webnovel

Kekompakan Pendosa

"Gak salah nih Ndi?" Ucap Fajar yang terlihat masih belum percaya.

"Ya bener lah," sahut Andi.

"Wah, jadi pingin ikut lagi kalau gini," ucap Fajar sambil senyum sumringah.

"Kapan kira-kira jalan lagi?" tanya Fajar seperti tidak sabar.

"Ya belum tau lah Jar, ya kemarin itu emang kebetulan, pas kita ambil di Banyuwangi ternyata di Surabaya harga pas naik, itu dikarenakan pasokan dari luar jawa yaitu Sumatra dan Kalimantan telat," terang Andi yang terlihat sudah begitu paham dengan naik turunnya harga di pasar.

"O ...." jawab Fajar sambil manggut-manggut tanda paham.

"Kamu mau ikut balikin truk ke Kantor ekspedisi gak? Ntar sekalian pulang," tanya Andi.

"Gak lah, Aku gak akan pulang," jawab Fajar.

"Apa? Kamu gak akan pulang?" tanya Andi yang merasa aneh dengan jawaban sobatnya tersebut.

"Iya, Aku mau tinggal disini aja," jawabnya lagi.

"Emang kenapa?" Tanya Andi yang merasa penasaran dengan jawaban Fajar tersebut.

"Ya biasa lah abis berantem dengan Ayah," jawab Fajar.

"Yah ... itu urusan lo," balas Andi seperti tidak kaget dengan jawaban Fajar.

Karena sebenarnya Andi pun juga sudah paham dengan sikap orang tua Fajar yang tidak senang dengan cara hidup yang dijalani oleh Anaknya tersebut.

Dan Andi sendiri juga tidak begitu akrab dengan Haji Somad meskipun mereka bertetangga, itu karena Haji Somad sendiri terlihat bersikap acuh dan cuek dengan Andi.

Tapi Andi juga bisa memaklumi dengan sikap dari orang tua sahabatnya tersebut, Andi paham kalau Haji Somad juga tidak senang dengan dirinya.

Andi berpikir mungkin dirinya dikira yang telah mengajak Fajar untuk bertindak nakal, secara Haji Somad itu kan seorang tokoh di kampungnya.

Jadi tidak bisa dipungkiri bila Haji Somad merasa sedih dan jengkel begitu melihat kelakuan Putranya yang cenderung brutal dan juga sangat bertentangan dengan kemauan dan harapan dari nya.

Selama ini meski Haji Somad terlihat cuek dan terlihat tidak suka dengan Andi, tapi itu tidak dihiraukan olehnya, karena Andi berpikir kalau Fajar nakal itu tidak karena ajakannya tapi memang kemauan Fajar sendiri.

Jadi kenapa harus dipikirin, enjoy aja, toh selama ini dia tidak pernah ditegur oleh Haji Somad, dan kalau pun toh suatu saat akan ditegur atau disalahkan atas kenakalan Fajar Andi siap untuk membantahnya, karena selama ini mereka berdua menjalani kenakalan mereka masing-masing tanpa adanya saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Disaat Andi dan Fajar masih bercakap-cakap, tiba-tiba si Bondan salah satu pekerja gudang yang terkenal sama-sama suka maboknya itu datang menghampiri mereka berdua.

"Andi... aku dengar kamu habis dapat untung gede kan..?? Ayo bayar pajak..bayar pajak," ucap Bondan sambil memainkan jari telunjuk dan jempolnya.

"Tau aja kamu, nih," balas Andi sambil memberikan uang satu juta untuk dibagikan ke teman-teman gudang untuk dibelikan rokok dan minuman untuk bersenang-senang bareng.

Memang sudah jadi kebiasaan bagi para pekerja di situ, bagi yang baru mendapatkan untung biasanya akan dimintai pajak, tapi itu tidak berlaku bagi para pekerja yang tidak biasa ikut minum atau mabok.

Hanya bagi pekerja seperti Andi, Fajar, dan Bondan lah peraturan itu berlaku, di samping mabok tidak jarang bagi mereka juga membiayai temannya untuk main perempuan.

Itulah gambaran dari persatuan dan kekompakan para pendosa yang bisa dipraktikkan dalam hal kebaikan suatu saat nanti andaikan mereka telah berubah.

Para pendosa saja bisa dengan entengnya untuk saling bergotong royong melestarikan amalan mereka.

Tentu jangan sampai terjadi sebaliknya bagi para pemburu pahala, kerukunan kekompakan sangatlah diperlukan untuk tercapainya pahala tersebut.

Setelah mendapatkan untung yang lumayan gede, pikiran nakal Andi pun mulai muncul, sudah bukan rahasia lagi kalau Andi itu adalah tipe cowok sex mania.

Persis seperti yang dilakukan Andi dulu ketika mau memboking Novi, yang dimana waktu itu Andi memang habis mendapatkan untung gede, cuman bukan dari dia berdagang, tapi karena habis menang dalam berjudi.

Tapi yang namanya Andi ya tetap seperti itu, gak ada bedanya mana uang hasil dari judi, dan mana uang yang didapat dari kerja, tetap saja semua habis untuk bayar wanita-wanita penghibur dan mahar dosa-dosa lainnya.

Setelah pulang dari mengembalikan truk sewaannya Andi pun sebelum memutuskan untuk pulang, dia berkeinginan untuk mampir dulu ke cafe bilyard terlebih dahulu.

Ada sedikit keraguan sebenarnya ketika Andi memutuskan untuk datang ke sana.

Apalagi kalau tidak karena Novi, dia masih merasa kalau kehadirannya tidaklah disukai oleh Novi.

Tapi setelah dipikir-pikir ngapain juga harus canggung dengan Novi, meskipun Andi masih sangat mengharapkan cinta dari Novi, tapi itu tidaklah harus menjadikan dia merasa canggung apalagi sampai gak berani untuk datang ke cafe.

Setidaknya ada dua harapan yang diinginkan Andi ketika hendak datang ke cafe.

Yang pertama Andi berharap Novi telah melunak hatinya dan mau memaafkan dirinya,dan kalau yang terjadi demikian maka itu berarti kesempatan untuk mendapatkan cintanya masih terbuka.

Terus yang kedua kalau nanti memang Novi masih tidak mau memaafkan dirinya maka dia akan mencari incaran baru untuk petualangan cintanya berikut.

Memang sampai saat ini Andi belum tau kalau Novi sudah tidak kerja lagi di cafe bilyard.

Novi sudah pulang ke kampung asalnya di Malang, dan Andi pun juga belum tau kalau yang mengantar kepulangannya Novi tersebut adalah sahabat yang sekaligus juga kuli nya, yakni si Fajar.

Dan tidak lama dari kepulangannya dari kantor ekspedisi akhirnya pun Andi sampai ke cafe bilyard, dan seperti biasanya setelah memarkirkan pickup tunggangannya Andi pun langsung bergegas masuk.

Begitu berada didalam mata Andi pun langsung memperhatikan semua pelayan yang ada, setelah merasa cukup melihat semua pelayan ternyata tidak dijumpainya pelayan yang jadi incarannya itu.

Ya, Andi merasa ada yang kurang kalau di cafe itu tidak ada Novi. merasa masih penasaran Andi pun mencoba menanyakan keberadaan Novi kesalah satu pelayan yang ada, Dina namanya.

"Di, Novi kok gak keliatan dimana sih?" tanya Andi.

"Pulang kampung," jawab Dina.

"Apa, pulang kampung?" sahut Andi balik tanya sambil terlihat sangat kaget.

"Kok kaget sih, emang kamu gak tau apa?" balas Dina yang terlihat heran melihat kekagetan dari Andi tersebut.

"Ya gak tau lah, kalau tau ngapain juga aku tanya," sergah Andi dengan perasaan sedikit keki ke Dina.

"Sejak kapan sih Novi pulangnya?" Lanjut Andi bertanya.

"Sejak sabtu kemaren, udah lima hari yang lalu," Sahut Dina.

"Kamu kesini cuma mau nyari Novi atau mau ngapa sih?" Celetuk Dina dengan agak sedikit sewot.

Dasar si Andi, yang ada di otaknya cuma ada Novi, ditanya bukannya dijawab tapi malah balik tanya lagi.

"Terus kira-kira kapan Novi balik lagi?"

"Tau, tanya aja sama temen kamu itu," balas Dina dengan malasnya.

Bersambung.

Next chapter