di luar tapi itu malah semakin membuatku takut.

Malam ini, Tante ku ada tugas diluar kota, jadi, malam ini aku tinggal sendirian dirumah. Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela, aku ingin menyaksikan hujan dimalam hari. Air hujan yang diterangi cahaya lampu jalan pasti terlihat indah. Aku menyibak sedikit tirai jendela... tapi pandangan pertama yang ku dapat bukanlah hujan di malam hari yang indah tetapi sesosok tubuh yang tergeletak di depan rumah.

Segera ku sambar payung dan tanpa pikir panjang aku langsung berlari keluar dan menghampiri sosok itu.

Perlahan aku jalan menujunya, antara takut dan kasihan, aku memayungi tubuh itu, paling tidak sekarang dia tidak kehujanan. Aku memperhatikan kesekeliling.... tak ada seorangpun.

Apakah ini mayat yang dibuang di depan sini? Ataukah korban tabrak lari? Atau? Pikiranku kacau, dan merasa sediki takut. Aku jongkok di samping tubuh itu dan mencoba memegangnya, ku harap dia bukan mayat. Aku memegang pergelangan tanggannya... Ah syukurlah dia masih hidup.

Posisinya yang tengkurap menyulitkan ku untuk melihat wajahnya. Aku mencoba mengoyang-goyangkan tubuhnya tapi tak ada respon. Ku taruh payung di samping ku dan membiarkan diriku basah. Aku memegang kepalanya dan menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya, DIA?!! aku terlonjak kaget, dengan segera ku singkirkan tanganku. Aku harus bagaimana sekarang? Diantara keterkejutan ku, tiba-tiba dia menarik tanganku hingga aku sedikit condong kearahnya

"Ma... Aku merindukan mu," ucapnya tanpa ekspresi dan masih terpejam. Mendengar ucapannya hatiku terasa pilu. Ibu.... sosok yang juga sangat aku rindukan.

__Aku menyelimutinya dengan selimut ku. Mengompresnya dengan air hangat, dia demam. Hhh iya... Akhirnya ini yang ku putuskan. Menolongnya dan membawanya masuk ke dalam. Semoga tidak ada tetangga yang melihat. Aku tidak percaya akan ketemu dia lagi... pertemuan pertama dengannya yang sangat memalukan.

***@***

Hari yang sangat ku nantikan, hari ulang tahun sekolah. Aku telah menyiapkan gaun untuk hari ini dan pastinya sepucuk surat dan kata-kata yang telah ku rangkai. Tiga malam telah ku habiskan untuk sepucuk surat ini.

Alan Hemiyas, kakak kelas yang sangat tampan dengan senyum yang sangat mempesona, bukan cuma itu yang membuat ku menyukainya tetapi karena sifatnya yang baik dan lembut. Hanya dia saja yang lembut pada peserta MOS awal tahun kemarin. Dia juga pernah mengambilkan ku buku di perpustakaan ketika kakiku terlalu pendek untuk mengambilnya, itu adegan romantis yang sering ku lihat diTv, dan itu terjadi pada ku, hmmm ternyata memang bikin hati berdebar-debar.

Sebenarnya aku ragu dengan keputusan ini tapi aku tidak akan tahu hasilnya jika aku tidak pernah mencoba. Apa salahnya? Aku punya hak untuk jujur pada perasaan ku. Jika aku telah jujur maka selanjutnya yang terjadi terjadilah. Ditolak? Aku telah siap untuk itu, yang terpenting adalah aku telah jujur pada perasaan ku, tak lagi menyimpannya diam-diam. Itu saja. Ini adalah keberanian terbesarku... Menyatakan cinta. Ahhh semoga lancar.

Dewi fortuna sepertinya sedang berpihak pada ku hari ini, hatiku rasanya seperti bunga sakura yang sedang bermekaran. Alan yang tidak menggandeng siapapun di pesta ini, dia berjalan kearah ku dengan senyumnya yang selalu mempesona, ia berdiri di depanku.

"Hai....," sapanya. Jantungku berdebar dan tak sanggup menjawab, aku hanya tersenyum.

"Sendirian?" tanyanya. Jantung ku semakin berdegup kencang, aku semakin tidak berani menatap matanya, aku hanya sanggup mengangguk dan menunduk.

"Hari ini... kamu cantik sekali," pujinya yang membuatku melayang... ahhh rasanya pipiku merona. Aku melirik sedikit kearahnya yang tersenyum. Ini adalah kesempatanku... aku harus bilang sekarang, saat ini juga. Ku tarik nafas panjang dan memejamkan mata.

"Entah berawal dari mana dan sejak kapan aku tidak tahu, tapi yang pasti ku tahu adalah bahwa aku menyukaimu," ucapku pasti dan berharap Alan akan menerimaku. Diam, tak ada jawaban. Diam dan diam. Kenapa dia diam? Apa ini adalah penolakan? Ku beranikan mengakat wajahku. Tidak... ku lihat Alan sudah bersama cewek-cewek di sebrang sana.

Lalu siapa yang di depanku sekarang?! Pelan namun pasti kulihat sosok yang berdiri didepanku. DIA!!! Aishh... segera ku tundukkan kepalaku lagi. Sejak kapan dia berada di depanku dan menggantikan posisi Alan.

Aaron... melihatnya saja aku sudah sangat ketakutan. Kabar yang ku dengar minggu lalu dia mencekik teman sekelasnya hanya karena menyinggungnya. Matilah aku hari ini... aku mencoba tenang dan melempar senyum ku kearahnya. Aku sangat berharap dia tidak mendengar apa yang tadi ku katakan.

"Kau... menyukaiku??" ucap Aaron sambil menunjuk dirinya. Huff ternyata dia mendengarnya.

"Ah bukan... bukan. Maaf aku salah orang," jawabku malu sambil menggeleng. Aaron tertawa kecil mendengar jawaban ku. Aku menunduk menyembunyikan wajahku lalu dia malah mengambil kertas yang ada ditanganku. Ahh tidak.... itu adalah puisi-puisi cinta ku untuk Alan. Aku segera merebutnya tetapi sia-sia, dia menghalangiku. Sambil memegang tanganku yang berusaha merebut kertas itu dia membuka dan membaca isinya.

"Oh Alan, dia playboy" ucapnya setelah membaca suratku. Aku mengerutkan bibir ku, aku tidak suka dia bilang begitu. Alan playboy?? Memangnya dia nggak?!!

"Hati-hati sama dia," bisiknya ditelingaku yang membuatku risih. Dia lalu mengembalikan suratku dan pergi.

Hari yang ku kira akan berakhir dengan indah tapi malah menjadi hari yang sangat memalukan. Ini salahku, kenapa aku bisa sampai salah orang. Salahku, seharusnya aku tidak mengutarakan perasaan ku. Aku bodoooh.

***@***

Aku mengamati wajahnya yang masih terperjam. Sebenarnya apa yang terjadi padanya? Kenapa dia sampai tergeletak ditengah hujan yang sangat lebat. Apa dia habis berkelahi lalu kalah? tapi... tidak ada luka di wajahnya, atau dia habis minum-minum sampai tak sadarkan diri? Iya mungkin.

Aku mendekatkan wajahku, mencari-cari bau alkohol, ditangannya lalu kebahunya, tak ada bau yang aneh, lalu lebih dekat lagi, semakin dekat hingga hampir sampai di ujung bibirnya lalu tiba-tiba dia membuka matanya, membuatku terlonjak kaget, aku segera duduk dengan tenang, mengatur nafasku.

"Emmm... Aku.... Emm kamu...," ucap ku terbata... jujur aku tidak tahu apa yang harus aku ucapkan dan ku jelaskan atas kelakuanku tadi. Dia pasti berpikir aku akan menciumnya.

Dia mengambil kompres yang ada di keningnya, lalu dia duduk, matanya melihat kesekeliling dengan bingung.

"Kamu ada di rumahku. Tadi aku menemukanmu tergeletak di depan," ucapku menjelaskan kebingungannya. Dia mengangguk pelan lalu memperhatikan ku. Aku segera menyembunyikan wajahku.

"Jadi kamu mau mengambil keuntungan dari keadaanku?"

"Ahh bukan... bukan...," jawab ku cepat menanggapi ucapannya. Huff ternyata dia benar-benar berfikir bahwa aku akan menciumnya "Aku hanya mau memastikan bahwa kamu benar-benar masih hidup," lanjutku memberi alasan, berharap dia tidak berfikir macam-macam padaku, tapi dia masih saja memandangiku.

"Minumlah mumpung masih hangat" ujarku sambil memberinya teh yang memang sudah kusiapkan untuknya dan benar saja dia langsung menerimanya dan mengalihkan pandangannya dariku.

"Kau... kuat menggendongku ke dalam?" tanyanya sambil menyeruput teh.

"Memangnya siapa yang bilang aku menggendong mu? Aku menyeretmu," jawabku yang disambut tawa olehnya, refleks segera ku tutup mulutnya dengan telapak tanganku.

"Stt.... Jangan keras-keras, ini sudah lewat tengah malam, takut nanti ada tetangga yang dengar, takut malah dikira kita mesum," jelasku. Dia mengangguk, lalu segera kusingkirkan telapak tanganku.

"Jika nanti hujan sedikit reda segeralah pulang, keluargamu pasti cemas."

"Tidak akan ada yang mencemaskanku," ucapnya memotong. Mimik mukanya jadi berubah, dia lalu menaruh tehnya di meja. Melihatnya begitu mengingatkanku kejadian tadi ketika dia menarik tanganku.

"Maksudku... Kalau kamu tidak segera pulang dari sini, nanti Pak Rt akan kesini dan menggrebek kita, aku tidak berencana menikah muda, apalagi denganmu," ucap ku mengalihkan dan benar saja dia langsung menoleh dan menatapku dengan senyum.

"Alan," ucapnya yang langsung membuatku melotot. Astagaa... dia masih mengingatnya.

"Tidak usah dibahas," potongku.

"Kamu masih menyukainya??"

"Tidak usah dibahas aku bilang."

"Alan itu playboy," ucapnya menjelek-jelekkan Alan lagi seperti dulu.

"Alan playboy? Emangnya kamu nggak?" balasku yang malah disambut tawa olehnya, dengan cepat aku menutup mulutnya dengan telapak tanganku lagi, lalu dia mengangkat kedua telapak tangannya tanda mengerti. Ok baiklah.

"Hahaaaa...iya lupa. Aku juga playboy," ucapnya terkekeh.

"Kau itu maling teriak maling," balasku. Dia tertawa renyah lalu berdiri dan berjalan kejendela. Aku mengikutinya dan berdiri di sebelahnya.

"Hujan semakin deras," ucapnya sambil menyingkap tirai. Aku mengangguk dan ikut menyaksikan hujan dari balik jendela.

"Hujan seperti ini biasanya sangat lama," sambungnya. Aku menoleh kearahnya, aku menangkap suatu arti dari ucapannya.

Dia masih memandang keluar tapi tak lama dia mengalihkan pandangannya padaku, menyunggingkan bibirnya dan mendekati wajahku.

"Sepertinya, malam ini aku akan menginap disini." mataku langsung melotot lebar mendengar apa yang baru saja dia ucapkan. belum sempat aku berkedip dan masih dalam keterkejutanku dia meliwatiku, membuka pintu di sampingku dan berlari keluar. Ku perhatikan dia yang sekarang sudah berada dijalan sambil melambaikan tangannya. Huff aku bernafas lega. Dasarr...

You May Also Like

PROMISE (a way to find a love)

"Aku tidak akan meninggalkan mu." Aku janji pada adikku, tapi aku tidak menepatinya. Ketika seorang William Alexander, pria sempurna yang memiliki sebuah rahasia besar dimasa lalu, seorang anak adopsi yang meninggalkan adiknya untuk menggantikan posisi seorang pewaris kerajaan bisnis yang memiliki kebutuhan khusus. William harus menepati janjinya untuk setia dan menuruti apapun permintaan dari ayah angkatnya Jackson Alexander, pengusaha kaya yang ambisius dan berhati dingin agar Jackson mempertemukannya dengan adiknya kembali. Suatu ketika Jackson memintanya kembali ke negara asalnya, untuk menjadi seorang gubernur agar memudahkannya melakukan pembangunan real estate, untuk itu ia harus menikahi seorang wanita, Rose gadis berumur dua puluh tiga tahun, seorang superstar yang di cintai seluruh masyarakat yang ternyata adalah kekasih dari adik kandungnya sendiri yaitu Rayhan Adamson yang telah tumbuh menjadi seorang produser musik yang terkenal tanpa William ketahui, ia hanya ingin segera bertemu dengan adiknya seperti apa yang dijanjikan oleh Jackson jika ia berhasil menjadi seorang gubernur dan mendapatkan ijin pembangunan maka Jackson akan mempertemukannya dengan Rayhan adiknya. Akankah William akan dapat kembali bertemu dengan Rayhan, menebus dosanya yang telah meninggalkan Rayhan saat ia masih berusia tujuh tahun dan mendapatkan cintanya yang perlahan tumbuh tanpa disadarinya kepada Rose? *** hi, terimakasih karena sudah membaca novel buatan ku Aku akan sangat menghargai setiap review serta komen yang kalian berikan. Kalian bisa menghubungi ku di : lmarlina8889@gmail.com

mrlyn · Teen
4.9
450 Chs

ratings

  • Overall Rate
  • Writing Quality
  • Updating Stability
  • Story Development
  • Character Design
  • world background
Reviews
WoW! You would be the first reviewer if you leave your reviews right now!

SUPPORT