Barra adalah pemuda kaya raya yang sangat kesepian, setelah patah hati dia memutuskan pergi ke pesantren, banyak pengalaman tidak terduga yang membuatnya sadar betapa pentingnya hidup. Di dalam pesantren dia bertemu pemuda yang bernama Fajar, keduanya bertukar pengalaman hidup dan menjadi sahabat. Hingga akhirnya sang Kiai menjodohkannya dengan gadis yang belum ia kenal dan belum ia lihat sama sekali. Karena ta'dim kepeda Kiai dia menerima jodoh tanpa syarat dari Kiainya. Apa saja pengalaman Barra di pesantren? Apa kira-kira gadis yang dipilihkan untuknya menerima perjodohan itu? Ikuti kisahnya hanya di Cinta Tak Bersyarat
Seorang pemuda sedang berada di dalam kereta api. Pemuda yang melarikan diri karena putus cinta dan kesepian tanpa kasih sayang orang tua, dia berparas tampan, dengan hidung yang bangir, tatapan elang. Alis hitam yang tegak, disertai bibir tidak terlalu tebal, kulit bersih kuning langsat, membuat dia sangat tampan dan terlihat keren.
Kemelut yang pernah dihadapi dia menjadi sebuah kenangan pahit. Di usia yang sangat belia. Barra Dzakir itulah namanya, dia tinggal bersama orang-orang pegawai di rumah megahnya. Kedua orang tuanya berpisah dan ayahnya tidak ada kabar sama sekali. Sementara Mamanya pergi ke luar negeri.
[Assalamualaikum. Aku akan jarang mengaktifkan ponsel Ma. Di rumah aku sangat kesepian. Aku hanya menghabiskan waktu bersenang-senang. Mabuk, habiskan uang, pulang pagi. Dan yang jelas selalu merepotkan bibi-bibi. Merasa tidak ada sesuatu hal positif dari ku sendiri yang bisa bermanfaat bagi orang lain atau bagi diriku. Aku ingin mencari jati diri. Agar aku betah berada di penjara suci. Dengan berada di penjara suci. Aku akan belajar hidup sederhana. Memperbaiki diri. Dan semoga bisa bermanfaat untuk orang lain. Fikiranku selama ini, aku merasa Mama tidak pernah peduli kepadaku. Namun, aku juga harus berpikir positif, karena usiaku sekarang sudah tidak lagi remaja. Mungkin saja Mama merahasiakan sesuatu kepadaku. Asal Mama tahu, Mama sibuk mencari harta. Meninggalkanku sejak aku masih kecil. Mama melepas tanggung jawab Mama sebagai seseorang yang bisa aku contoh. Semoga mama sehat selalu dan Doakan aku betah berada di pesantren.]
Bara menikmati pemandangan dari dalam kereta, sebuah kenangan mengganggu pikirannya.
'Aku patah arah. Namun, aku harus memperbaiki diri. Putus cinta memang sangat menyakitkan. Apalagi setelah ada harapan dan dan tiba-tiba tali harapan itu putus. Kelar sudah. Biar aku yang membawa pergi cinta ini. Aku menaiki kereta api pergi ke Pekalongan. Namun, tujuanku belum pasti dan masih samar. Aku hanya menuruti kata dari para pekerja di rumahku. Mungkin, jika aku berada di penjara suci aku akan tenang.
Afrin Fariha Alia, caramu membuat aku berani maju untuk menemukan jati diri. Bahkan chat darimu tidak aku hapus. Selama ini aku hanya memendam perasaanku. Bagiku, kamu adalah gumpalan awan putih yang tetap saja tidak dapat aku genggam. Dengan mencintaimu, kamu pun menyadarkanku bahwa, cinta memang tidak harus dimiliki dan aku harus menempuh jalan dan hidup yang baru. Semoga kamu bahagia dengan siapapun pendampingmu. Kamu tahu ... saat ini aku akan pergi jauh darimu. Semoga aku akan cepat melupakanmu.' Harapan dalam hati pemuda tampan itu.
Pemuda itu bersandar dan memejamkan mata. Kenangan bersama pujaan hati datang sebagai khayalan.
FLASHBACK OFF.
Empat bulan yang lalu. Gadis itu berdiri di Halte Bus. Untuk pertama kalinya pemuda itu memperhatikan seorang gadis walaupun bercandar. Langit mendung dan turun rintik hujan.
Barra berada di dalam mobil mewahnya sambil terus memandang gadis itu sampai lampu hijau dan mobil melaju. Dia tetap terpaku dan menoleh ke belakang.
"Mandang siapa Den?" tanya supirnya.
"Bukan siapa-siapa," jawabnya merelakan pandangannya cukup sampai di situ. Walau hatinya terus terbakar rasa penasaran.
*****
Keesokan harinya. Barra berjalan menuju kelas dia fokus ke ponselnya. Ada seseorang berjalan cepat dan tidak sengaja menabraknya.
Bug!
Dia menjatuhkan buku berwarna biru dan bersampul bunga teratai. Barra mengambilnya dan segera mencari gadis yang menjatuhkan buku itu.
"Barra ...." panggil temannya, Barra menyapu pandangannya berharap melihat gadis tadi. Barra pun menyimpan buku tersebut. Karena sudah kehilangan jejak.
"Nih. Dari Pak Rusdi," ujar temannya memberikan kertas nilainya. Pemuda itu tersenyum karena nilai yang lumayan baik.
"Ya sudah aku duluan ya Bar," imbuh temanya, sambil menepuk pundaknya. Barra tersenyum dan mengangguk.
Setelah selesai kelas kemudian dia bergegas untuk pulang. Barra pernah mengalami kecelakaan maut. Dia koma selama lima bulan. Hingga mengalami troma berat untuk mengendarai mobil dan motor. Kemana pun dia pergi, dia selalu diantar oleh supirnya yang berbadan kekar.
Saat di dalam mobil, Barra mengambil buku yang tadi diambilnya. Dia mulai membuka. Tulisan rapi yang memanjakan mata, kemudian dia terpesona pada suatu kalimat.
"Aku hanyalah Afrin Fariha gadis yang dibesarkan oleh Kakakku, Mas Rusdi. Tahun ini aku sudah memasuki usia 22. Dia dosen dan aku belum tau tujuanku. Cita-citaku, masih terombang-ambing bagaikan kapal di tengah lautan. Namun, aku tidak patah arah, aku akan mencari jati diri ku dan berusaha untuk meraih cita-cita fi sabilillah. Hijab dan cadarku adalah pelindungku. Aku tetap berusaha menjadi orang baik walau aku sadar aku juga banyak melakukan kesalahan saat hidup. Aku selalu mengingat pelajaran penting di dalam hidupku. Saat aku kelas Tiga SMA. Di mana aku lepas kendali dan suka hidup bebas. Lupa dan pura-pura lupa saat Kakakku mencarikan nafkah, untuk uang sekolah, aku malah menggunakannya untuk mencoba air yang memabukkan. Ya Allah ...."
Barra meraba kertas yang dibundari. Jelas itu bekas air mata dari pemilik buku itu. Barra kembali membaca dengab suara pelan dan hanya didengarnya sendiri.
"Ya Allah ... hamba teringat salah satu Ayat yang digunakan Mas Rusdi"
Barra berhenti membaca. "Apa dia adiknya dosen?" gumam Barra. "Keren," imbuhnya lalu kembali membaca.
"Untuk menegurku. Ayat Alquran yang Artinya: Kemudian Wahai manusia! Jika kamu meragukan (hari) kebangkitan, maka sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu; dan Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak Kami sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai kepada usia dewasa, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dikembalikan sampai usia sangat tua (pikun), sehingga dia tidak mengetahui lagi sesuatu yang telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air (hujan) di atasnya, hiduplah bumi itu dan menjadi subur dan menumbuhkan berbagai jenis pasangan tetumbuhan yang indah.
(QS. Al-Hajj:5) Begitu indah namun hamba sering mengabaikan dan tidak bersyukur, Ya Allah."
Pemuda berhenti membaca. Semua hadir, terbesit saat hura-puranya yang sangat memalukan. Barra meneguk ludah kasarnya, dia pun juga terjerumus dalam maksiatnya malam. Setiap malam dia dugem.
"Siapa gadis ini?" gumam Bara yang mulai penasaran. Lalu membalik kertas dan kembali membaca.
"Ya Allah ... saat ini aku membeberakan aibku. Aku merasakan sesak, saat aku tidak mendengarkan apa pun nasehat dari Mas Rusdi, aku yang labil dan menuruti keinginanku untuk bebas. Jika mengingat akan firmanMu yang nyata hamba merintih dan sangat menyesal, aku yang selalu menuruti kemauan nafsu dan membayangkan salah satu hadist. Hadits yang di mana Malaikat Malik kemudian memberikan kayu Zaqqum dari dasar neraka. Ketika kayu itu dimakan, maka apa yang ada di dalam perut pemabuk itu meleleh serta otaknya juga mendidih. MasyaAllah ... Ya Allah ... Ya Allah ... maka, keluarlah kobaran api yang menjilat-jilat dari mulut yang diikuti dengan keluarnya isi perut mereka. Tidak hanya itu, lalu setiap orang dari pemabuk itu dimasukkan ke dalam peti yang terbuat dari bara api selama 1.000 tahun, yang tempatnya sangat sempit. Kemudian para pemabuk itu di keluarkan dan di masukkan dalam penjara neraka serta dibelenggu dengan api selama 1.000 tahun juga, sampai mereka merasakan haus yang tiada tara.
Namun rintihan pemabuk itu tidak dihiraukan olah Malaikat Malik, dan sebaliknya Malaikat Malik menyuruh ulara dan kalajengking yang besarnya seperti leher unta untuk menggigit kedua telapak kaki pemabuk itu. Kemudian mereka dipakaikanlah mahkota dari api di atas kepala mereka. Dan rambut merekapun terbakar.
Setelah genap 1.000 tahun mereka dipenjara di neraka, lalu azab bagi pemabuk minuman keras selanjutnya adalah di masukkanlah mereka ke dalam neraka Wail. Neraka Wail merupakan nama jurang dari neraka Jahanam yang sangat panas serta kedalamannya juga sangat dalam. Ya Allah."
Tulisan yang menggetarkan hati pemuda itu. Barra merasakan sesak dan mengingat semua kelakuannya, air matanya berlinang.
Dia hanya menghela napas dan mengatur napas, lalu menyeka air matanya. Kini tekadnya menjadi tujuan penting dan ingin segera mengenal gadis yang menulis itu.
'Dia sudah jelas adik dari Pak Rusdi. Malu tidak ya? Untuk deketin,' pikirnya dalam hati, dan terus bertanya-tanya.
Bersambung....