webnovel

Yang Ku Impikan

Satu sampai tiga hari bahkan dua minggu, mereka masih memandang ku aneh, tapi rasanya hari ini sudah lebih baik, pandangan mata mereka tidak lagi sinis dan menakutkan, mereka tidak lagi bisik-bisik.

Hari ini, sepulang sekolah aku segera bergegas pulang, karena hari ini adalah hari ulang tahun Tante. Aku mampir sebentar ketoko kue.

"Bintang...," sapanya padaku. Alan, sudah lama aku tidak bertemu dengannya, tentu saja rasa ini masih sama tapi aku tidak lagi memaksakan perasaanku. Tak kusangka hari ini bertemu dengannya, sejujurnya aku sangat bersyukur karena bertemu dengannya tapi aku sedikit takut. Semoga kali ini tidak ada yang melihatku dengannya.

"Tidak perlu khawatir Bi...," ucap Alan seakan tahu apa yang ku fikirkan, aku mengangguk.

Tangannya mengusap bahuku dengan lembut, ihh sentuhan tangannya membuat ku berdebar.

"Kali ini tidak akan ku biarkan siapapun menganggumu," mendengar itu aku langsung menatap matanya, indah. Dia tersenyum... senyum yang mempesona.

"Oh iya, siapa yang ulang tahun?" tanyanya setelah melihatku membawa kue ulang tahun.

"Tanteku," jawab ku.

"Oh ya... boleh aku ikut merayakannya?" mendengar itu rasanya aku ingin melompat kegirangan, aku segera mengangguk menyetujui. Dengan dia ikut bersamaku itu berarti ada banyak waktu untuk bersamanya.

Setelah dari toko kue, kita mampir sebentar mencari kado buat Tante. Berjalan beriringan dengannya membuatku kehabisan kata-kata.

"Ada yang marah nggak kalau kita jalan bareng begini?" tanyanya memulai memecah kebisuan kita, aku menggeleng.

"Tante orang yang santai, dia tidak akan marah," jawabku.

"Bukan itu maksudku, emm apa ya...," ucapnya menggantung, aku mengerutkan kening.

"Cowok? pacar??" lanjutnya, aku langsung menggeleng setelah mendengar ucapan selanjutnya.

"Aku belum punya pacar," jawabku cepat. Ku lirik dia yang mengangguk lalu dengan lembut tangannya menggandeng tanganku. Rasanya tidak bisa kuceritakan, sangat indah.

****

Tante langsung ku sambut dengan kue ulang tahun ketika dia membuka pintu, ada rasa haru disana, matanya terlihat berkaca-kaca. Aku ingin Tante selalu baik-baik saja dan selalu bahagia.

"Selamat ulang tahun Tante...,"

"Terimakasih sayang," ucapnya setelah meniup lilin, lalu dia menyalami Alan yang berdiri disampingku.

"Ada tamu," ucap Tante.

"Selamat ulang tahun Tante, saya Alan teman sekolah Bintang," Ucap Alan menyalami tante.

"Jadi ini orangnya yang punya jaket itu?" tanya Tante, upss aduuhh. Bukan dia Tan... bukan. Aku segera menempelkan telunjukku dibibir, memberinya isyarat agar tidak membahas itu. Alan menoleh kearahku, dengan segera ku pasang senyum termanis ku. Tante dengan cepat menangkap maksudku.

"Oh iya kalian pasti lapar kan... Tante bawain semur jengkol nih. Ayo kita makan. Alan apa kamu suka jengkol?"

***@***

Ini adalah yang ku impikan, yang selalu ku bayangkan. Alan mengajak ku janjian. Dari sore aku sudah sangat grogi, memilih bajuku yang paling bagus. Mencoba memoles wajah sebisa ku. Dia bilang jam delapan malam ini, dia menungguku di cafe20.

"Sukses ya sayang," kata Tante menyemangatiku. Aku tersenyum lebar. Ini adalah kencan pertamaku dengan seseorang yang sudah lama kusukai.

Ku tata bajuku lagi, menata rambutku lagi... Mengatur nafasku dan segera melangkah.

"Cafe20" Langkah ku terhenti ketika aku berada tepat dipintu masuk. Cafe20?? Tempat ini yang dulu Aaron pilih. Ah...kenapa aku malah kepikiran dia. Aku kembali mengatur nafasku dan segera masuk. Tak lama kulihat seseorang melambaikan tangannya... Alan.

Jantungku berdebar, aku melangkah penuh senyum kearahnya. Dia langsung berdiri menyambut ku dan mempersilahkanku duduk. Ohh rasanya aku seperti tuan putri.

"Kamu cantik sekali Bintang...," sanjungnya yang membuat pipiku merona, bahkan jantungku semakin berdetak kencang. Aku tak sanggup melihatnya yang terus memandangi ku.

"Aku merasa sangat bahagia, kamu ada disini bersamaku," Aku tersanjung dengan ucapan Alan, baru sekali ini ada cowok yang bilang seperti itu padaku dan dia adalah cowok yang kusukai. Dia bahagia ada aku bersamanya? Benarkah? Tak lama pelayan datang membawa pesanan yang sudah dipesan Alan. Untukku... secangkir minuman bergambar hati di atasnya.

"Ini... jadi sayang kalau diminum, bagus banget," komentarku. Dia tersenyum. Tepat setelah itu, aku mendengar suara seseorang yang tengah bernyanyi, suara yang ku kenal. Aku segera menoleh, Aaron. Dia tengah bernyanyi di atas panggung Cafe.