Salma dan Salwa adalah dua gadis kembar dengan kepribadian yang sangat berbeda. Salma lebih sering membantu kedua orangtuanya berjualan. Sementara Salwa banyak menghabisakan waktu dengan hura-hura. Sampai pada akhrnya mereka mencintai pria yang sama. Siapakah yang dipilih oleh pria itu ?
"Wa, mau ke mana kamu ? Hari minggu bukan bantuin dagang, kok malah mau pergi lagi," ucap ibu bernada serak sambil mengangkat piring dan gelas menuju gerobak dagangan.
"Iya bu, Kan ada Salma itu. Lagian aku gak bisa jualan panas-panasan. aku udah ada janji sama temen aku," jawab Salwa, seraya membenarkan riasan tipis pada wajah ayunya.
"Heuuummm, wangi banget kamu Wa," kata Salma ketika melewati Salwa. Ia menghirup wewangian yang melekat ditubuh kembarannya itu. Sementara Salma tak pintar merias diri, memakai baju pun seadanya saja. dengan rok sepanjang lutut, baju panjang coklat rajut, serta rambut yang tak pernah teruai.
Wajahnya pun terlihat sangat berbeda, meskipun kembar, Salma tak punya waktu untuk membersihkan wajah, atau luluran seperti Salwa.
"Iyaa dong, gue gitu lhoo !! Emang kaya lu, yang engga pernah wangi. Mandi dan enggak mandi sama aja, sama-sama dekil." tatapan Salwa yang sinis, dibalas dengan senyum manis di wajah polos Salma.
"Iya deh iya, kamu cantik, aku jelek," terpampang senyum di wajah polos Salma.
Seolah tak peduli, Salwa pun melanjutkan menggores tipis alis nya dengan pensil alis, yang belum terselesaikan saat Salma menggoda.
Salwa terlihat begitu sempurna, dengan mengenakan jeans biru highwaist, baju crop coklat di ikat di bagian bawah kancingnya, serta perpaduan semi boat coklat membuat penampilan Salwa mampu memikat mata lelaki yang memandangnya,
Rambutnya yang ikal dan panjang, dibiarkan terurai begitu saja.
Wajahnya yang serupa tapi tak sama, seringkali membuat orang tak dapat membedakan, mana Salwa dan mana Salma, hanya sebagian orang yang mampu membedakan keduanya
Namun, ada tanda yang membedakan gadis kembar ini adalah: Salwa memiliki tahi lalat yang agak besar di belakang bahu, Sedangkan Salma tidak ada.
**
Seperti biasa, Salma selalu membantu orang tua nya, Dari mulai dari mempersiapkan dagangan, menyajikan pembeli yang datang, Sampai ketika semua sudah selesai, ia pula yang harus membereskan, Semua di lakukan dengan setulus hati Salma.
Sejak lulus SMA, Salma membantu berjualan bakso dan mie ayam, di kios yang sudah disewa selama beberapa tahun. Kios nya berada di belakang gedung-gedung perusahaan, Jadi saat makan siang dan pulang kerja, Pasti akan ramai OB dan pelanggan datang untuk makan.
Salma mengerjakan dengan hati yang sukacita, tak pernah ada iri sedikitpun di hati Salma, melihat Salwa bahagia pun membuat Salma ikut bahagia.
**
"Ibu kenapa, Ibu sakit ya?" tanya Salma melihat ibunya duduk bersandar pada gerobak dagangan.
"Iya, Nak. Rasanya kepala ibu berputar." Bu Yani memegang pelipis kepala dengan mata terpejam.
"Atau ibu pulang aja, Naik ojek kang Supri aja ya bu," ucap Salma seraya merangkul tangan ibunya yang terlihat pucat.
"Kamu yakin bisa di tinggal sendiri? Nanti kamu repot enggak, Sal?" tanya Bu yani melirik dengan setengah pandangan.
"Aku enggak apa-apa, ibu. Percaya deh sama Salma, Aku kan bukan Salwa bu, hehehe," lagi jelas Salma di iringi tawa kecil.
"Kang! Kang Supri!" teriak Salma seraya melambaikan tangan pada ojek pangkalan yang sudah kenal baik dengan Salma, sejak hari pertama Salma berdagang.
"Iyaa, Sal? kenapa ibu? pucat banget ini!" tukas Kang Supri, saat melihat wajah Bu Yani.
"Akang, bisa antar ibu pulang enggak? Salma gak mungkin antar ibu, bentar lagi jam makan siang pasti rame nih kang!" jelas Salma, memohon bantuan pada Supri.
"Antar Ibu ya Pri, nanti ibu bayar ongkos nya," sahut ibu beranak kembar ini, menambahkan permohonan nya pada Supri.
"Ah, ibu kaya baru kenal aja, Ayo bu... ayo..." Kang Supri memapah ibu dengan sangat hati-hati.
"Hati-hati ya kang kang, Ibu pegang Kang Supri yang kenceng ya" Ucap Salma dalam wajah khawatir.
"Kalau kamu capek, gak usah sampe sore dagang nya. Pri nanti bantu Salma ya, Ibu titip Salma" ucap bu Yani, sudah mantap duduk di atas motor bersama Kang Supri, masih menatap Salwa.
"Hahaha, iya ibu, lagian Supri kan emang seneng bantu Salma!" wajah nya malu-malu, melirik Salma.
"Huushh, bantu yang ikhlas jangan ada mau nya!" tegur bu Yani, menepuk pundak Supri dengan halus.
"Iya bu.. maaf.. maaf.." jawab kang supri terbata-bata malu, Sementara Salma tertawa melihat kelakuan Supri yang selalu begitu.
"Ayo jalan! nunggu apa lagi Pri?"
"Hehehe, iya bu.. Sal, aku jalan dulu yaa.."
"Hati-hati ya bawa ibu ku.." jari telunjuk Salma terangkat, seolah memberi peringatan keras pada Supri.
Akhirnya motor Nmax kang Supri pun melaju, perlahan menjauh dari Salma dan tempat dagangan nya.
**
Siang ini begitu ramai, sampai-sampai pelanggan harus bersabar, menunggu Salma meracik Bakso ataupun Mie ayam pesana nya seorang diri.
"Ibu, kemana mba? Kok tumben sendiri?" Tanya Asep, OB perusahaan dengan gedung yang paling besar di antara gedung perusahaan lain nya, perawakan nya kurus, berkaca mata, dan memiliki lesum pipi yang membuat nya bertambah manis saat tersenyum.
Asep selalu datang dengan kertas putih bertuliskan beberapa bungkus titipan Bakso ataupun Mie ayam, dari karyawan-karyawan yang malas berjalan untuk menikmati Bakso legend ini.
"Ibu ku sakit Sep, tadi di antar Kang Supri pulang, Kasian kalau di paksa dagang disini.." jawab Salma santun, tangan nya sibuk dengan meracik bumbu untuk penyajian nya yang sempurna.
"Kamu hebat ya Sal, bisa ngerjain ini sendiri, gak minta di bantuin sama pacar mu, kan kalau ada pac ...?"
"Hushh, jangan ganggu Salma, Asep!! Nanti kesirem air panas itu si Salma.." celetuk mba Dwi, dari belakang mendengar ucapan Asep yang menggoda.
"Apaan sih mba, Dwi. ikutan aja deh!!" pungkas Asep, menengok ke arah Dwi, Si wanita bertubuh kekar dan bertuga menjaga keamanan kantor nya, Security wanita.
"Makanya jangan ajakin Salma ngobrol dong, Sep. jadi lama dan ga fokus nih ngerjain nya, Huuft!" tutur Salma tetap fokus menyiapkan pesanan, di iringi senyuman kecil di ujung bibirnya.
"Mba Dwi! Nanti kalau rasanya aneh, marahin aja si Asep ya." mulutnya melengkung membentuk senyuman.
Asep yang tersipu malu pun menghentikan percakapan basa basi nya, dan menunggu hingga pesanan komplit.
**
Sampai jam 3 sore, Salma baru bisa beristirahat, bersandar di tembok, dengan mengipas-ngipas wajah nya menggunakan beberapa lembar kumpulan koran.
"Sal, Bakso dong satu.." pesan Kang Supri, lalu mendekat pada Salma, dan mengacungkan jari telunjuk.
"Nih kang!" Salma memberikan satu baksonyang di tusuk garpu.
"Yah..!! bukan 1 biji juga kale Sal.. Satu mangkok maksud nya." tandasnya, seraya menggigit bakso.
"Oke Kang, hahaha" tanpa menunggu lama, Salma pun bergegas untuk menyajikan pesanan Supri, dan tertawa lepas.
"Rame ya hari ini Sal?"
"Alhamdulilah, Kang .. hehehe"
"Ayo, Kang. ini di makan dulu. Sambal dan bumbu yang lain racik sendiri ya kalau kurang" Salma meletakan semangkuk Bakso dimeja Supri.
"Terima kasih ya, Sal."
"Sama-sama, Kang."